1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Hanya butuh beberapa menit bagi Garra untuk sampai di restoran yang dikatakan oleh teman Mariam tadi. Ia mengemudi dalam kecepatan tinggi. Awalnya ia menelpon hanya untuk mencari tahu keberadaan Mariam. Apakah gadis itu keluyuran lagi atau mendengarkan larangannya kemarin agar tidak keluar-keluar dulu.
Tapi Garra lagi-lagi dibuat khawatir begitu mendengar gadis itu mabuk. Astaga anak itu, Garra sampai-sampai terpikir membeli tali untuk mengikatnya di rumah agar dia tidak keluar malam terus. Dia khawatir. Apalagi pelaku penembakan masih sedang di cari keberadaannya.
Pria itu melompat keluar dari mobil dan berlari memasuki restoran. Tapi tidak sampai masuk ke dalam, ia melihat Mariam bersama temannya telah berada di depan pintu keluar.
Garra mendekati mereka. Dahinya berkerut melihat Mariam. Dia sangat mabuk. Dengan segera lelaki itu mengambil alih tubuh Mariam. Gadis itu terus meracau. Garra menatap Cinta. Teman Mariam tampak canggung melihatnya.
"Kenapa dia mabuk begini? Kalian minum-minum?" suara Garra agak tinggi dan sorot matanya tajam. Pandangannya melirik ke dalam restoran sebentar. Ia kesal karena restoran terkenal ini menjual alkohol kepada pelanggan. Apakah mereka mendapat ijin? Pria itu akan memeriksanya nanti.
"Tidak, tidak." tangan Cinta melambai-lambai ke udara. Sedikit ciut menatap detektif tampan yang sepertinya marah.
"Lalu?" pria itu menatap Cinta lagi. Kemudian perempuan itu mulai menjelaskan semuanya. Dari awal sampai akhir.
Rahang Garra mengeras. Teman apa itu? Reunian apa?
"Eh ada Garra. Cinta, lihat. Garra datang hehe. Halo Garra." Mariam kembali meracau sembari mengucel-ucel pipi Garra, matanya sayu. Dan ia senyum-senyum terus seperti orang gila.
"Dia akan pulang bersamaku. Bagaimana denganmu?"
"Aku bawa mobil. Aku bisa pulang sendiri." balas Cinta langsung.
"Kalau begitu kami pergi dulu." kata Garra. Cinta mengangguk. Ia melihat Garra menggendong Mariam dipunggung pria itu dan tersenyum.
"Dugaanku benar. Pria itu memang menyukainya. Kau beruntung Mari." ucap Cinta sembari tersenyum, kemudian berjalan ke mobilnya.
___________
Begitu tiba di mobil, Garra mendudukkan Mariam. Namun tangan Mariam memeluk lehernya semakin kuat, gadis itu menolak turun dari punggungnya. Tak ingin melepaskan pria itu.
"Aku harus mengemudi Mariam. Lepas dulu." Garra terus berusaha. Lagi-lagi gagal. Ia mengalami kesulitan.
"Nggak mau. Garra aku pusing," oceh gadis itu. Garra mengembuskan napas panjang.
"Turun dulu. Kita harus pulang. Dengarkan aku, mm?" lalu ia berbicara dengan lembut, berharap Mariam akan menurut. Lucunya, gadis itu menurut. Garra tersenyum.
"Anak manis." ia menepuk pelan kepala Mariam lalu berjalan berputar masuk ke tempat kemudi.
Pria itu menyetir dengan tenang. Ia memutuskan membawa Mariam ke apartemennya. Gadis itu sudah sangat mabuk. Kalau ia pulangkan ke rumah orangtuanya, takutnya mamanya tidak akan tidur tenang dan mengomeli gadis itu sepanjang malam.
Garra tahu sekali watak mama Mariam. Ia ingat tante Mia suka sekali mengomeli anak-anaknya, terutama kalau mereka tidak menurut padanya atau pun berbuat sesuatu yang bikin hati wanita itu kesal.
Lalu, kenapa ia tidak pulangkan ke rumah Foster saja? Sejujurnya masih ada alasan lain bagi Garra, kenapa lelaki itu tidak memulangkan Mariam ke rumah orangtua atau kakaknya.
