Kinan ibu muda berumur dua puluh enam tahun harus terjebak pada hubungan terlarang dengan seorang laki- laki karena keadaan ekonomi keluarganya yang sedang kacau. Dia terpaksa meminjam uang untuk biaya operasi sang anak dengan imbalan menyerahkan tubuhnya pada laki- laki tersebut karena dia tidak mampu mengembalikan uangnya. Sedangkan sang suami yang sejak dua tahun kena PHK harus kerja serabutan tiba- tiba menghilang entah ke mana. Mampukah Kinan menjalani hari- harinya seorang diri di tengah permasalahan yang tiada habisnya...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Kekecewaan Andrew
Andrew melempar handuk yang melilit di tubuh Kinan. Dia bisa melihat dengan jelas bentuk tubuh Kinan yang polos itu. Kinan pun tersentak merasa malu bercampur takut. Baru pertama kali tubuh polosnya ditatap oleh laki- laki yang bukan suaminya. Dadanya pun bergemuruh.
Andrew mulai menciumi seluruh wajah Kinan lalu turun ke leher. Andrew begitu liar menyesapi inci demi inci bagian leher Kinan. Puas menyesapi area leher, kini dia berpindah pada dua benda kenyal yang selama ini selalu mengganggu pikirannya.
Tak ada yang dapat Kinan lakukan selain hanya memejamkan mata. Dia menggigit bibir, tangannya mencengkeram sprei serta matanya tak bisa membendung air matanya yang tiba- tiba menerobos keluar melalui ujung mata.
Iya hatinya menolak dengan semua yang di lakukan Andrew. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Rangga sang suami. Harusnya dia melakukan ini semua dengan Rangga bukan dengan Andrew laki- laki yang bukan siapa- siapanya, dan baru kenal beberapa hari saja.
Bagaimana kalau Rangga mengetahui perbuatan menjijikannya..? Apa yang akan dikatakan pada sang suami...? Kinan hanya bisa menggelangkan kepalanya sambil terisak menangis. Dia sama sekali tidak menikmati dengan apa yang di lakukan oleh Andrew yang sudah berada di atas tubuh polosnya hendak melakukan penyatuan.
Yang ada di hati Kinan hanya lah rasa takut,dan bersalah pada Rangga.
"Shittt..!!!'' Andrew segera bangkit dari atas tubuh polos Kinan.
Andrew terlihat sangat marah dan kecewa pada Kinan. Dia lalu memungut handuk yang tergeletak di samping tempat tidur lalu melilitkannya kembali di pinggangnya. Kinan pun terkejut dengan Andrew yang tiba- tiba menghentikan aktifitas dia atas tubuhnya.
Andrew lalu mengambil handuk yang tadi dipakai oleh Kinan lalu melemparkannya ke tubuh polos Kinan yang masih berbaring di tempat tidur.
"Pakai lagi handukmu.." ucap Andrew dengan dingin.
"A..apa tuan..?"
"Aku bilang pakai handukmu..!" jawab Andrew dengan nada lebih tinggi.
Kinan pun segera melilitkan handuk tersebut dibadannya walaupun hatinya masih bingung kenapa Andrew menyuruhnya kembali memakai handuknya dan batal melakukan penyatuan.
"Pergilah ke kamar mandi dan gunakan lagi pakaianmu lalu pulang.." ucap Andrew.
"Pu..pulang..? Ta..tapi ke..kenapa tuan..? Bukankah kita akan..."
"Jangan membuatku mengulangi perkataanku...!" seru Andrew terlihat marah.
Merasa takut, Kinan lalu segera bergegas ke kamar mandi lalu memakai pakaiannya yang dia tinggalkan di sana. Beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar mandi sudah lengkap menggunakan pakaiannnya.
"Pulanglah..." ucap Andrew berdiri di depan jendela menatap ke arah luar.
"Ke..kenapa tuan...?" tanya Kinan tidak mengerti maksud Andrew.
"Kau masih tanya kenapa..? Apa kau tidak sadar apa yang kamu lakukan tadi hah...? Kau terlihat ketakutan dan menangis di bawahku..!" sahut Andrew terlihat marah.
"Saya tidak suka melihatmu seperti itu, membuat gairahku hilang..." sambung Andrew.
"Saya memintamu membayar hutang dengan tubuhmu. Itu artinya apa..? Kau harus memuaskanku, bukan malah diam dan nangis di bawahku..."
"Ma..maaf tu..an..." ucap Kinan merasa bersalah.
