NovelToon NovelToon
Dilema Cinta

Dilema Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Cinta Murni
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.

Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.

Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.

Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?

Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Kejujuran yang Terpendam – POV Dani

Di ruangan rumah sakit yang sunyi, Dani duduk di samping Dahlia yang baru terbangun dari tidurnya. Wajah istrinya tampak lelah, namun tatapan matanya masih memancarkan kelembutan yang selalu menghangatkan hati Dani. Namun, malam itu, Dani merasakan keheningan yang berat di antara mereka berdua—hening yang dipenuhi oleh kenyataan yang selama ini ia pendam.

Setelah pertemuan tak terduga dengan Aisha, Dani merasa berada di persimpangan jalan. Rasa bersalah terus menghantuinya, dan akhirnya ia merasa tak bisa lagi menyembunyikan semuanya dari Dahlia. Dalam hatinya, ia tahu Dahlia pantas mengetahui kebenaran, betapapun menyakitkan itu.

Dahlia merasakan sesuatu yang ganjil dari sikap Dani malam itu.

Dahlia: "Mas, ada yang ingin kamu bicarakan?"

Dani menghela napas dalam-dalam, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

Dani: "Dahlia, ada sesuatu yang harus aku sampaikan padamu. Aku tahu ini akan mengejutkanmu, tapi aku tidak bisa terus menyimpannya dalam hati. Ini tentang… Aisha."

Wajah Dahlia tampak terkejut, namun ia berusaha tegar. Dahlia: "Aisha? Maksud Mas… Aisha siapa?"

Dani menunduk, merasakan beratnya kata-kata yang harus ia ucapkan.

Dani: "Aisha adalah… wanita yang menolongmu dan juga pernah mengisi hatiku, bahkan sebelum aku bertemu denganmu."

Dahlia terdiam sejenak, seakan mencerna kata-kata Dani. Namun, wajahnya masih penuh perhatian dan kasih sayang, meskipun air mata mulai menggenang di matanya.

Dani: "Dahlia, aku tahu ini berat untuk kamu dengar. Aisha dan aku sudah saling kenal sejak kecil bahkan satu SMA. Kami teman baik, bahkan seperti saudara. Kami saling bantu dalam pelajaran aku membantu dia dalam desain, dan dia selalu mengajari aku ekonomi dan akuntansi."

Dahlia menunduk, air matanya mulai mengalir, namun ia tetap mendengarkan. Dani merasa hatinya hancur melihat istrinya menangis karena dirinya.

Dani: "Aku gak pernah berani bilang apa yang sebenarnya aku rasakan ke Aisha. Aku memilih menyimpan perasaan itu, karena takut merusak persahabatan kami. Setiap ada pria lain yang mencoba mendekatinya, aku berusaha melindunginya. Aku berpikir, kalau aku gak bisa memiliki hatinya, setidaknya aku bisa menjaga dia dari kejauhan."

Dahlia: (menahan isak tangisnya) "Jadi selama ini, kamu… mencintainya?"

Dani mengangguk, merasa hancur melihat luka yang jelas tergambar di wajah istrinya.

Dani: "Iya, Lia. Tapi aku sudah mencoba melupakan semua itu sejak menikah denganmu. Aku pikir, dengan menikah, aku bisa membuka hati untukmu, dan pada kenyataannya, kamu memang menjadi sumber kebahagiaanku. Tapi setelah bertemu lagi dengan Aisha… semuanya muncul kembali, dan aku sadar, aku belum benar-benar bisa melupakannya."

Dahlia menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Ia menatap Dani dengan tatapan penuh ketegaran yang mengejutkan Dani.

Dahlia: "Mas, aku gak pernah tahu kalau luka di hatimu sebesar ini. Aku hanya istrimu yang mungkin belum bisa menggantikan sosok Aisha di hatimu."

Dani: (merasa bersalah) "Lia, kamu adalah istriku yang luar biasa. Kamu selalu ada buat aku, memberikan cinta dan perhatian tanpa syarat. Aku mencintaimu, hanya saja cinta itu datang dengan cara yang berbeda."

Dengan tegar, Dahlia menyeka air matanya dan mencoba tersenyum.

Dahlia: "Kalau begitu, biarkan aku menjadi obat untuk luka di hatimu, Mas. Mungkin bukan cinta pertama seperti Aisha, tapi aku akan selalu berusaha menjadi cinta terakhirmu. Aku tahu, ini bukan hal yang mudah. Aku hanya ingin kita jujur, dan kamu tidak perlu menyimpan semua ini sendirian."

Dani merasa dadanya penuh dengan perasaan yang campur aduk—bahagia, bersalah, dan tersentuh oleh ketulusan istrinya.

Dani: "Maaf, Lia. Aku tahu kamu gak pantas mendapatkan semua ini. Kamu layak mendapatkan cinta yang utuh, dan bukan cinta yang terbelah seperti ini."

