Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 14
ITULAH ALMO DA COSTA
Selang beberapa berlalu. Luna yang akhirnya tak sadarkan diri karena dikuasai oleh rasa kantuknya. Wanita itu mulai membuka mata saat dia cukup lama tertidur hingga ia kembali teringat akan Almo.
Ya!
“No. Di mana dia?" gumam Luna saat dia masih berada di dalam jet pribadi milik Almo.
Wanita cantik dengan dress yang sama itu segera beranjak dari duduknya dan keluar dari jet dikala tak ada orang selain para pelayan dan dua penjaga saja.
“Dimana bos kalian huh?" tanya Luna sedikit tegas dan tergesa-gesa.
Namun malangnya, mereka tak ada yang menjawabnya dan hanya diam. Bahkan, ketika Luna akhirnya kesal sendiri hingga memilih pergi dari sana— tak ada yang menghentikannya meski wanita itu berulang kali berbalik untuk waspada jikalau dikejar. Tapi ternyata tidak.
“Aku tidak akan membiarkannya.” Gumam Luna terus berlari hingga beberapa mata memandanginya penuh tanya.
Tak perduli akan tatapan orang. Yang Luna tuku hanya satu, yaitu rumah Francisco. Ya! Meski keadaan di sana masihlah sangat pagi, namun beberapa orang sudah memenuhi jalanan.
...***...
“Tuan Fran! Ada— ” Darr! Belum sempat selesai bicara. Pelayan pria tadi langsung terkapar di lantai saat ia tertembak dari belakang.
Almo bersama Enzo dan satu anak buahnya menatap lekat ke Francisco yang kini bangkit dari duduknya dan menatap tajam ke arah Almo selaku si pembawa pistol. “Tuan Almo." Ucapnya terkejut saat melihat pria dengan mata hijau kemiri itu baru saja membunuh pelayannya yang tak bersalah.
Sementara Almo sendiri masih menatap tajam tak peduli akan siapa pria yang dia hadapi. Sampai, ia melirik ke anak kecil yang berada di gendongan seorang pelayan wanita yang merupakan babysitter sementara.
“Ambil anak itu.” Pinta Almo kepada Enzo.
Seketika pelayan tadi terkejut, begitu juga dengan Francisco yang mencoba menghalangi jalan Enzo. Darr!! Tanpa banyak bicara, Almo meluncurkan pelurunya tepat ke dada Francisco hingga pria itu meninggal dalam hitungan detik saja.
“NO!!!!" teriak Luna yang bersamaan ketika Francisco tergeletak ke lantai.
Wanita itu langsung menghampiri Almo dan menepis tangan pria itu lalu menamparnya sekeras mungkin sampai Almo menoleh ke sisi kiri. “KAU PRIA SIALAN!!! DIMANA HATIMU HAH!!” sentak Luna hingga menggema di seluruh ruangan.
Melihat itu, Enzo terkejut bahkan Lorella sebagai ibu tirinya pun tak berani mengangkat tangan ke Almo. Tapi wanita itu dengan beraninya menampar Almo Da Costa.
Sang pelayan yang masih menggendong Cassie yang mulai menangis akibat kegaduhan para orang dewasa tadi, langsung membuat Luna meraihnya sehingga pelayan tadi berlari ketakutan.
Luna menangis saat dia melihat ke arah Francisco yang sudah tak bernyawa, sembari menenangkan Cassie.
“AKU SUDAH BILANG DIA BUKAN ANAKMU ALMO DA COSTA! Sekarang kau merebut ayahnya. Dia tidak punya siapa-siapa, APA KAU TAHU ITU??” geram Luna menatap tajam ke pria yang sama sekali tak peduli dan hanya memasang wajah angkuhnya.
“Mereka menghalangiku. Aku hanya ingin mengambilnya untuk tes DNA.” Balas Almo dengan santai.
Luna benar-benar ingin menjitak keras kepala pria itu.
“Kau bisa memintanya baik-baik, kenapa harus membunuhnya??” ujar Luna yang masih bersedia atas kematian pria malang dan baik Francisco. Kini bagaimana nasib Cassie?
“Aku bukan pria seperti itu. ENZO!! Bawa anak itu untuk di tes DNA."
Luna dengan sekuat tenaga menahan Cassie, namun dia memilih pasrah agar anak itu tak kesakitan sehingga Enzo membawanya pergi.
