NovelToon NovelToon
Pengantin Samaran Milik Tuan Muda Pura-Pura Buruk Rupa Dan Lumpuh

Pengantin Samaran Milik Tuan Muda Pura-Pura Buruk Rupa Dan Lumpuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti Konglomerat / Psikopat itu cintaku / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:61.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rositi

Tiga tahun lalu, Agnia dan Langit nyaris menikah. Namun karena kecelakaan lalu lintas, selain Agnia berakhir amnesia, Langit juga divonis lumpuh dan mengalami kerusakan fatal di wajah kanannya. Itu kenapa, Agnia tak sudi bersanding dengan Langit. Meski tanpa diketahui siapa pun, penolakan yang terus Agnia lakukan justru membuat Langit mengalami gangguan mental parah. Langit kesulitan mengontrol emosi sekaligus kecemburuannya.

Demi menghindari pernikahan dengan Langit, Agnia sengaja menyuruh Dita—anak dari pembantunya yang tengah terlilit biaya pengobatan sang ibu, menggantikannya. Padahal sebenarnya Langit hanya pura-pura lumpuh dan buruk rupa karena desakan keluarga yang meragukan ketulusan Agnia.

Ketika Langit mengetahui penyamaran Dita, KDRT dan talak menjadi hal yang kerap Langit lakukan. Sejak itu juga, cinta sekaligus benci mengungkung Dita dan Langit dalam hubungan toxic. Namun apa pun yang terjadi, Dita terus berusaha bertahan menyembuhkan luka mental suaminya dengan tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh

Kehamilan Dita cukup menjadi angin segar untuk Langit sekeluarga. Karena semenjak mengetahui kehamilan Dita, hidup Langit jadi lebih tertata. Langit sudah memiliki jadwal tidur teratur, selain Langit yang jadi makin menyayangi Dita.

Akan tetapi, kata cerai masih menjadi yang akan keluar dari bibir Langit, di setiap pria itu cemburu kepada Dita. Baik karena ketika Dita hanya tak terlihat dan tak terjangkau pandangannya. Atau malah ketika Dita sedang bersama laki-laki lain, bahkan itu saudara Langit sendiri.

Jika ada penghargaan istri tersabar, keluarga Langit sepakat Dita layak mendapatkannya. Dita bahkan masih bisa mengajak Langit bercanda, meski sebelumnya, Langit baru saja teriak-teriak memarahinya. Hanya saja, seperti biasa, Langit akan langsung sibuk meminta maaf. Tak jarang, sambil bersimpuh, tangis penyesalan menyertai permintaan maaf Langit kepada Dita.

“Nanti kita mampir ke toko buah sekalian beli makan buat ibu dan adik-adik kamu,” ucap Langit.

Hari ini, Langit sengaja mengajak Dita mengunjungi keluarga istrinya itu. Andai tidak ada halangan, rencananya, weekend ini mereka akan menginap di kontrakan ibunya Dita.

Setelah biasanya menjadi asisten bahkan nyawa untuk Langit. Karena Dita juga membantu suaminya mengurus pekerjaan kantor, kini giliran Langit yang akan mengenal dekat keluarga Dita.

Dita sangat menghargai setiap perubahan emosi sang suami. Bukan hanya ketika suaminya menyikapinya dengan manis. Namun juga ketika Langit sedang emosi. Sebab Dita akan selalu belajar dari apa yang sudah terjadi, termasuk hal-hal yang sangat melukainya.

“Mas, menurut Mas. Aku perlu dandan, enggak?” tanya Dita sengaja menggoda suaminya.

Kemanjaan Dita sekaligus ketergantungannya kepada Langit, menjadi salah satu alasan Langit makin fokus memperhatikan Dita. Karena kedua kenyataan tersebut membuat Langit merasa berguna bahkan dihargai oleh Dita.

“Enggak dandan pun, kamu sudah cantik banget!” jawab Langit sengaja mendekati Dita kemudian buru-buru merapikan alat make up sang istri yang memenuhi meja rias kamarnya. Ia tak mengizinkan Dita merias wajah jika mereka akan pergi keluar rumah.

“Istri itu cerminan suami. Makin istrinya cantik dan bahagia, makin berhasil juga suaminya!” ucap Dita.

“Jadi, kamu enggak percaya kalau tanpa rias pun, kamu tetap cantik?” balas Langit.

“Andai aku tambah cantik, Mas juga yang senang, kan? Apalagi, aku pakai cadar. Sementara yang buka cadarku hanya Mas!” ucap Dita yang kemudian mendekap manja tubuh sang suami dari samping kiri. Kemudian, ia meraih lipstik merahnya dari meja, dan siap memoleskannya ke bibir Langit.

“Buat apa?” panik Langit.

