Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTUKAR PIKIRAN
Ditempat kerja, Rafie yang melihat sahabatnya beberapa hari terakhir sangat resah dan tak fokus pada pekerjaannya pun berjalan mendekat dan berusaha untuk mengingatkannya.
“Sabar...satu jam lagi kamu bisa bebas sekarang fokus pada pekerjaanmu dulu”, bisik Rafie lirih.
Bagaskara menghembuskan nafas dengan kasar sambil mengangguk dan berusaha fokus pada pekerjaan yang saat sedang dijalaninya.
Menghilangnya Audry cukup berdampak bagi kehidupan Bagaskara yang biasanya sangat teratur dan rapi menjadi sedikit kacau.
Bahkan Bagaskara yang selama ini selalu bersikap professional dalam bekerja tak bisa mengontrol diri hingga sering kehilangan fokus saat sedang bekerja.
Untung saja rekan yang bekerja dengannya cukup sabar dan setia sehingga bisa membackup pekerjaan Bagaskara jika lelaki tersebut tengah tak fokus dan tak jarang mengingatkannya seperti apa yang Rafie lakukan saat ini.
"Aku tak boleh seperti ini terus jika tak ingin ada yang memanfaatkan kelengahanku ini untuk memuluskan rencananya", batin Bagaskara bermonolog.
Meski Rianto dan antek-anteknya sudah ditahan namun tak menutup kemungkinan ada beberapa orang pendukungnya yang tak terlibat secara langsung masih berkeliaran disekelilingnya dan Bagaskara yang sadar akan hal ini pun berusaha untuk kembali fokus.
Setidaknya dia tak menunjukkan kelemahannya saat ini yang kemungkinan bisa dipergunakan unntuk menjatuhkannya mengingat jatuhnya Rianto ada andil sang opa dibelakangnya.
Selepas tugas, Bagaskara segera pulang menuju apartemen untuk berdiskusi bersama keluarganya mengenai kehidupan mereka di ibukota.
Kondisi Gladys saat ini sudah pulih sepenuhnya sehingga dia bisa beraktivitas seperti sedia kala.
Hal itu tentunya membuat semua anggota keluarga merasa senang meski ada sedikit kekhawatiran dalam hati mengingat keberadaan Ningsih masih menghantui mereka dengan tindak tanduknya yang tak bisa mereka prediksi sepenuhnya.
“Bagaimana jika apartemen ini kita beli saja pi dari Audry. Jujur, mami merasa tak enak jika terus menumpang disini”, ujar Gladys mengungkapkan kegelisahan hatinya kepada sang suami.
“Papi juga sepimikiran dengan mami. Persoalan ini akan kita bahas nanti begitu Bagaskara tiba”, jawab Candra.
Gladys mengangguk paham dan kembali meneruskan memasak bersama dua ART nya untuk makan malam hari ini.
Begitu makanan siap disajikan, pintu apartemen terbuka dan sosok yang sedari tadi keluarga Purnomo tunggu muncul membuat semua orang merasa senang.
“Cepat cuci tangan dan kaki, semua orang sudah menunggu dimeja makan”, ujar Gladys sambil mendorong Bagaskara menuju kamar mandi yang ada di dekat dapur.
Setelah semua anggota keluarga duduk di kursi masing-masing, makan malam pun dimulai dan berjalan dengan hikmat.
Begitu selesai makan malam, seluruh anggota keluarga Purnomo berkumpul di ruang tamu untuk membicarakan beberapa hal penting mengenai keluarga mereka kedepannya.
Sebagai kepala keluarga, Candra membuka obrolan malam ini dengan membahas masalah Ningsih karena itu adalah pokok utama yang membuat mereka harus mengungsi ke ibukota seperti saat ini.
“Dari hasil pengamatanku hingga hari ini Ningsih masih berada di negara P bersama salah satu sugar daddy dan diperkirakan akan kembali pulang ketanah air dua hari lagi. Begitu dia kembali, kita harus semakin waspada karena kabar terbaru yang aku dapatkan selama di P, Ningsih beberapa kali mengunjungi pulau S dimana kita tahu pulau tersebut merupakan surganya ilmu hitam. Entah apa yang dilakukannya disana, yang jelas kita harus semakin meningkatkan kewaspadaan karena aku memiliki firasat buruk akan hal ini”, ujar Bagaskara menjelaskan apa ayng dia dapatkan kepada keluarganya yang terlihat sangat terkejut akan berita yang disampaikannya itu.