Kini wanita itu masih terdiam dengan perasaan yang kalut dan sedih. “Ikutlah denganku." Pinta Almo menatap tajam.
“Aku tidak mau.” Tolak Luna yang hanya diam sembari menatap lekat dan penuh kemarahan.
“Ikutlah atau aku akan membunuh anak itu.” Ancam Almo yang langsung bergegas pergi.
Mendengar ancaman itu, Luna langsung menahan tangisnya, merapatkan bibirnya hingga mengusap kasar wajahnya yang nampak tegang. Mau tak mau dia harus mengikuti Almo atau anak itu akan dalam bahaya.
“Maafkan aku." Gumam Luna kepada Francisco sebelum akhirnya dia melangkah pergi.
.
.
.
Saat Luna masuk ke dalam mobil hitam bersama Almo dan sopir. Wanita itu terkejut ketika Cassie dan Enzo rupanya berada di mobil lainnya.
“Tidak, tidak!! tungguu.... Bagaimana dengan anak itu? Kenapa dia berbeda arah??" cerca Luna sembari terus menengok ke belakang.
“Anak buahku akan menjaganya sampai hasil tesnya keluar. Untuk sementara itu— ” Almo menoleh sehingga Luna yang menatap balik, hanya berkerut alis.
“Aku akan menagih ucapan mu.” Lanjutnya yang langsung membuat Luna tertegun dan kembali duduk diam.
Sungguh! Terbuat dari apakah hati Almo sehingga pria itu sangat-sangat kejam dan tak punya nurani.
Kini Luna dibuat bingung dan gelisah karena tak bisa melawannya.
Villa Boston.
“Selamat datang Tuan Almo! Kami sudah menyiapkan semua kebutuhan Anda!" ucap salah seorang penjaga villa.
Hanya membalasnya dengan bergumam kecil, Almo melangkah masuk sekaligus menyuruh anak buahnya untuk berjalan di belakang Luna agar wanita itu tak bisa kabur.
Tak ada waktu untuk mengagumi keindahan serta kemewahan villa tersebut. Di pikiran Luna hanya ada kekhawatiran akan keberadaan Cassie, bayi yang tak bersalah itu.
“Bawa dia.” Pinta Almo kepada beberapa wanita serta pria yang sudah siap di sana.
Luna mengernyit heran saat melihat orang-orang tadi yang mulai menghampirinya dan mengajaknya pergi ke ruangan lain. Sementara Almo berjalan lurus menuju ke arah ruangan dengan pintu berwarna hitam serta corak yang indah.
“KALIAN AKAN MEMBAWA KU KEMANA?? JANGAN MENYENTUHKU, AKU BISA BERJALAN SENDIRI.” Kesal Luna saat kedua tangannya dipegang paksa oleh dua pria designer.
Sementara di ruangan kamar VIPnya. Almo meneguk segelas beer sambil berkacak pinggang saat dia menatap keluar jendela seraya memutar gelas berisi beer tadi.
Sekilas dia mendengar teriakan Luna, namun itu hanya sesaat sebelum pintu benar-benar tertutup. “Shit!" umpatnya.
Tok! Tok! Suara ketukan hingga seorang pria masuk menyampaikan kabar dari Enzo. “Anak itu sudah di tes Tuan Almo. Dan kami sudah menyuruh mereka untuk mempercepat hasilnya.” Jelas anak buah Almo dengan penuh hormat.
“Jaga anak itu dengan baik." Ucap Almo tanpa berbalik badan dan masih berdiri membelakangi pintu.
“Tuan Enzo bertanya. Jika hasil tesnya negatif, apa yang harus dia lakukan kepada anak itu? Apakah kami harus membunuhnya?"
Beberapa detik Almo terdiam hingga ia meneguk minumannya sampai habis.
“Jangan. Kau bawa saja dia ke panti asuhan, biarkan orang-orang baik di sana merawatnya. Bagaimana pun juga, anak itu tidak bersalah.” Pinta Almo hingga anak buahnya pamit pergi.
Ya! Pria itu tak terlihat seperti apa yang Luna lihat. Dan seperti apa yang orang lain lihat, Enzo si asisten setianya itulah yang tahu bagaimana sikap dan sifat asli bosnya.
Dia memang keras di luar. Tapi hatinya begitu lembut bila seseorang menggalinya lebih dalam. Itulah Almo Da Costa.
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung