Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 14 Meminta Kesempatan
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (14)
Suara langkah kaki terdengar semakin keras. Hingga orang itu berhenti tepat di depan Salma.
Salma terkejut melihat kedatangan orang yang tidak pernah ia duga.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Rumah telah sepi dari para tetangga dan sahabat yang menyambut kepulangan Salma tadi. Kini, tinggal keluarga kecil Rama, Ibu Marisa dan seorang pria dewasa yang tidak lain adalah kakak Salma, Zayden.
Akhirnya, ia bisa pulang walaupun tidak bisa lama. Untuk menjenguk dan mengetahui kondisi sang adik tercinta secara langsung.
" Kakak akan menginap di sini kan?," Salma yang kini duduk di sofa di samping Zayden terus menempel pada sang kakak. Ia rasanya enggan bila harus berpisah kembali.
" Iya. Untuk beberapa hari. Karena kakak akan kembali lagi. Pekerjaan kakak disana." jawab Zayden lembut sambil mengusap lengan Salma yang bergelayut manja di lengannya.
Rama yang juga ada di sana nampak sedikit cemburu melihat kedekatan kakak beradik itu. Padahal, biasanya Salma akan bergelayut manja di lengannya sekalipun ada Zayden bersama mereka.
Namun, nampaknya Salma mulai menjaga jarak dengannya.
" Om akan tidur dengan Ical kan?," bocah kecil itu juga sangat akrab dengan kakak dari Bundanya.
" Tentu saja jagoan." Jawabnya membuat Faisal bersorak gembira.
Di sisi lain, Ibu Marisa merasa sedih jika keputusan akhir membuat ia harus kehilangan menantu kesayangannya.
" Sudah malam. Istirahatlah." Ucap Zayden saat melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan.
" Hmm. Baiklah," jawab Salma tidak semangat. Itu artinya ia akan berdua saja di dalam kamar bersama suaminya.
" Ayo jagoan kita ke kamar," Zayden menggendong Faisal yang sudah tampak mengantuk.
Faisal yang biasanya selalu tidur di bawah jam setengah sembilan malam, pasti sudah sangat mengantuk.
" Bunda, Ayah, nenek, Ical ke kamar duluan. Mau tidur." pamitnya dengan sedikit menguap di dalam gendongan Zayden.
" Iya sayang."
" Ibu juga ke kamar duluan ya." Bu Marisa berdiri dan berjalan ke kamar yang memang tersedia untuknya saat ia menginap di rumah Rama.
" Iya, Ma,"
" Ayo kita ke kamar." Rama langsung beranjak untuk menggendong Salma.
" Bantu papah aku saja. Tidak perlu di gendong." Tolak Salma.
Namun, Rama tidak mengindahkan keinginan istrinya. Ia tetap menggendong Salma ke kamar bawah. Kamar mereka untuk sementara sampai kaki Salma sembuh.
Salma akhirnya menurut saja. Berontak pun rasanya percuma.
Rama pun merebahkan tubuh istrinya pelan-pelan di atas kasur.
Salma membuka kerudungnya.
" Biar aku bantu." Rama langsung membantu membuka gamis yang Salma pakai hingga hanya pakaian rumah saja yang melekat di tubuhnya.
Rama membantu menggantikan pakaian Salma dengan pakaian tidur.
" Aku bisa sendiri, Mas," tolak Salma lagi. Ia merasa tidak nyaman terus di layani oleh sang suami.
" Biasakanlah. Aku akan melakukan semuanya sampai kamu benar-benar sembuh. Sekalipun kamu bisa melakukannya sendiri." Jawab Rama tidak ingin mendapatkan penolakan.
Salma mende_sah. Percuma berdebat dengan suaminya.
" Tolong jangan bersikap seperti ini. Aku tidak ingin salah paham lagi." Ucap Salma saat Rama sudah membantunya menggantikan pakaian.
Rama naik ke atas ranjang dan duduk di sebelah Salma. Ia memang sudah berganti pakaian saat Salma bersama dengan Zayden di ruang keluarga tadi.
" Salah paham apa maksudnya?,"
" Biarlah aku membiasakan diri tanpamu. Jangan terlalu baik sekalipun itu bentuk tanggung jawab Mas sebagai suami." pinta Salma.
Rama paham arah pembicaraan istrinya. Pasti tentang perpisahan.
" Beri aku kesempatan kedua. Aku ingin memperbaiki semuanya." pinta Rama pada akhirnya. Ia tidak ingin mendengar kata cerai, pisah atau kata apapun yang sema dengannya dari bibir istrinya itu.