“Ya biar pas Mas nyegel wajahku, bekasnya lebih kentara. Bisa buat jadi tanda, oh itu suaminya rutin nyegel! Bahagianya, suaminya paham gimana bahagiain istri!” ucap Dita.

“Iya kalau mereka mikir gitu. Kalau yang ada, aku dikira mau mangkal, gimana?” sewot Langit yang langsung membuat Dita tertawa.

Langit berangsur mengambil lipstiknya dari tangan kanan Dita. Ia memakaikan lipstik itu dengan hati-hati. Sementara Dita kembali memeluknya erat menggunakan kedua tangan. Dita masih memperlakukan Langit penuh kemanjaan.

Setelah menjalani pengobatan ke tiga, obat yang Langit konsumsi dari sang dokter memang jauh lebih bereaksi. Namun, Langit tetap belum bisa mengontrol emosi karena kecemburuannya. Selebihnya, semuanya sungguh baik-baik saja. Asal Langit tidak cemburu, Dita dan Langit layaknya pasangan saling cinta pada kebanyakan. Layaknya kini, Langit tak segan mengecup-ngecup gemas bibir sang istri yang sebelumnya baru saja ia poles lipstik merah, hingga bibir berisi itu tampak makin seksi.

“Ya sudah, ayo kita berangkat!” sergah Langit bersemangat. Saking semangatnya, ia lupa. Bahwa kesibukannya mengecup-ngecup bibir Dita, membuat bibirnya juga turut dihiasi lipstik. Barulah setelah telunjuk tangan kanan Dita mengelus bibir Langit, pria itu ingat.

“Banyak, ya? Enggak apa-apa, enggak usah dihapus. Biar orang-orang tahu, istriku paham, dan memang pintar membahagiakan aku!” ucap Langit benar-benar manis. Saking manisnya, wajah sang istri yang belum tertutup cadar dan ada di hadapannya, jadi bersemu.

Sekitar satu jam setengah kemudian, Dita dan Langit sudah memasuki gang sempit yang menjadi jalan menuju kontrakan keluarga Dita. Sampai sana, keduanya langsung disambut oleh seorang pria paruh baya berpenampilan rapi. Pria tersebut langsung membantu mereka memboyong barang bawaan. Koper yang awalnya Langit seret, pria itu ambil berikut dua kantong besar yang Dita bawa. Langit jadi menggandeng Dita dengan leluasa, tak lama setelah koper yang ia bawa, diambil alih.

Ibu Darsem yang sedang istirahat sambil berbaring, langsung kikuk dan tak berani menyapa Dita apalagi Langit.

“Bu, ... ini Mas Langit, suami aku. Maaf baru datang karena Mas Langit juga sedang sakit,” ucap Dita sambil menyalami tangan kanan sang mama dengan takzim.

“Tampangnya khas orang yang merasa sangat berdosa. Semoga kalau dia memang enggak bisa baik ke Dita, biar dia mati saja karena penyakitnya?” batin Langit sambil ikut menyalami tangan kanan kanan ibu Darsem. “Sehat, Bu? Katanya kemarin baru kontrol?”

Ibu Darsem mengangguk-angguk canggung. Kepada Langit yang ia ketahui sangat kaya, mau tak mau ibu Darsem menjawab. Selain itu, sebelumnya ibu Darsem mengenal Langit sebagai kekasih Agnia. Meski sekarang sekarang, Langit justru telah jadi menantunya.

“Sampai sekarang aku masih sulit percaya. Bahwa pria kaya raya seperti mas Langit, justru suami Dita,” batin ibu Darsem yang meski masih diam, tetap aktif memperhatikan interaksi sang putri dengan Langit.

Untuk sekadar berbicara, Langit dan Dita melakukannya dengan berbisik-bisik. Sementara dari cara keduanya berkomunikasi, ibu Darsem tak menemukan tanda-tanda Langit terpaksa kepada Dita.

“Ibu mau aku siapkan makan? Tadi aku beli bebek sama daging sapi kukus. Dokter bilang, HB Ibu rendah dan Ibu wajib konsumsi daging merah,” ucap Dita yang jadi sedih.

Alasan Dita sedih bukan karena sakitnya sang ibu. Melainkan karena sang ibu ia pergoki diam-diam mengawasi interaksinya dan Langit. “Bukannya bahagia, kok Ibu Biasa saja, ya? Kalau aku tanya pun, Ibu tetap enggak jawab. Hanya ke Mas Langit saja Ibu mau jawab.

Siang menjelang sore, Mita pulang sekolah. Ia pulang lebih dulu ketimbang sang adik. Sebab ia tak sampai ikut acara pramuka layaknya sang adik. Awalnya Mita malas-malasan bahkan itu untuk sekadar melangkah ke kontrakan. Namun setelah melihat ada dua pasang sepatu, satu sepatu perempuan dan satu sepatu laki-laki ada di teras depan pintu kontrakan, kedua mata Mita langsung melotot.

