kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 5.amit amit
"wih makasih yah bos bonus nya,sering sering aja kasih bonus kayak gini."ucap Maureen saat menerima uang gajian dirinya dan mendapatkan bonus lumayan besar.
"Restoran ini jadi banyak pengunjung nya juga berkat kamu yang adain menu baru disini,sering sering aja buat kreasi menu baru biar restoran kita banyak pengunjung nya."ucap bos Maureen.
"Siap bisa di atur bos,yang penting pulus ny aja gede in."gurau Maureen.
Setelah menerima uang gajian nya Maureen pun pergi dari ruangan bos nya itu. Karena tiga hari belakangan ini banyak sekali pengunjung sehingga hari ini restoran tutup lebih awal.
Saat Maureen akan menaiki motor matic kesayangan nya,tiba tiba ada sebuah mobil terparkir di samping motornya. Awalnya Maureen tak mengindahkan itu,namun saat melihat siapa orang yang keluar dari mobil itu membuat Maureen menghentikan kegiatan nya.
"Udah tutup pak restoran nya juga."ucap Maureen, membuat laki laki yang baru turun dari mobil itu melihat ke arah Maureen.
"Tumben."ucapnya.
"Puter balik aja pak."ucap nya lalu memakai helm.
"Etsss kamu abis ngapain disini Maureen?"tanya Aidan.
Ya laki laki itu adalah Aidan, tadinya dia ingin membeli makanan di restoran ini. Kebetulan restoran ini adalah langganan dia, karena masakan nya yang menurut dia cocok di lidahnya.
"Abis ngapain lagi kalau di restoran,ya tentu saja makan lah pak."ketus Maureen.
Entah kenapa jika berhadapan dengan Aidan, Maureen menjadi kesal sendiri tanpa ada sebabnya.
"Ouhh iya pak,kemarin bapak kan yang ngelaporin saya ke pihak kampus kalau saya telat masuk kelas. Terus pihak kampus bilang sama ortu saya."ucap Maureen yang teringat dengan kejadian kemarin.
Jika bukan Aidan maka siapa lagi kan?
"Memangnya kenapa? Wajar kan saya ngelaporin kamu yang udah telat tiga kali matkul saya."
"Hih dasar Cepu."
"Lagian salah kamu sendiri suka telat masuk kelas,kapan sih kamu masuk ke matkul saya gak pernah telat sekali aja. Yang dimana saya masuk kelas kamu udah ada di kelas,gak pernah Maureen."omel Aidan.
Aidan yang terkenal dengan si pria irit bicara itu,namun entah kenapa dengan Maureen dirimu selalu ingin mengomel tanpa henti.
Maureen pun tak mengindahkan ucapan dari dosen nya itu. "Nanti setelah saya jadi istri bapak,saya gak bakal telat lagi karena berangkat nya langsung sama bapak."ucap Maureen asal lalu menyalakan motor nya.
"Saya pamit pak assalamualaikum."setelah mengucapkan itu Maureen langsung menancap gas meninggalkan Aidan.
"Waalaikumusalam,hih amit amit saya punya istri kayak kamu. Yang ada saya setiap hari naik darah."gumam Aidan.
Sedetik kemudian dia langsung menabok bibirnya yang telah berucap seperti itu. "Eh astaghfirullah Aidan,kamu jangan ngomong kayak gitu. Gimana kalau beneran dia jodoh kamu. Ya Allah maaf tadi Aidan cuman bercanda. Ehh tapi gak mungkin sih dia jodoh saya orang saya udah di jodohkan juga kok."ucap Aidan.
"Ah sudahlah pusing saya mikirin nya."Aidan pun kembali masuk ke dalam mobil nya dan meninggalkan area restoran itu.
"Hih ngapain juga tadi gue ngomong gitu sama pak Aidan,ihhh amit amit kalau nanti gue jadi bini nya. Yang ada nanti gue tertekan kalau nikah sama tuh dosen satu. Gue sumpahin tuh dosen satu itu nanti punya bini nya cerewet susah di atur,gak nurut,gak disiplin biar naik darah tuh."Maureen terys berceloteh sepanjang jalan.
Sumpah serapah terus keluar dari mulut Maureen untuk pak dosen nya itu. Entah mungkin sekarang telingan pak Aidan merah memanas karena terus di bicarakan oleh Maureen.
Sesampainya Maureen di rumah, tampak penghuni rumah itu sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk nanti sore menyambut kedatangan calon Maureen.
"Alhamdulillah kamu udah pulang nak,gih mandi terus pakai baju yang udah mama siapin di kasur kamu yah. Nanti kamu di bantu sama kak Shafa,dandan yang cantik yah sayang."ucap mama Hana mengelus pipi putri sambungnya itu.
Maureen tak menghiraukan ucapan mama Hana,dia berlalu ke lantai dua. Setibanya di kamar Maureen melihat sebuah baju gamis berwarna putih dan biru disana, lengkap dengan kerudung pashmina nya.
"Ck males banget gue."ucap Maureen,dia pun langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Tak mengindahkan ucapan ibu sambungnya yang menyuruh dia untuk siap siap,masa bodo yang sekarang Maureen rasakan adalah lelah dan ingin tidur.