" Kenapa? Bukankah orang yang Mas cintai sudah datang. Kalian bisa kembali dan menjadi orang tua yang lengkap untuk Faisal. Aku sudah tidak di butuhkan." Salma tidak ingin larut dalam kebaikan sang suami. Hingga ia terbuai dan lupa siapa pemilik hati suaminya.
" Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku mencintaimu." Satu kata yang akhirnya bisa ia ucapkan dengan seyakin-yakinnya.
Salma terkekeh. Ia merasa suaminya itu sedang bercanda.
" Beberapa hari lalu saat aku bertanya apa kamu mencintaiku?, Mas bilang tidak tahu. Tapi, secepat ini jawabanmu berubah?,"
" Saat itu aku memang belum sadar akan perasaanku padamu. Tapi, saat aku hampir kehilanganmu, aku sadar aku sudah jatuh cinta padamu." Rama menatap Salma. Tangannya menarik tangan Salma untuk ia genggam. " Percayalah padaku. Aku berkata jujur." Kecupan jangan mendarat di punggung tangan Salma.
Salma diam. Ia mencoba mencari kebohongan di mata suaminya.
" Jangan berpura-pura,hanya agar aku tetap di sampingmu dan menjadi ibu sambung Faisal, Mas." Walaupun ia tidak dapat menemukan kebohongan di mata suaminya, namun Salma mencoba bersikap awas.
" Aku tahu, aku sudah sangat menyakitimu. Tapi, aku benar-benar tidak bisa kehilanganmu."
" Kamu ingin aku tetap di sampingmu tapi, kamu pun ingin tetap di sampingnya. Bukan begitu?,"
" Tidak. Aku memilihmu." tegasnya.
" Mas yakin tidak akan menemuinya lagi di belakangku?,"
Rama tertegun. Ia semakin yakin istrinya tahu saat ia bersama dengan Dewi saat itu.
Salma pasti melihatnya. Batin Rama.
" Aku yakin. Kau boleh benar-benar pergi dariku jika aku berbohong." Janji Rama.
" Jika kamu ingin bersama Dewi, jujurlah. Aku akan melepasmu. Jangan bermain di belakangku. Itu sangat menyakiti hatiku." Salma menundukkan kepalanya.
Rama menangkup wajah sang istri. "Maaf. Aku tahu sulit bagimu mempercayai kata-kata ku. Karena itu, berikan aku waktu untuk bisa membuktikan bahwa aku serius dengan ucapanku."
Salma akhirnya mengangguk. Kondisinya saat ini pun membatasi ruang geraknya. Ia pun akhirnya memilih untuk memberi kesempatan itu pada suaminya.
" Kamu serius memberiku kesempatan?,"
" Ya. Namun, seperti yang Mas katakan. Jika nanti Mas menemui Dewi lagi diam-diam, maka mas memperbolehkan aku pergi dari sisimu."
Rama memeluk Salma. " Terimakasih. Terimakasih sudah memberikan ku kesempatan untuk membuktikan ucapaknku."
Keduanya akhirnya tidur. Rama bisa tidur dengan tenang dan nyaman. Setelah hanya bisa tidur di sofa saat ia menemani Salma di rumah sakit.
Sementara Salma sendiri berharap esok akan menjadi lebih baik untuk kehidupan rumah tangganya.
Salma bukan di butakan cinta sehingga mau memberikan kesempatan pada suaminya. Namun, ia tidak mau gegabah dalam bertindak.
Salma memikirkan kata-kata kakaknya agar mempertahankan rumah tangganya selama kesalahan itu bisa di perbaiki.
Tengah malam, Rama terjaga. Ia ingat ponsel sang istri yang baru ia ambil dari tempat service. Karena terjatuh, ponselnya mati. Layarnya juga retak.
Karena itu, Rama berinisiatif untuk memperbaikinya sebelum ia mengembalikan ponsel itu ke tangan istrinya.
Rama mulai menyalakan ponselnya. Namun, ternyata ponsel itu menggunakan pin untuk membukanya. Ia ingat Salma pernah memberitahukan angka yang ia gunakan sebagai pin ponselnya. Tanggal pernikahan mereka.
Setelah berhasil membuka kuncinya, Rama melihat pesan dari Dewi yang beberapa kali ia kirim saat Salma di rumah sakit. Tidak hanya pesan teks, ada pesan suara, foto dan video juga.
Rama hanya mengepalkan tangannya. Ia merasa marah karena Dewi masih mengusik rumah tangganya dan berusaha memprovokasi Salma.
Akhirnya, semua pesan Rama hapus juga nomor Dewi ia blokir. Mencegah lebih baik sebelum terjadi apa-apa.
TBC