Kehidupan manusia berubah ubah, seiring dengan berjalannya waktu, begitupun dengan kehidupan Hasan selama ini
Dulu ia seorang pemuda gagah,tampan , pemberani dan perkasa, punya istri berparas cantik.Namun semuanya itu tidak berlangsung lama dan abadi baginya.
Hasan harus jatuh ke titik yang terendah yaitu kepada kesengsaraan dan kesusahan setelah ia di tinggal istrinya.
Ia sering di hina, di caci maki, bahkan terkadang ia sering di buli oleh orang terdekatnya, baik itu laki laki maupun perempuan.
Di dalam kehidupan yang penuh dengan kesepian akhirnya Hasan pun bertekad untuk mengisi kehidupannya dengan penuh gairah.
Gairah kehidupannya di tuangkan ke berbagai perempuan yang dekat dengannya.
Roda berputar seiringnya waktu akhirnya Hasan pun sadar pada dirinya dengan bantuan seseorang yang dia kenal.
Di akhir cerita akhirnya Hasan pun bertaubat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 05.
Setelah sampai di warung Ceu Ijah, Herna pun langsung mengambil apa yang di butuhkan,dari mulai makanan ringan ,kopi, dan rokok.
Setelah selesai mereka langsung melangkah pulang Herna berjalan di depan hasan.rambut Herna yang panjang hitam dan tebal tertiup angin.tercium bau aroma wangi dari tubuh herna.hasan semakin penasaran pada Herna seraya berkata,"neng dirimu dah punya pacar belum?", Herna hanya diam . Hasan pun bertanya lagi dengan kalimat yang sama. Herna pun diam. Sampai tiga kali Hasan mengajukan pertanyaan yang sama barulah Herna menjawab dengan jawaban yang singkat namun membuat Hasan sedikit tersinggung " ih kamu kepo, ngapain nanya nanya emang ada apa urusannya dengan kamu, aku pacar ada yang ngantri juga banyak, ngapain kamu pingin tahu?".
Karena sedikit agak kesal Herna pun berjalan agak cepat sehingga Hasan menjadi sedikit mengejarnya.
Sementara itu Rudi yang merasa kesal dan merasa di permalukan di rumah Herna, ia langsung pulang ke rumahnya.sesampai di rumah ia memanggil tiga orang bodyguardnya.
"Hai kamu sini!" kata Rudi dengan suara yang lantang penuh wibawa.
"Ada apa bos? Tumben bos panggil kami? Apa ada yang mau kami bunuh?" kata salah satu anak buahnya. Ketiga anak buahnya pun datang menghampiri Rudi.
" Kesini tolong bantu gua!" titah Rudi dengan suara agak meminta.
" Sudah ikut saja denganku jangan banyak omong" pinta Rudi
Akhirnya semuanya masuk ke dalam mobil Jeep bErwarna hitam, menandakan bahwa Rudi dan bodyguardnya akan melakukan misi khusus.
Sesampainya di depan minimarket, Rudi pun menyuruh anak buahnya untuk berbelanja terlebih dahulu.
"Jos elu turun dulu ni uangnya buat belanja" Rudi pun mengeluarkan uang dari dompetnya sebanyak sepuluh lembar. " udah kamu beli rokok yang mahal tiga selop, makanan ringan cokelat kopi dan lainnya ,bila perlu elu borong semuanya" seru Rudi dengan nada sombong.
" Emangnya bos mau ke mana?" tanya salah satu anak buahnya yang lain.
"terus terang gua tersinggung dan sakit hati dari perlakuan pemuda kampung di kampung itu" Rudi menunjuk ke arah kampung yang akan mereka tuju.
" oh begitu bos kata salah satu bodyguardnya, " apa perlu kita bunuh orangnya?".rudi menggelengkan kepala sambil berkata " kalau urusan membunuh itu urusan belakangan yang penting tugas kalian adalah memberi pelajaran sama si pemuda sialan itu".
"ok boss siap" kata salah satu bodyguard yang lainnya.
Mereka pun mulai melanjutkan perjalanannya menuju rumah Herna.
Sementara itu Hasan dan Herna telah tiba di rumah,Herna menyimpan belanjaannya di atas meja lalu berkata" fit tolong seduh kopinya" pintanya kepada Fitri"., Fitri pun langsung melaksanakan apa yang di perintahkan Herna.
Tak lama kemudian datanglah Rudi bersama bodyguardnya dengan mengendarai mobil Jeep hitam. Herna dan kawan kawannya melihat dari balik pintu ternyata yang datang adalah Rudi dan kawannya.
Kemudian Roy berkata "mau apa lagi itu orang kenapa datang membawa pasukan?,apa dia takut menghadapi kita bertiga?". Ibrohim yang tadinya diam saja menjawab ucapan Roy " iya juga ya, dasar ayam sayur".
Rudi dan bodyguardnya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia menyuruh anak buahnya membawa semua belanjaannya yang di bungkus dengan sebuah kardus yang berukuran besar.
Semua orang menatap ke arah Rudi dengan tatapan yang penuh penasaran.
"Emang kamu bawa apaan bos? ", tanya Roy dengan alis sedikit di angkat. " hei jelas gua bawa makanan dan jajanan, ngga seperti kalian yang miskin", jawab Rudi dengan suara yang sinis. "tapi ngomong ngomong banyak banget belanjaannya kaya orang mau buka warung aja " sambung Roy dengan suara yang agak sedikit menyinggung.
Mendengar ucapan Roy, Rudi langsung berdiri sambil meletakan kedua tangannya di atas pinggang dan berkata," gua ngga mau tanggung main ke rumah cewe, gua bawa barang banyak bila perlu gua beli tokonya di bawa kesini demi Herna si gadis cantik ini, ngga seperti kalian yang miskin, mau ngapel aja kalian jalan kaki, lihat dong kami pakai mobil hahaha".
Mendengar ucapan Rudi Hasan dan kawannya merasa sangat tersinggung sekali, kemudian Roy berkata " hei bos lu jangan sombong kaya gitu ,kita juga semua tahu itu bukan mobil kamu, itu mobil dinas, itu bukan harta kamu, tapi harta orang tua mu, apa yang kamu banggakan cuma titipan orang tua" .
Mendengar ucapan Roy wajah Rudi menjadi merah padam menandakan rasa kesal bercam Pur malu..
Melihat keadaan seperti itu Hasan berusaha menenangkan keadaan lalu berkata "sudah sudah jangan ribut, sekarang kita nikmati aja yang ada, dari pada ribut mempermasalahkan pepesan kosong mendingan kita ngopi bos" .
Rudi pun mulai tenang setelah mendengar ucapan Hasan yang masuk akal.
"neng seduh kopi buat bos kita ni, dia kan jauh dari sebrang sana" sambung Hasan kepada Fitri dan Herna.
Herna dan Fitri pun melaksanakan perintah Hasan,mereka lalu mengambil gelas dan termos lalu meneduh kopi satu persatu. Setelah selesai lalu menyuguhkannya ke pada Rudi dan bodyguardnya sambil berkata" silahkan a di minum kopinya" sambil melemparkan senyuman.
Melihat kebaikan Herna dan Fitri, hati Rudi dan bodyguardnya sedikit melemah, dari yang tadinya membara dengan amarah kemudian sedikit sedikit berkurang.
Akhirnya mereka mengobrol bersama dengan penuh suasana yang kondusif dan harmonis sampai tiba waktu sholat ashar.
Setelah beres mendengarkan suara adzan Hasan dan kawannya pamit pulang demikian juga dengan Rudi dan bodyguardnya mereka pun langsung pamit pulang.
F