Karya terbaru dari Author "Berondong Bayaran CEO Cantik."
Ig : oh_ya_ra
tiktok : link di ig
Ananta Nayra Santoso, tiba-tiba mengandung anak dari sahabatnya sendiri yakni Sean Alejandro Blanco. Semua bermula ketika mereka pergi ke sebuah bar dan mabuk berat. Keduanya sama-sama tak sadar telah melakukan hal tersebut. Mendengar kabar kehamilan Nayra, orang tua mereka yang berselisih selama ini pun kembali cekcok. Nenek keduanya menginginkan mereka menikah, tetapi mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. Bagaimana kah kisah selanjutnya?. Ikuti saja cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sulit diterima
"Nay, gue pulang duluan ya."
Steffi yang sudah menyelesaikan pekerjaannya itu pun bangkit dari tempat duduk.
"Iya, hati-hati." jawab Nayra.
Tak lama Steffi berlalu, dan satu persatu teman satu divisi Nayra mengikuti langkah gadis itu.
Tinggal lah kini Nayra sendirian, sebab masih banyak pekerjaan yang mesti ia selesaikan. Jika tidak dipaksakan hari ini, pasti besok akan bertambah lagi.
Lalu menit demi menit pun terlewati. Nayra mulai merasakan sedikit pusing di kepalanya. Tetapi ia memilih untuk lanjut.
Hingga lama kelamaan sudah sekitar 70% pekerjaannya yang selesai. Rasa pusing di kepala perempuan itu semakin bertambah, bahkan kini dibarengi rasa mual.
Nayra beristirahat sejenak, kemudian lanjut kembali. Ia baru benar-benar berhasil menyelesaikan pekerjaan, disaat seisi kantor sudah sepi. Tak lama setelah itu ia pun beranjak dan menuju ke arah lift.
Saat masuk, kepala Nayra semakin berputar-putar rasanya. Tetapi ia berusaha untuk tetap sadar dan bertahan. Dalam beberapa saat ia tiba di halaman parkir dengan tubuh yang mulai sempoyongan.
Sementara dari sudut lain, Sean yang juga baru hendak pulang tiba-tiba melihat Nayra dari kejauhan. Saat itu ia baru saja hendak membuka pintu mobil.
Setiap hari mereka selalu parkir di area yang sama. Lantaran gedung perkantoran mereka masih berada di satu kawasan.
"Nay?"
Sean seketika menyadari jika Nayra tampak oleng. Tak lama perempuan muda itu pun ambruk, tetapi Sean dengan cepat berlari dan menangkap tubuhnya.
"Nayra."
"Nay."
"Nayra."
Nayra tidak sadarkan diri dengan wajah pucat dan tubuh yang dingin. Melihat hal tersebut Sean pun menjadi panik dan segera saja ia mengangkat tubuh sahabatnya itu ke dalam mobil.
Tak lama kemudian ia bergegas untuk melarikan Nayra ke rumah sakit terdekat. Sebab ia takut terjadi apa-apa pada perempuan itu.
***
Selang beberapa menit.
"Loh, Nayra belum pulang?"
Steffi yang kembali ke kantor untuk mengambil laptopnya yang tertinggal itu pun kaget.
Pasalnya ia melihat mobil Nayra yang masih berada di parkiran, padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.
Lalu segera saja ia menuju lobi, dan ternyata pintu sudah di kunci oleh sekuriti.
"Koq udah di kunci pak?" tanya Steffi heran.
"Udah nggak ada lagi orang, bu." jawab si sekuriti santai.
Steffi mengerutkan dahi, sebab baru saja ia melihat mobil milik Nayra yang masih terparkir di basemen.
"Masih ada orang pak, itu di basemen masih ada mobil teman saya." ujar Steffi.
Gantian si sekuriti yang mengerutkan dahi.
"Saya udah keliling sampai lantai atas tiga kali bu, nggak ada satu orang pun yang masih lembur." jawabnya.
"Masa sih pak?" Steffi tak percaya.
Ia berpikir jangan-jangan Nayra ketiduran di suatu sudut, sehingga ia menjadi tak terlihat.
Karena di dorong rasa penasaran yang tinggi akhirnya Steffi dan sekuriti pun sama-sama naik ke atas.
"Nay."
Nayra."
Steffi mencoba memanggil nama temannya itu, tapi tak ada jawaban.
"Nayra."
Ia dan sekuriti memeriksa di berbagai sudut, tapi tak menemukan siapa-siapa disana.
Sementara itu Sean telah sampai ke unit gawat darurat. Segera saja pemuda itu menghentikan mobilnya dan dua orang perawat langsung bergegas menghampiri.
"Tolong sus, tadi teman saya ini pingsan di parkiran kantor."
Sean memberi keterangan. Tak lama Nayra pun dibawa ke dalam dan Sean memarkir mobil.
Dalam beberapa saat ia terlihat sudah masuk ke UGD untuk menyusul Nayra dan bermaksud menanyakan keadaannya pada dokter yang menangani.
***
Kembali ke kantor.
Steffi dan sekuriti tampak bingung dengan apa yang telah terjadi. Sebab mereka tak menemukan Nayra dimanapun. Bahkan di beberapa toilet juga tidak ada.
Apa mungkin Nayra lupa membawa mobil dan pulang dengan menggunakan taksi online. Atau mobil tersebut mengalami kerusakan dan mogok.