Dahlia: (menggenggam tangan Dani) "Mas, aku menerima segala masa lalumu. Karena aku tahu, cinta sejati itu bukan hanya tentang kepemilikan, tapi juga tentang menerima dan menyembuhkan. Aku akan selalu ada di sini, jadi kamu gak perlu takut lagi."

Dani memandang Dahlia yang duduk di hadapannya. Malam yang sunyi dan berat ini diwarnai oleh air mata dan kejujuran yang telah lama ia pendam. Perasaan lega bercampur perih memenuhi dadanya, karena akhirnya ia mengungkapkan masa lalunya yang tak pernah diketahui Dahlia sebelumnya.

Dahlia mengusap air matanya perlahan, menatap Dani dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada kepedihan, tapi juga keikhlasan yang membuat hati Dani tersentuh. Ia tidak pernah menyangka bahwa Dahlia, wanita yang menjadi istrinya, bisa sekuat dan setegar ini.

Dahlia: "Mas, aku ingin minta satu hal… bisa gak suatu saat aku bertemu dengan Aisha? Aku ingin mengenalnya… ingin tahu lebih banyak tentang wanita yang pernah mengisi hatimu itu."

Dani mengangguk perlahan, meski permintaan itu membuatnya merasa canggung.

Dani: "Aku bisa mempertemukan kalian nanti, setelah kamu benar-benar sembuh. Entah sebelum anak kita lahir atau sesudahnya. Tapi yang paling penting sekarang adalah kesembuhanmu dan bayi kita. Kamu adalah prioritas aku sekarang, Dahlia."

Dahlia: (tersenyum kecil, meski masih terasa getir) "Tapi, Mas… aku ingin tahu apakah aku benar-benar bisa menjadi orang yang berarti untukmu, yang menggantikan Aisha. Aku tahu mungkin sulit, tapi aku ingin mencoba."

Dani: (meraih tangan Dahlia dengan lembut, menatapnya dalam-dalam) "Lia, kamu sudah sangat berarti buat aku. Kamu dan bayi ini adalah tanggung jawab dan prioritas utama aku sekarang. Meski Aisha pernah menjadi bagian penting di hidupku, kamu adalah istriku, wanita yang bersedia berbagi hidup denganku. Kamu adalah masa depanku."

Dahlia terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Dani. Ia menatap Dani dengan rasa haru, namun terselip juga harapan di dalamnya.

Dahlia: "Mas, jadi, walaupun hatimu masih menyimpan nama Aisha, aku bisa berharap bahwa seiring waktu aku akan menjadi satu-satunya yang ada di hatimu, kan?"

Dani mengangguk penuh keyakinan, sambil menggenggam tangan Dahlia lebih erat.

Dani: "Iya, Lia. Aku tahu perasaan ini tidak mudah untukmu, dan aku berjanji akan memberikan semua yang aku bisa sebagai seorang suami dan ayah. Kamu adalah tanggung jawab yang telah aku pilih, dan aku gak akan pernah meninggalkanmu atau mengabaikanmu. Kamu dan bayi ini adalah hidup aku sekarang."

Dahlia tersenyum sedikit lebih lega, meski rasa sakit masih tampak jelas di matanya. "Terima kasih, Mas, karena sudah jujur padaku. Setidaknya aku tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan aku gak perlu lagi merasa curiga atau bertanya-tanya."

Malam itu, Dani berbicara panjang lebar, berusaha memberikan pemahaman kepada Dahlia. Ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa pernikahan ini bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang komitmen dan tanggung jawab. Dahlia telah menjadi seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, dan ia bertekad untuk tidak mengecewakan istrinya lagi.

Dani: "Lia, kamu dan bayi ini adalah rumah dan masa depan aku. Aisha adalah masa lalu yang indah, tapi kamu adalah pilihan yang aku buat untuk seumur hidupku. Aku gak akan pernah mengingkari janji itu, dan aku akan berusaha untuk membuat kamu merasa aman dan bahagia di sisiku."

Dahlia: (mengangguk pelan, meski air mata masih mengalir di pipinya.) "Aku akan coba untuk menerima semuanya, Mas. Dan aku akan berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak kita."

Dani merasa hatinya semakin tenang mendengar keikhlasan dan ketegaran Dahlia. Ia menyeka air mata di wajah istrinya, dan dengan lembut memeluknya erat. Kejujuran ini mungkin telah membuka luka baru, tapi juga memberi mereka kesempatan untuk menyembuhkan dan membangun kembali hubungan mereka dengan lebih kuat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bersambung.

1
Delita bae
💪💪💪💪💪💪💪💪👍🙏
Delita bae
💪💪💪💪💪👍👍🙏
ziear
salam kenal juga kak, oke mampir ya
Delita bae: 💪💪💪👍🙏
total 1 replies
Delita bae
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga👍👍👍💪💪💪🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!