Seorang gadis keturunan Eropa yang berambut sebahu bernama Claudia. Sebagai anak ketua Mafia kejam di bagian eropa, yang tidak memiliki keberuntungan pada kehidupan percintaan serta keluarga kecil nya. Beranjak dewasa dia harus memilih jalan kehidupan yang salah mengikuti jejak ayah nya sebagai mafia, di karenakan orang tua nya bercerai karena seseorang masuk ke dalam kehidupan keluarga nya sebagai Pelakor. Akibat perceraian orang tua nya, dia menjadi gadis yang nakal serta bar bar dan bergabung menjadi mafia. Dia memiliki seorang kekasih yang hanya mencintai diri nya karena n*fsu semata. Waktu terus berjalan membuat dia muak, karena percintaan yang toxic & pengkhianat dari orang terdekat nya. Dia mencoba untuk merubah diri nya jadi lebih baik, agar mendapatkan cinta yang tulus dari pria yang bisa menerima semua kekurangan dan masa lalu buruk nya serta melindungi diri nya. Akan kah ada pria mencintai dan menerima gadis ini dengan tulus? Yuk ikuti setiap bab nya! Happy reading semua 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widya Pramesti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Kampus Dengan Zen
...ΩΩΩΩΩΩΩ...
...-------Hari pertama Masuk Kampus-----...
...ΩΩΩΩΩΩ...
"Clau .... Bangun!" Isabella menggoyang kan tubuh putri nya masih tertidur lelap.
"Apa sih bu ..., masih malam loh!" ucap Claudia tak sanggup membuka mata nya karena terasa berat dan kantuk.
"Masih malam apa nya Clau, lihat ini!" Isabella melangkah ke arah gorden jendela kamar nya, dia buka secara cepat.
Sinar matahari yang kini masuk ke dalam kamar milik Claudia, membuat diri nya terasa silau saat hendak membukakan kedua kelopak matanya.
"Sudah pagi?" ucap Claudia dengan ling lung.
"Iya, kamu tidurnya terlalu nyenyak"
"Cepat mandi dan siap-siap!" ujar Isabella sambil mengomeli putrinya.
"Astaga ...., aku sudah telat ke kampus ini bu!" Claudia bangkit dengan terburu-buru dan melirik ke arah jam weker miliknya yang di letakkan di atas meja belajar di samping ranjangnya.
"Punya anak gadis, kebiasaan telat bangun gini...!" gumam Isabella menggeleng-gelengkan kepalanya.
Claudia beranjak masuk ke kamar mandi , tidak butuh waktu lama. Sekitar 10 menit, kini diri nya sudah selesai mandi, serta berpakaian sedikit rapi walau pun masih kelihatan tomboy.
Claudia memakai pakaian berjenis kaos polos warna putih di dalam, dan bagian luarnya memakai jacket denim serta di padukan dengan celana jeans nya berwarna hitam. Tak lupa Claudia memakai tas ransel nya.
"Oke, sekarang aku harus ngebut supaya cepat sampai di kampus impian ku!" lirih Claudia sedang menaiki motor kesayangan nya.
"Hei Claudia!" sapa Zen yang tengah mengeluarkan motor miliknya dari garasi. Claudia langsung menoleh ke arah zen, dengan tatapan dingin. Rumah mereka berdekatan bahkan tak memiliki pagar masing-masing.
"Apa kau mau berangkat juga?" tanya Zen.
"iya!" jawab Claudia singkat, ia mulai menancapkan gas motor miliknya dengan begitu cepat, membuat Zen takjub karena memiliki tetangga wanita yang sangat macho.
"Wow ... Keren juga dia!"
"Hmmm ..., menarik untuk di dekati!" gumam Zen, kini juga menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
Claudia yang kini sedang tengah ngebut, terpaksa berhenti karena ada lampu lalu lintas yang menandakan untuk berhenti berwarna merah.
"Aishhh ..., pakai merah segala lagi!" ucap Claudia mengeluh.
Dia melirik ke arah kanan dan kiri ternyata ada sebuah mobil sport yang baru berhenti juga secara mendadak di sebelahnya.
"Itu kan mobil yang aku lihat di mini market punya pria asing kemarin?" kata Claudia di dalam hati nya.
Kaca mobil sport itu terlihat sangat gelap dari luar, jadi dia tidak bisa memastikan jika orang di dalam mobil itu memanglah pria kemarin yang dia temui.
"Hmm ... mungkin kebetulan saja mobilnya mirip, yang punya mobil sportkan bukan dia aja. Lagian aku juga enggak hafal nomor plat mobilnya!" lirih Claudia.
