Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
1 bulan sudah Aruna dan Aryan hidup bersama, dan saat itu juga Aruna mulai diliputi rasa tak nyaman karena Ibu mertuanya terus menerus menanyakan tentang kehamilan. Setiap Sundari bertanya, Aruna selalu mengelak jika Ia belum diberi kepercayaan. Begitu pun pada Gita, Sundari kembali mempertanyakan apakah menantunya sudah mengandung atau tidak. Namun sayang, Gita belum juga mendapati tanda-tanda jika Ia mengandung. Ada rasa kecewa yang tersirat dari wajahnya. Berbeda dengan Aruna yang merasa lega setiap Ia mencoba memastikan bahwa Ia tidak hamil.
"Mending kalian ke dokter. Cek lagi." Ujar Sundari tak sabaran. Aruna dan Aryan hanya saling pandang dengan acuh meski pada akhirnya keduanya mencoba membujuk agar Sundari mengerti situasinya.
"Ini baru sebulan Bu. Wajar saja kalau Aruna belum hamil." Tutur Aryan berusaha meyakinkan. Namun Sundari tak bis langsung percaya. Ia meragukan kebersamaan anak dan menantu keduanya itu.
"Kelian gak lagi bohongi Ibu kan? Kalian tidur bersama kan?" Tanyanya mendesak. Sontak saja Aruna menunduk malu mendapati pertanyaan tersebut, sedangkan Aryan terlihat menghela nafas gusar karena Ibunya yang dirasa sudah kelewatan.
"Ibu ini apa-apaan? Gak mungkin kita melakukannya di depan umum kan Bu?" Sanggah Aryan membuat Aruna mendongak dan semakin malu.
"Atau jangan-jangan kamu yang bermasalah." Tuduh Sundari membuat Aryan mengernyit lalu beranjak dari duduknya dan meraih tangan Aruna yang terkejut akan tindakannya.
"Ayo Runa. Kita ke dokter. Kita buktikan pada Ibu kalau kita tak ada masalah apapun." Ujarnya melangkah keluar dengan terus menarik tangan Aruna.
"Mas..." Aryan terhenti mendengar panggilan lembut Aruna. Ia menoleh dan seakan bertanya ada apa. "Aku ganti baju dulu." Imbuhnya terdengar masih malu. Aryan baru menyadari jika pakaian yang dikenakan Aruna memang pakaian khusus di dalam rumah saja. Sehingga Ia menghela nafas dalam dan membiarkan Aruna berlalu ke kamar untuk mengganti pakaian.
...----------------...
Sepanjang perjalanan, Aruna tak berani memulai obrolan. Ia berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Ada hal yang Ia takutkan jika sampai rahasia kecilnya terbongkar. Aryan sendiri terlihat begitu tenang karena mungkin Ia memang tak mengkhawatirkan apapun. Hingga akhirnya sampai di klinik yang mereka tuju, keduanya sama-sama memasuki ruang pendaftaran.
Lagi-lagi, sahabat Gita, Ajeng yang tengah melewati klinik tersebut melihat sekilas sosok Aryan yang tengah berdampingan dengan perempuan asing. Ia mencoba membulatkan mata dan memperjelas pandangannya bahwa itu bukanlah ilusi.
"Iya itu Aryan. Tapi Gita bilang Aryan di rumahnya." Ujar Ajeng berbicara sendiri. Gegas Ia melajukan kembali mobilnya. Ia berusaha menepis pikiran negatifnya yang menerka hal terburuk hubungan Aryan dan Gita.
Di sisi lain, Aryan dan Aruna yang tengah menjalankan pemeriksaan satu persatu selesai atas arahan dokter. Dan keduanya sama-sama tegang ketika akhirnya mendengar penjelasan dokter mengenai kondisi mereka.
"Untuk Pak Aryan, kualitas sp*rma anda bagus, dan untuk Ibu Aruna juga kondisi rahimnya sehat dan baik untuk dibuahi. Ibu dan Bapak tak usah khawatir. Kondisi anda berdua sama-sama normal. Untuk mempercepat kehamilan, Ibu dimohon jangan pakai kontrasepsi ya Bu! Kalau terlalu lama efeknya bisa membuat rahim menjadi kering dan justru mempersulit proses pembuahan." Papar dokter membuat jantung Aruna berdegup kencang namun Ia mengangguk paham. Sementara itu, Aryan masih terheran jika kondisi keduanya sama-sama normal, kenapa Aruna tak hamil dalam waktu dekat? Jelas penjelasan ini berbeda jika dibandingkan dengan saat Ia memeriksakan kondisinya bersama Gita. Dikatakan Gita mengalami sedikit masalah pada rahimnya yang menyebabkan sulit mengandung.
"Sudah berapa lama Ibu dan Bapak menikah?" Tanya dokter kemudian.
"Baru satu bulan Dok." Jawab Aryan ditanggapi anggukan oleh dokter di depannya.
