Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Melahirkan Dendam
Malam itu, di rumah yang tenang dan nyaman, Mara duduk di ruang tamu sambil melihat handphonenya.
Sesekali ia melirik ke arah istrinya, Erna, yang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya. Erna tampak sibuk memeriksa beberapa dokumen dan email kantor.
Meski jam sudah menunjukkan waktu istirahat, Erna masih terlihat sibuk bekerja, seperti biasa.
"Nda, jangan kerja terlalu keras." Ujar Mara tiba-tiba, suaranya lembut. "Jaga kandungannya, ya."
Erna mendongak dari layar laptopnya, tersenyum tipis pada suaminya.
“Iya, Yah. Tenang saja, Bunda baik-baik saja. Ini juga sudah hampir selesai."
Mara mengangguk, meski kekhawatiran masih tersirat di wajahnya.
Ia tahu betapa pekerja keras istrinya, tapi sejak Erna hamil, ia semakin khawatir.
"Ayah tahu Bunda bisa mengatur semuanya, tapi tetap, jangan terlalu memaksakan diri, ya. Kesehatan Bunda dan bayi dalam kandungan lebih penting."
Erna mengangguk sambil menutup laptopnya.
"Iya, Yah. Bunda janji akan lebih banyak istirahat."
Mara tersenyum lega. Sementara itu, Erna memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri dari kelelahan yang dirasakannya.
Bayi di dalam kandungannya kini menjadi prioritas utama, meski tuntutan pekerjaan sering membuatnya lupa untuk berhenti dan beristirahat.
Mumu bangkit, dia mengurut istrinya agar tidak lelah. Ia juga menyuntikkan sedikit kekuatan spiritualnya ke dalam tubuh Erna.
...****************...
Sementara itu, di tempat lain, Purnama duduk di sudut kamarnya yang sempit di sebuah kost sederhana.
Dengan senyum sinis di wajahnya, dia memandangi foto-foto Erna dan Mumu di layar ponselnya.
Dia sudah berhasil masuk ke perusahaan Erna dengan menyamar sebagai Dara, CS yang baru saja diterima. Semua berjalan sesuai rencananya.
Purnama menaruh ponselnya di meja, lalu menatap pantulan wajahnya di cermin.
"Aku sudah masuk, Erna. Sekarang tinggal tunggu waktu sampai kamu mempercayaiku sepenuhnya." Gumamnya pelan, bibirnya masih melengkung sinis.
Sejak melihat kehebatan Mumu waktu itu, Purnama telah jatuh hati terhadap Mumu.
Dia sudah lama mengincar Mumu, seorang pria yang yang sebenarnya masih bisa dikatakan sebagai abang iparnya sendiri.
Walau pun hubungan Mumu dan kakaknya, Wulan dalam keadaan yang tidak jelas.
Sayangnya cinta Purnama tak berbalas. Mumu tak pernah mau melayaninya, nomor kontaknya pun diblokir Mumu gara-gara dia mengirim pesan mesra waktu itu.
Kini Mumu malah memilih Erna sebagai pendamping hidupnya, dan itu membuat Purnama patah hati.
Oleh karena itu dendam menguasai hatinya. Jika dia tidak bisa memiliki Mumu, maka Erna pun tak boleh menjadi istri Mumu. Begitu pikir Purnama.
Purnama sudah lama merencanakan semuanya. Dia tahu bahwa mendekati Erna akan memberi jalan untuk membalas dendam pada Mumu.
Dia akan menjadi orang kepercayaan Erna, mendapatkan akses ke kehidupan pribadinya, dan perlahan-lahan menghancurkan kebahagiaan yang telah mereka bangun bersama.
"Aku akan buat kalian menderita." Bisik Purnama sambil menatap bayangannya di cermin.
“Kalau aku tak bisa mendapatkan Mumu, Erna juga tak boleh bahagia bersamanya.”
Meski penuh kebencian, Purnama masih sering bermimpi tentang Mumu.
Dalam mimpinya, mereka selalu bersama, mesra, seolah-olah tak ada yang bisa memisahkan mereka.
Setiap kali terbangun dari mimpi itu, Purnama merasa lebih yakin dengan misinya. Dia takkan menyerah sampai rencananya berhasil.
...****************...
Keesokan harinya, di kantor Erna, suasana kerja tampak lebih santai. Dara, atau sebenarnya Purnama, sudah mulai bekerja dan berusaha membuat kesan yang baik pada Erna.
Dengan sikapnya yang sopan dan profesional, dia dengan cepat menarik perhatian rekan-rekan kerjanya.