Lampu hijau pun muncul, artinya sudah bisa untuk melewati jalur lain. Dia segara, menancap gasnya lagi dengan kecepatan sedang karena jarak kampusnya tidak terlalu jauh.
...-----Sesampainya di Kampus-----...
"Akhir nya sampai juga!"
Claudia turun dari motor nya terpakirkan dengan rapi, saat dia ingin melangkah menuju gedung kampus tersebut. Zen tetangga nya itu kini memarkir kan motor nya itu di sebelah motor nya.
"Hah! Itu kan Zen? Kenapa dia ke kampus ini juga? Hmm... parkirnya di dekat motor ku segala!" tutur batin Claudia merasa heran.
"Hei Clau, jumpa lagi kita!"
"Kamu kuliah disini juga?" tanya Zen membuka helmnya.
"Iya! Aku sebagai mahasiswa baru disini!" sahut Claudia dengan judes.
"Oohh ... sama dong!"
"Aku nganggur setahun, jadi baru mulai daftar di kampus ini juga, berarti kita seangkatan!" goda Zen mengedipkan mata sebelahnya ke Claudia.
Claudia memutarkan bola matanya, karena merasa ilfi dengan Zen.
"Aku masuk duluan!" pamit Claudia dengan nada datar.
"Tunggu!"
"Kita masuk bersama saja!" ucap Zen mengejar langkah Claudia yang begitu cepat seperti ingin menghindari diri nya.
"Apaan sih, beriringan gini!" omel Claudia terhadap Zen yang kini sudah ada di sebelahnya.
"Biar aku bisa jagain kamu. Kita kan tetangga!" ujar Zen dengan santai.
"Dirumah boleh di anggap tetangga!"
"Tapi, disini kita pura-pura engga kenal! Kita juga tidak terlalu akrab 'kan!" ucap Claudia dengan nada ketus.
"Kalau kata mu tidak akrab, kenapa kita tidak mencoba untuk menjadi akrab?" sahut Zen.
Claudia langsung menghentikan langkahnya secara mendadak, langsung menatap tajam ke Zen.
"Kau sangat keras kepala Zen!" ucap Claudia dengan sebal.
"Karena-!" ujar Zen terhenti kan saat seseorang datang berdeham mendekat ke arah mereka.
"Ehem! Ehem!"
Dehaman seorang pria yang ternyata di kenali oleh Claudia.
"Kenzie?"
"Hei Claudia ..., tak di sangka kau juga bakalan masuk ke kampus impian mu ini!"
Orang yang berdeham itu yang ternyata adalah Kenzie, dia tersenyum miring terhadap pacar sahabatnya itu.
"Lama tidak bertemu dengan mu Clau ..., bagaimana hubungan mu dengan Alvin?"
"Btw dia siapa?" ucap Kenzie menoleh ke arah zen yang belum dia kenali.
"Aku Zen! Tetangga barunya Claudia!"
Zen mengulurkan tangannya dengan angkuh Kenzie membalas uluran tangan itu. "Aku Kenzie! Teman sekolahnya dulu, bahkan sahabat kekasihnya Claudia!" ucap Kenzie.
"Jadi Claudia ..., sudah mempunyai pacar?" tanya Zen dengan nada pelan.
"Iya! Apa kau tidak di beri tau olehnya?" sahut Kenzie.
"Clau ... Clau ..., apa kau selingkuhi Alvin?"
"Sehingga pria di sebelah mu tidak mengetahui jika kau sudah mempunyai kekasih!" ucap Kenzie menuduh Claudia tanpa alasan yang pasti.
PLAAAKKKK!
Satu layangan keras mendarat di pipi Kenzie oleh Claudia.
Kenzie terpaku karena mendapatkan tamparan dari Claudia.
"Beraninya kau menuduh ku selingkuh!"
"Kemana saja kau brengs*k!"
"Kau saja tidak bertanggung jawab terhadap Riana!"
"Apa kau tau? Riana hamil anak mu!"
"Tapi apa yang kau lakukan? Malah melarikan diri!" bentak Claudia secara beruntun dengan sangat marah terhadap Kenzie.
"Mungkin saja ..., kau memang sudah tau Riana hamil, tapi karena rasa tanggung jawab di dirimu itu tidak punya, jadi kemungkinan kau sengaja selingkuhi dirinya secara tertutup dengan alasan bohong sibukmu dan menghilang!" timpal Claudia dengan mendelikkan matanya.
"Sh*tt!"
Kenzie menatap bola mata Claudia dengan lekat sambil berkata. "Jadi Riana sudah mengatakan ini kepada mu?" tanya Kenzie.