“Itu sandal mahal, itu! Jangan-jangan mbak Dita dan suami kayanya, datang!” pikir Mita langsung semangat memastikan.

Mita buru-buru melepas sepatu kemudian kaus kaki panjang warna hitamnya. Pak Fajar dan merupakan pria paruh baya yang ditugasi bantu-bantu di sana oleh orang tua suami Dita, langsung menyambutnya.

“Pak Fajar, si mbak Dita sama suaminya, datang?!” sergah Mita sangat penasaran.

“Iya, Mbak Mita. Namun tolong jaga sikap Mbak jika di depan Mas Langit!” sergah pak Fajar tetap santun, meski kenyataan Mita yang ugal-ugalan, membuatnya kurang nyaman.

“Mas? Masa dipanggil Mas? Mbak Dita nikahnya sama kakek-kakek, kan? Lagian masa ada orang kaya, selain kakek-kakek yang mau sama mbak Dita?” pikir Mita.

Mita yang awalnya melangkah buru-buru karena tak sabar, reflek berhenti melangkah hanya karena ia melihat Langit. Pria sangat tampak itu baru keluar dari kamar ibu Darsem. Hanya diam saja dan berdiri di depan pintu kamar, di mata Mita, Langit sangat tampan.

“Dia yang di diskotik itu, kan? Dia bela-belain ke sini, cuma buat ketemu aku?!” batin Mita kegirangan.

(Assalamualaikum. Bab dua puluh dan artinya, retensinya dihitung ya ❤️. mohon dukungannya, cukup baca runtut saja, jangan lompat-lompat ya ❤️)

1
Tria Hartanto
ini ibu sama anak sama sama gila ,lebih baik mita dan darsem mati aja orang ngga tau terimakasih
Sugiharti Rusli
memang uda ga benar nih otak bu Darsem sama si Mita yah😡😡😡
Marsiyah Minardi
Fix definisi si emak gila si anak gendeng
kayaknya manusia model bu Darsem dan Mita mesti dibanting bolak balik baru otaknya encer nyadar, kelewat bebal
jadi pengin ngulek otak mereka, kasih makan mentok
Rekno Widhiasih
Ya Allah pengen tak remes itu mulut ibu anak dasar gak punya otak dan akhlak /Grimace/
Arin
Memang minta di jitak nih Mita...... belum ngrasain di banting Langit sih sama di tendang Ibu Azzura..... gampang banget minta ini itu soal Dita ke Ibu Darsem. Memangnya Langit mau gitu sama Si Mita Mitu
Yudan Prasetyacirebon
bu darsem ibu yang ga punya otak
Harti Queenn
ha cuma mama azzura pingin banting mak dan adeknya dita readers nya juga pingin banting juga manusia ga tau di untung bukanya tobat mlh makin jadi
Arni
Itu si mita otaknya pindah kebelakang kayaknya, kok ada y ibu spt itu, ya Alloh semoga mas Langit diberikan iman yg kuat meski ntar dirayu dipaksa bt nikahin Mita g bakalan terlaksana
Dila Dilabeladila
y allah ada ibu kaya gtu nauzubilah..
tega sama anak n saudara sendiri.
Dila Dilabeladila
udah g usah d bantu lagi.coba bisa apa mereka.marlino aja yg bantu diem2.
Fia Ayu
Ya allah gusti, gemes banget aku sama si mita and emaknya kaga tau diri banget,aku sumpahin yg jelek2 dosa gk si thor😡
Sunaryati
Biarkan saja tak usah diurusi
Asyatun 1
lanjut
Fia Ayu
Aku gemes banget sama emak/adeknya dita. Padahal emaknya dah dapet teguran begitu kaga sadar2😢
Sugiharti Rusli
definisi manusia ga tahu malu sih tuh bu Darsem dan Mita, beneran mending ga usah terlalu diperhatikan lha, biar aja mereka merasakan kalo ga ada yang nolong mereka secara finansial,,,
Sonya Kapahang
Alhamdulillah.. Langit udh lurus lagi..

Si Bu Darsem, msh aj Mita yg dicari.. Itu ad 2 anaknya yg lain, Bu.. Astagaaaaa.....
Sonya Kapahang
Tapi kasian anaknya Dita sm Langit klo jodohnya si Haris.. 🤣🤣🤣🤣🤣
Sonya Kapahang
Nah bener nih begini.. diamprokin aj sekalian.. biar ga ribet kedepannya.. biar Agnia ga rusuh lg ke Langit dan Haris ga nungguin Dita lg..
Sonya Kapahang
Cepat atw lambat pasti akan ketauan siapa istriMu, Lang.. ya gpp.. Bismillah aj Haris mau legowo nerima..
Sonya Kapahang
Alhamdulillah.. pelan² Langit mulai "lurus" otaknya.. 😅😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!