Karena Garra ingin membawa gadis itu ke tempatnya. Ingin menjaganya sepanjang malam ini. Garra ingin memastikan Mariam tetap aman. Pekerjaannya yang begitu padat hari ini dan membuatnya merasa cukup stres. Ia ingin menghilangkan rasa stresnya dengan menatap wajah Mariam.
"Di mana ini?" Mariam bertanya ketika mobil Garra berhenti di parkiran apartemen laki-laki itu. Ia masih mabuk.
"Apartemenku." sahut Garra. Mendengar itu Mariam tersenyum lebar lalu menunjuk-nunjuk lelaki dihadapannya. Matanya masih membuka dan menutup seperti orang mabuk pada umumnya.
"Kau nakal Garra, kau terus menolakku tapi ternyata ..." Mariam mencondongkan kepalanya dan bicara pelan di depan wajah Garra. Garra ingin mundur tapi ia baru sadar mereka masih di dalam mobil. Jadi ia hanya bisa bersandar di dinding pintu kendaraan beroda empat itu.
Sebelah tangan Mariam menekan dadanya.
"Katakan," ia bisa merasakan napas gadis itu di wajahnya. Garra menunggu gadis itu bicara.
"Apa kau bergairah padaku? Aku membuatmu terangsang? Kau pasti sudah terpesona dengan tubuh seksiku kan? Bagaimana, ingin mencobanya? Aku hanya menawarkan padamu. Kalau itu kamu, tidak apa-apa kita melakukannya sebelum menikah. Lagian aku yakin setelah itu kau akan langsung menikahiku." Mariam mengatakan kalimat tersebut dengan sangat santai, bahkan tak lupa memberikan sedikit godaan dengan meniup telinga Garra. Garra langsung terbatuk-batuk dibuatnya. Wajahnya memerah. Ia berusaha menahan diri.
"Kau mabuk, jangan bicara sembarangan." lalu didorongnya tubuh Mariam dan cepat-cepat keluar dari mobil.
Pria itu kembali menggendong Mariam, naik ke apartemennya. Ia membawa Mariam ke kamar dan menaikkannya ke ranjang besar miliknya. Apartemen miliknya hanya ada satu kamar, jadi gadis itu hanya bisa tidur di kamarnya. Dia sendiri akan tidur di sofa.
Habis membaringkan Mariam, Garra menghubungi Foster. Ia menceritakan kejadian yang di alami Mariam hari ini dan tentang gadis itu yang akan tinggal semalam di tempatnya.
"Tidak, tidak akan terjadi apa-apa. Kau bisa percaya padaku." kata Garra ketika Foster menggodanya.
"Ya, aku percaya padamu. Tapi tidak dengan anak itu, dia tidak bisa di percaya. Hati-hatilah, aku dengar dari istriku akhir-akhir ini dia sedang gencar membaca buku mengejar pria idaman. Buku itu cukup mesum, kau tahu maksud kan?" Foster menggoda. Dan Garra langsung kehilangan kata-kata. Ia berdeham canggung.
"Jangan lupa beritahu tante Mia. Aku tutup telponnya." Garra cepat-cepat memutuskan sambungan. Kemudian membalikan badan menatap Mariam. Lama ia menatap gadis itu lalu menggeleng-geleng kuat.
Ia harus mandi. Menjernihkan pikirannya. Namun ketika pria itu hendak berjalan ke kamar mandi, tangan dari belakang menarik tubuhnya dengan kuat hingga ia terjatuh ke tempat tidur. Ulah siapa lagi coba kalau bukan sih gadis mabuk itu.
Posisi mereka terbaring di ranjang dengan Mariam memeluk tubuh Garra dari belakang. Garra mencoba melepaskan diri namun Mariam tidak mau melepaskannya. Akhirnya pria itu memutar tubuhnya menghadap gadis itu dan wajah mereka langsung bertemu.
Mariam tersenyum padanya. Mata gadis itu amat menggoda. Sangat indah. Sedetik kemudian Garra kembali mendapatkan ciuman di bibirnya. Ya, Mariam mengecupnya. Membuat pria itu menegang seketika.
nemu novel ini
baca sambil ngakak dewe
wkwkwkkkkkakakaaaa
malem² lagi
byuhhhh