Namun sayang sepertinya semesta tak berpihak pada Maureen,baru saja Maureen akan memejamkan matanya. Tiba tiba kak Shafa masuk dan menyuruh Maureen untuk mandi dan bersiap siap.
"Gue mau tidur dulu kak,lima menit aja."pinta Maureen.
"Enggak,gak bisa ayo cepat siap siap. Kit gak punya banyak waktu dek."ucap Shafa terus berusaha membangunkan adiknya.
Dengan sangat amat terpaksa Maureen pun bangun dari tiduran nya,dan pergi ke kamar mandi.
Setelah mandi Maureen di suruh untuk memakai baju yang sudah di siapkan oleh mama Hana.
"Ck gak ada baju lain apa? Gak papa kali gue gak pake baju ini juga."ucap Maureen yang tak mau memakai baju gamis pemberian dari ibu sambung nya itu.
"Gak bisa kamu harus pake baju sama kerudung,kata ayah calon nya kamu itu salah satu anak kyai. Nanti kalau kamu udah nikah juga kamu gak bisa lagi mengumbar aurat kamu itu,kamu nanti pasti bakal di suruh pake kerudung. Jadi mulai dari sekarang belajar yah,pake kerudung,pake baju gamis."ucap Shafa.
Memang di keluarga Maureen hanya Maureen sendiri lah yang tak memakai kerudung,kak Shafa dan mama hana memakai kerudung. Mendiang ibunya juga memakai kerudung,namun karena pergaulan Maureen yang dulu hidup bersama nenek dan kakeknya,dan di lingkungan Maureen dulu pun sangat jarang ada yang memakai kerudung. Jadilah Maureen tak memakai kerudung.
Sudah beberapa kali Maureen di bujuk untuk memakai kerudung,namun Maureen selalu menolak karena merasa belum pantas memakai kerudung.
Kak Shafa dengan telaten membantu Maureen berdandan,dan juga memakainya kerudung.
"Masya Allah cantik banget adiknya Kaka,kalau kamu setiap hari pake kerudung kayak gini sangat sangat cantik dek. Adem liatnya juga,semoga Istiqomah yah pake kerudung nya."ucap kak Shafa menatap penuh kagum ke arah Maureen.
Maureen pun hanya bisa tersenyum membalas ucapan kakaknya,ya memang tak bisa di pungkiri dan Maureen akui dia terlihat lebih cantik saat memakai kerudung.
Dan sedikit hatinya lebih tenang memakai pakaian tertutup seperti ini.
"Dek maafin Kaka yah belum bisa jadi Kaka yang baik buat kamu, sekarang kamu sebentar lagi akan di pingit oleh seorang laki laki. Nanti kalau udah nikah nurut sama suami yah dek,jangan ngebantah dia. Kaka percaya laki laki yang di jodohkan dengan kamu itu laki laki yang baik dalam segi agama maupun finansial nya. Maafkan juga Kaka yang gak bisa merayu ayah untuk membatalkan perjodohan ini,Kaka juga gak bisa menggantikan kamu dalam perjodohan ini."ucap kak Shafa dengan mata yang berkaca-kaca.
Sedetik kemudian air mata kak Shafa langsung turun mengenai pipinya. Maureen dengan sigap menghapus air mata itu.
"Shutt Kaka ngomong apa sih, harusnya Maureen yang minta maaf sama Kaka karena udah banyak nyusahin Kaka. Makasih yah kak udah mau jadi Kaka buat Maureen,udah menyayangi Maureen. Cuman kasih sayang dari seorang figur Kaka yang dapat Maureen rasakan. Jangan pernah berubah yah kak,Kaka tetap jadi Kaka terbaik nya Maureen. Dan untuk perjodohan ini, mungkin memang ini takdir Maureen. Gak papa Maureen ikhlas lagi pula benar apa kata ayah,Kaka sudah memiliki tambatan hati dan Kaka berhak memilih sendiri siapa yang akan menjadi pasangan hidup Kaka. Maureen sayang Kaka."Maureen kemudian memeluk tubuh kak Shafa.
Mereka berdua pun saling berpelukan, menguatkan satu sama lain. Memberikan kenyamanan seolah berjanji,dalam keadaan apapun mereka akan selalu ada satu sama lain.
"Ahh udah dek jadi Bombay gini kan." Shafa melepaskan pelukannya.
"Ouh iya maaf yah dek,Kaka ada urusan penting dulu sekarang. Tapi Kaka usahain bakal pulang cepat,Kaka juga ingin tau siapa yang akan menjadi adik ipar Kaka."
"Heemm,janji yah jangan lama lama. Kaka harus temenin Maureen. Kalau gak bisa dari awal sampai acaranya selesai, seenggaknya Kaka ada di sana."
"Iya Kaka janji,Kaka akan kembali dengan cepat. Ya udah Kaka berangkat sekarang yah biar nanti gak ketinggalan acaranya."ucap Kaka Shafa di balas anggukan oleh Maureen.