"Masih baru. Sabar saja, bisa saja karena Bapak dan Ibu tidak berhubungan di waktu subur. Atau jarang melakukan hubungan suami istri, dan bis saja karena efek obat kontrasepsi."
"Tapi istri saya tidak mengonsumsi obat kontrasepsi dok." Sanggah Aryan sehingga dokter tersebut melirik ke arah Aruna yang menunduk menghindari kontak mata dengan sang dokter.
"Begitu ya Pak. Kalau begitu, saya sarankan Ibu dan Bapak lebih memperhatikan kapan waktu subur Ibu atau Bapak." Hanya begitu nasehat yang bisa dokter ucapkan. Dokter sendiri merasa heran akan kedua pasiennya hari ini. Yang satu ingin memiliki anak, sedangkan yang satunya tidak.
...----------------...
Setelah selesai, keduanya memilih kembali pulang dan memberikan hasil pemeriksaan pada Sundari yang benar-benar tak sabar akan kabar kehamilan menantunya.
"Sudah aku bilang kan Bu. Aku dan Aruna itu baik-baik aja. Hanya menunggu waktu, dan Ibu juga harus sabar." Ujar Aryan menahan kekesalannya dengan berlalu setelah memberikan kertas berisi pernyataan dokter. Sundari tak berkata apa-apa, Ia hanya mengangguk lalu beranjak dari duduknya dan berlalu begitu saja meninggalkan Aruna yang masih duduk di sofa. Peluh di pelipisnya mulai terjatuh akibat ketegangan yang membuatnya sulit bernafas.
Ditengah kegundahannya, ponselnya terdengar berdering. Ragu Ia menjawab karena itu adalah Adnan. Apa lagi? Mengapa Adnan terus menghubunginya? Pikir Aruna mungkin demikian. Demi menjaga perasaan Adnan dan Aryan, Aruna memilih menjawab telepon di tempat lain. Gegas Ia ke halaman belakang agar tak banyak orang berlalu-lalang di sana.
"Hallo." Sapanya seraya menoleh kesana-kemari memastikan Aryan tak melihatnya.
"Tanteee" terdengar suara Alice sedikit berteriak dari seberang sana.
"Alice. Ada apa, sayang?" Tanyanya kemudian.
"Alice mau main sama tante lagi. Boleh ya?" Suaranya berubah merengek dan terdengar seperti sedang tak sehat.
"Kamu sakit?" Bukannya jawaban dari Alice, Aruna malah mendengar suara tangisnya dan pastinya Adnan tengah memarahinya dengan teguran halus.
"Aruna... maaf ya! Alice nekat hubungi kamu sendiri. Dia merengek ingin bertemu sama Tante Aruna. Tapi saya bilang kamu sedang sibuk." Tutur Adnan jelas merebut ponsel yang digunakan Alice.
"Tidak Dok. Saya tidak sibuk. Saya bisa bertemu Alice." Ujarnya sedikit menaikkan suara sehingga orang rumah ada yang mendengarnya berucap. "Rumah sakit ya! Baiklah Dok. Saya ke sana sekarang." Imbuhnya kemudian. Gegas Aruna bersiap dan meminta izin pada Aryan yang tengah berbaring di sofa.
"Mas... aku izin keluar." Hanya begitu Aruna meminta izin seorang suami. Ia tahu jika Aryan tak akan peduli kemanapun Ia pergi.
"Hemmmm" begitu pula tanggapan Aryan yang memang seakan tak peduli. Tak ingin berlama-lama, Aruna meraih tasnya yang lain dan terlihat terburu-buru saat melangkah keluar dari kamar. Ada rasa curiga pada istrinya, Aryan beranjak dan entah karena dorongan apa, Ia mengikuti kemana Aruna pergi. Sampai akhirnya Ia sampai di rumah sakit sehingga pertanyaan di benaknya semakin berkecamuk.
"Mau ketemu sama siapa?" Gumamnya terus mengikuti langkah Aruna. Terlihat Istrinya itu menyapa seorang dokter tampan yang membuatnya menarik nafas panjang menahan kesal. Keduanya kembali melangkah menuju sebuah ruangan yang di dalamnya ada seorang anak kecil yang langsung memeluk Aruna. Dan setelahnya dokter itu keluar dari ruangan tersebut menyisakan Aruna dan anak kecil yang tak Ia ketahui. Seketika Ia tersadar dengan apa yang Ia lakukan ini. Tak mungkin jika Ia merasa cemburu dan curiga pada Istri ke-duanya yang tak pernah Ia inginkan itu.
...-bersambung...
gimana ya thor aruna dg Adnan
biar nangis darah suami pecundang
masak dak berani lawan
dan aku lebih S7, Aruna dg Adnan drpd dg suami pecundang, suami banci
drpd mkn ati dg Aryan, sbg istri ke 2 pula
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..