“Dara, tolong bantu saya urus dokumen ini.” Ujar salah satu rekan kerjanya, sambil menyerahkan setumpuk berkas.
“Siap, Mbak. Saya akan segera mengurusnya.” Jawab Purnama dengan senyum ramah.
Meski di dalam hatinya ada rasa sinis, dia tahu bahwa bermain peran sebagai karyawan teladan adalah kunci untuk mendapatkan kepercayaan Erna.
Erna, yang sesekali memperhatikan dari dalam ruangannya, tampak puas dengan kinerja Dara.
“Dia memang pilihan yang tepat.” Gumam Erna pada dirinya sendiri. “Setidaknya sekarang aku bisa lebih banyak istirahat.”
Namun, Erna tak pernah tahu bahwa di balik senyum manis Dara, ada niat jahat yang tersembunyi.
Purnama terus menjalankan perannya dengan sempurna, sambil merencanakan langkah-langkah berikutnya.
Dia tahu bahwa untuk mencapai tujuannya, dia harus sabar dan teliti.
Hari-hari berikutnya, hubungan antara Erna dan Dara semakin dekat.
Purnama sengaja mencari-cari kesempatan untuk lebih sering berinteraksi dengan Erna, membantu di mana pun dia bisa. Dia tahu bahwa kepercayaan Erna adalah kunci dari rencananya.
Suatu siang, ketika suasana di kantor mulai tenang, Erna mengajak Dara untuk berbicara di ruangannya.
“Dara, kamu sudah bekerja dengan sangat baik. Saya senang punya karyawan seperti kamu."
"Terima kasih banyak sudah membantu, terutama karena kondisiku sekarang sedang hamil.” ujar Erna dengan senyum hangat.
Purnama, atau Dara, menundukkan kepalanya dengan sopan.
“Terima kasih, Buk Erna. Saya senang bisa membantu. Saya akan terus berusaha sebaik mungkin.”
Erna mengangguk puas. “Kamu sudah menjadi bagian penting dari tim ini. Kalau ada apa-apa yang kamu butuhkan, jangan sungkan untuk bicara langsung kepada saya, ya.”
Purnama tersenyum tipis. “Siap, Buk. Saya mengerti.”
Setelah perbincangan itu, Purnama merasa semakin dekat dengan tujuannya.
Sedikit demi sedikit, dia mulai memasuki lingkaran kepercayaan Erna.
Dia tahu bahwa semakin dekat dirinya dengan Erna, semakin besar kesempatan untuk menjalankan rencananya yang lebih jahat.
Di tengah kemajuannya di kantor, Purnama masih sering bermimpi tentang Mumu.
Mimpinya semakin intens, seolah-olah alam bawah sadarnya terus mengingatkan betapa besar cintanya pada pria itu.
Di dalam mimpi-mimpinya, Mumu selalu tampak penuh perhatian dan lembut, berbeda dengan kenyataan di mana Mumu tak pernah memperhatikannya.
Dalam satu mimpi, Purnama dan Mumu berjalan-jalan bersama di pantai, tangan mereka saling menggenggam.
Angin sepoi-sepoi meniup rambut Purnama, dan Mumu menatapnya dengan mata penuh cinta.
“Kita akan selalu bersama, Purnama...” Kata Mumu dalam mimpi itu.
Purnama terbangun dari mimpi tersebut dengan hati berdebar. Setiap kali mimpi seperti itu datang, Purnama merasa semakin yakin bahwa dia harus menghancurkan Erna.
Hanya dengan cara itu, dia bisa memaksa Mumu menyadari bahwa Purnama adalah wanita yang seharusnya dia cintai.
"Erna tidak pantas mendapatkan Mumu..." Pikirnya penuh amarah.
"Dia takkan pernah mencintai Mumu seperti aku mencintainya. Dan aku akan pastikan Erna merasakan penderitaan yang aku rasakan."
Dengan tekad yang semakin bulat, Purnama melanjutkan rencananya di perusahaan Erna.
Dia tahu, semakin lama, semakin besar kemungkinan Erna akan mempercayainya sepenuhnya.
Dan ketika saatnya tiba, Purnama akan siap untuk menghancurkan semua yang telah dibangun oleh Erna dan Mumu.
...****************...
"Pak Dokter. Silahkan masuk! Ayah ada di dalam." Dita menyambut Mumu dengan senyum ramah.
Hal itu membuat lesung pipit di pipi kirinya kelihatan membuat senyumnya bertambah manis.
Kalau cuma dipukul tidak sampai babak belur tidak akan kapok.
padahal masih bisa dilanjut....😄👍🙏
bersambung...