Karena masih penasaran, mereka pun lalu memeriksa CCTV parkiran. Tampak Nayra ada berjalan ke arah sana dengan langkah yang sempoyongan.
"Loh, loh, loh. Kenapa si Nayra?"'
Steffi bertanya seraya masih memperhatikan layar. Tak lama setelah itu Nayra jatuh pingsan. Tetapi kemudian Sean muncul dan dengan sigap memberi pertolongan.
"Astaga."
Steffi benar-benar kaget melihat hal tersebut. Ia sangat khawatir terjadi apa-apa pada Nayra. Segera saja ia mencoba menelpon nomor temannya itu, tapi tak diangkat. Dan sayangnya ia juga tidak memiliki nomor Sean.
"Duh, semoga si Nayra nggak apa-apa." gumamnya.
***
"Selamat ya pak, ibu Nayra Hamil."
Seorang dokter berkata pada Sean dan Nayra sambil tersenyum.
"Hah?"
"Hamil?"
Petir seperti menggelegar tiba-tiba. Sean dan Nayra sama-sama terkejut serta terdiam. Untuk beberapa saat mereka seperti tak menginjakkan kaki di bumi.
"Gi, gimana dok?" tanya Sean memastikan. Ada rasa cemas dalam nada bicara pemuda itu.
"Ibu Nayra, hamil pak." Dokter tersebut menegaskan.
"Nggak mungkin, ini nggak mungkin
dok. Dokter pasti salah mendiagnosa." Nayra seperti tak terima, sementara Sean masih terlihat syok berat.
"Dua bulan belakangan saya masih datang bulan walaupun sedikit." lanjutnya lagi.
Perempuan itu kini terlihat panik. Perasaanya benar-benar campur aduk dan benaknya seperti berkecamuk.
"Bisa dijelaskan darah menstruasinya yang keluar sebanyak apa dan seperti apa bu?" tanya dokter.
"Cuma kayak flek warna coklat tua gitu dok. Dan memang sebelum itu juga saya kadang haid kadang nggak dalam setiap bulan. Jadi nggak mungkin saya hamil." jawab Nayra.
Dokter tersebut diam sejenak, kemudian kembali berkata.
"Biar saya jelaskan ya, bu. Flek berwarna coklat tua itu merupakan tanda kehamilan. Biasanya muncul 10-14 hari setelah berhubungan sampai trisemester pertama. Walaupun ibu bilang jarang haid setiap bulan, tetapi test yang kami lakukan tadi akurat bu." ujarnya.
Nayra menatap Sean dan begitupun sebaliknya.
"Selamat ya pak, bu. Saya tinggal dulu, kalau ada apa-apa segera panggil perawat jaga."
"Baik dok."
Sean menjawab dengan tubuh yang gemetaran, dan tak lama dokter itu pun segera berlalu.
"Nggak mungkin. Ini nggak mungkin."
Nayra mulai terlihat ketakutan dan nyaris menangis. Sean mendekat lalu memeluk temannya itu. Meski awalnya ditolak keras oleh Nayra, tetapi Sean tetap melakukannya.
"Gue tanggung jawab, Nay." ujarnya kemudian.
"Ini bukan masalah tanggung jawab atau nggak, Sean. Gue nggak mau anak ini, gue udah punya pacar dan gue sayang sama dia."
Sean bingung mendengar jawaban tersebut. Sebab otaknya pun kini tak mampu berpikir jernih. Ia hanya mengambil langkah yang menurutnya paling dekat dan tepat.
"Terus lo maunya gimana?" tanya Sean kemudian.
"Gue mau anak ini digugurkan." ujar Nayra.
Tegas suara perempuan itu terdengar, karena memang ia tak pernah menginginkan hal yang seperti ini terjadi.
"Tubuh gue adalah hak gue. gue mau hamil atau nggak, gue yang akan memutuskan." lanjutnya lagi.
Entah mengapa hati Sean tiba-tiba terluka mendengar semua itu. Biar bagaimanapun janin yang ada di rahim Nayra saat ini adalah anaknya.
Jelas, karena terkahir kali Nayra hanya berhubungan dengan dirinya. Sedang Philo saat ini tengah berada di di luar negri.
"Nay, lo tenang dulu. Jangan gegabah ngambil keputusan." ujar pemuda itu.
"Enteng banget lo ngomong. Ini menyangkut masa depan gue nanti. Lo nggak ada hak ngatur-ngatur gue." tukas Nayra.
"Tapi ini anak gue juga."
Sean berkata seraya menatap dalam ke mata sahabatnya itu.
"Terus, lo ngak mikir gimana perasaan Philo, perasaan Feli?. Gimana kalau mereka berdua sampai tau?"
"Kita nggak usah mikirin yang lain dulu. Ini masalah kita berdua."
"Hidup bukan tentang kita doang, Sean."
Mendengar keduanya bergaduh, dokter yang semula memeriksa Nayra akhirnya kembali mendekat.
"Maaf pak, bu. Ini ada keributan apa?. Mohon maaf saya harus menanyakan hal ini, sebab ini adalah unit gawat darurat. Banyak pasien lain yang membutuhkan ketenangan." ujar dokter tersebut.
Sean dan Nayra sama-sama menatap sang dokter lalu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
mudah2an g terjadi perang bintang y....