“Aku tak menyangka jika gadis itu akan tersesat sebegitu jauh”, ujar eyang Surti mendesah penuh kekecewaan.
Meski dia sangat kecewa dan marah akan tindakan Ningsih tapi dalam hati kecilnya dia masih menginginkan gadis yang selama ini dampingi perkembangannya itu akan kembali ke jalan lurus.
“Iri hati telah membutakan hatinya dan orang seperti itu tak pantas untuk dikasihani”,ujar opa Sandi penatap sang istri penuh ketegasan.
Opa Sandi yang mendengar kabar jika mandor Dharma menjadi tumbal untuk melancarkan ritual yang dilakukan oleh Ningsih merasa sangat marah.
Menurutnya jalan kembali untuk wanita berhati iblis seperti Ningsih sudah tak ada sehingga dia pun harus memperingatkan sang istri agar tak kembali terjebak oleh tipuannya karena kemungkinan Ningsih menggunakan kelemahan eyang Surti untuk kembali memnafaatkannya memiliki peluang mengingat wanita tua itu menyimpan rasa sayang untuk Ningsih dalam hatinya.
Mendapatkan peringatan keras dari sang suami, eyang Surti hanya bisa menunduk karena dia juga sadar jika dia kembali memberi peluang kepada Ningsih untuk mendekat maka itu akan menyakiti keluarganya, terutama anak semata wayangnya yang hampir menjadi korban ambisinya.
Candra yang melihat ada kedua mertuanya tampak bersitegang pun berusaha untuk menganti topik pembahasan.
“Bagaimana dengan Audry, apa ada kabar ?”, tanya Candra penuh selidik.
Bagaskara hanya menggeleng pelan begitu juga dengan opa Sandi yang juga turut menggeleng sambil menghembuskan nafas kasar karena orang kepercayaannya juga tak bisa mendapatkan informasi keberadaan gadis itu.
“Mbak Audry tak ada dinegara ini jadi kita tak mungkin bisa menemukannya”, ucapan Resti membuat atensi semua orang pun langsung mengarah kepadanya.
“Darimana kamu tahu jika Audry tak berada dinegara ini?”, tanya Bagaskara penasaran.
“Tadi siang, aku bertemu dengan mbak Selvi, salah satu teman mbak Audry di mall”, Resti pun segera menceritakan pertemuannya dengan Selvi tak sengaja di mall siang tadi.
Dari obrolan singkat dengan Selvi, Restipun mengetahui jika kakek Audry sakit dan berada dalam kondisi kritis sehingga gadis itu memutuskan untuk pulang.
“Apakah mungkin pamannya yang Audry temui malam itu memang sengaja datang untuk menjemputnya”, ujar Gladys menebak.
“Tapi jika benar, kenapa Audry tak mengatakan jika dia harus pulang karena kakeknya sakit”,Gladys kembali berkata dengan nada sedikit kekecewaan didalamnya.
“Mungkin mbak Audry tak ingin kita merasa cemas dan dari hasil pembicaraanku dengan mbak Selvi tampaknya hubungan mbak Audry dengan keluarganya tidak terlalu baik karena selama ini tak ada satupun yang tahu siapa dan dimana keluarga mbak Audry berada karena mbak Audry tak pernah memberitahu siapapun. Mereka hanya tahunya jika keluarga mbak Audry berada di luar negeri”, Resti berharap ucapannya bisa dipahami dan tak membuat keluarganya salah paham akan tindakan Audry.
Semua orang yang mendengar ucapan Resti pun pada akhirnya hanya bisa menghela nafas berat karena mereka juga tahu jika Audry tak memberitahu mereka karena tak ingin membuat semua orang khawatir.
Saat ini yang bisa mereka lalukan hanya berdoa semoga Audry bisa melalui semuanya dengan sabar dan kembali dalam keadaan baik seperti sedia kala.