"Aku gak nyangka sama kau seperti pengecut. Kalau kau memang lelaki perkasa dan hebat, jangan lari dari rasa tanggung jawabmu ini!"
"Apa lagi sampai selingkuhi dan bohongi dia!" lirih Claudia menahan air matanya sekuat tenaga, karena dia sangat lemah jika sudah membahas sahabatnya itu yang sedang kesusahan.
"Tapi aku tidak selingkuh Clau ..., aku memang benaran sibuk!" tutur Kenzie.
"Kau juga tak ada bukti jika aku berselingkuhkan?" timpal Kenzie yang tak terima tuduhan selingkuh itu.
"Aku sekarang memang tak ada buktinya. Tapi aku mohon kepada mu, j*nin yang ada di perut Riana itu anak mu Ken!"
"Darah d*ging mu sendiri!" sahut Claudia.
"Aarrghhh......!" Kenzie menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.
"Oke!"
"Akan ku temui Riana nanti dan akan aku usahakan untuk bertanggung jawab!" ucap Kenzie seperti enggan melakukan itu.
"Baiklah, kalau gitu kamu harus janji sama aku dan harus segera bertanggung jawab!" pinta Claudia.
"Iya, janji!" sahut Kenzie mengangguk.
Kenzie sebenarnya, menyimpan sebuah perasaan terhadap Claudia sejak lama. Tanpa mengetahui Claudia, dia harus berpura-pura mencintai Riana karena saat masa itu Alvin duluan mengungkapkan perasaannya sebelum dirinya menghampiri Claudia. Semenjak Alvin dan Claudia berpacaran, dirinya sengaja di dekatkan oleh sahabatnya Claudia bernama Riana saat di markas.
Kelihatannya, Riana yang duluan menyukai dirinya karena ketampanan yang ada di dirinya. Semenjak itu, dia memanfaatkan perasaan Riana dan berpura-pura mencintai Riana balik dan membuat Riana sebagai bahan pelampiasan n*fsunya saja tanpa disadari oleh Riana.
"Seandainya kamu tau Clau ..., aku suka sama kamu dari masa sekolah dulu. Memang benar, kamu, aku, Alvin dan Riana satu sekolah. Tapi Alvin lebih duluan menikungku karena perasaan ku sudah lama terpendam bahkan tak berani mengungkapkannya. Maafkan aku Clau, setiap aku melakukan itu dengan Riana pasti aku menganggap kalau itu adalah diri mu. Tapi ternyata hanya halusinasiku saja, sehingga Riana menjadi korbannya!" lirih Kenzie di dalam hatinya.
Sementara Zen hanya terdiam terpaku sambil mendengarkan obrolan Claudia dan Kenzie yang seharusnya menjadi rahasia mereka tapi kini dia mengetahuinya.
"Claudia, kita masuk yuk! Sebentar lagi dosen akan masuk!" ucap Zen menarik pergelangan tangan Claudia dengan lembut. Kenzie melihat tangan Claudia di tarik oleh Zen hanya bisa terplanga.
Sorot mata Claudia hanya bisa memperhatikan pergelangan tangannya di tarik oleh Zen sambil berkata. "Ah iya! Ken, ayo kita masuk bersama" ucap Claudia melirik ke arah Kenzie kembali sambil mengajak dirinya untuk segera masuk ke kelas.
Namun Zen melangkah memasuki ruangan kelas sambil menarik pergelangan tangan Claudia. Sementara Kenzie mengikuti langkah mereka berdua dari belakang.
Karena pergelangan tangan Claudia masih di genggam dan ditarik oleh Zen, ia merasa risih. "Zen!" seru Claudia menepiskan tangan Zen ketika sudah berada di dalam ruangan. "Cukup! Jangan sentuh aku lagi, aku bukan anak kecil dan aku bisa sendiri!" ucap Claudia dengan judes.
Kenzie mendengarkan itu hanya bisa menahan tawanya sambil berkata. "Ppfff, kasian banget sih Lo!" gumam Kenzie. "Jangan harap kau bisa mendapatkan Claudia!" ucap Kenzie berjalan pelan melewati mereka sambil menyinggung Zen dengan senyuman liciknya.
Zen memberikan tatapan tak suka setelah mendengarkan ucapan kenzie.
Mereka pun mencari kursi masing-masing. Claudia telah duduk duluan dan di sebelah kanannya ada seorang wanita yang kelihatan feminim. Sebelah kiri Claudia, di duduki oleh Kenzie dan Zen ternyata duduk di kursi belakang nya Claudia.
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
...bersambung..........
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
🥰🥰🥰🥰🥰
🥰🥰🥰🥰🥰