"Pulanglah ... Kau boleh kembali padaku jika sudah benar- benar siap menyerahkan tubuhmu...jika belum siap, kau tidak usah datang padaku. Karena kau hanya akan membuatku kecewa..."
"Dan satu lagi, ketika kau sedang bersamaku, kau tidak boleh memikirkan laki- laki lain selain saya..."
"I..iya tuan.. Sa..saya minta maaf sudah membuat tuan Andrew kecewa...." jawab Kinan.
"Cepatlah pulang..." ucap Andrew dengan nada datar.
"Ba..baik tuan..." Kinan segera pergi meninggalkan apartemen Andrew.
"Sial...!" seru Andrew sambil menonjok tembok di depannya.
Kemudian Andrew menuju ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya yang belum tersalurkan pada Kinan.
Andrew melakukannya sendiri di kamar mandi dengan membayangkan tubuh Kinan hingga terdengar teriakan memenuhi ruang kamar mandi.
"Aaakkkhhh.... Kinanannnnnn....."
...----------------...
Tiga hari sudah Raka pulang dari rumah sakit kini tiba saatnya dia harus chek up ke dokter. Kinan berjalan sambil menggendong Raka menuju jalan raya lalu menaiki angkot menuju rumah sakit di mana kemarin Raka dirawat.
Tiga puluh menit berlalu mereka pun sampai di rumah sakit. Dokter memeriksa kondisi Raka, dan juga jahitan bekas operasi usus buntunya. Kata dokter keadaan Raka baik- baik saja dan jahitan pun sudah mulai mengering. Kinan merasa lega mendengarnya.
Dokter lalu membuat resep obat untuk Raka. Untunglah kartu BPJS nya sudah aktif dan bisa digunakan lagi berkat uang dari Andrew. Kini Kinan pun tidak harus merogoh uang untuk membayar pengobatan Raka karena sudah tercover oleh kartu BPJS tersebut. Kinan pun harus menyediakan uang tiap bulannya untuk membayar iuran agar kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi.
Uang dari sumbangan warga pun masih tersisa, Kinan menggunakannya untuk makan sehari- hari. Dia harus benar- benar irit menggunakan uang tersebut hingga dia gajian nanti.Sementara sampai hari ini belum ada kabar mengenai Rangga. Kinan pun semakin pusing dibuatnya.
Kinan menggendong Raka keluar dari rumah sakit. Ketika sedang menunggu angkot tiba- tiba Raka berteriak.
"Ayah..." seru Raka yang berada di gendongan Kinan.
"Apa nak..? Ayah..? Mana Ayah...?" tanya Kinan.
"Itu bu..itu ayah..." jawab Raka menunjuk ke arah tempat parkir rumah sakit. Kinan pun menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Raka.
"Mas Rangga..." gumam Kinan melihat seorang laki- laki mirip dengan suaminya duduk di kursi roda didorong oleh seorang perempuan cantik.
Kinan lalu lari menghampiri laki- laki yang mirip dengan Rangga tersebut.
"Mas..mas Rangga... Tunggu mas...!" seru Kinan.
"Mas Rangga... " Kinan menghadang laki- laki tersebut.
"Hei.. Siapa kamu..?" tanya perempuan cantik yang mendorong kursi roda.
"Mas..mas Rangga apa yang terjadi denganmu mas...?" Kinan menurunkan Raka lalu jongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Rangga tanpa sedikit pun menghiraukan ucapan perempuan cantik tersebut.
Laki- laki yang dikira Rangga itu pun hanya menatap Kinan dengan heran.
"Kau siapa...?" tanyanya.
"Mas, ini aku mas, Kinan istrimu..apa kau lupa dengan ku..?" tanya Kinan.
Laki- laki itu pun hanya menggelengkan kepalanya merasa bingung.
"Ayah..." ucap Raka.
Rangga menoleh ke arah Raka dan menatapnya dengan seksama.
"Apa..? Ayah..? Tapi aku bukan ayahmu nak... kau salah orang..." ucap laki- laki itu sambil tersenyum pada Raka.
"Mas, kau kenapa ..? Kenapa kau lupa dengan kami..? Ini aku Kinan dan ini Raka anak kita mas..." ucap Kinan tak dapat membendung air matanya.
"Apa..? Istri..? anak..?" maaf mba , mungkin mba salah orang. Aku tidak mempunyai istri apa lagi anak..." sahut laki- laki tersebut.
"Maaf mba , sepertinya mba ini salah orang, ini suami saya namanya Ata bukan Rangga. ..." ucap perempuan cantik itu.
"Nggak mba, ini suamiku mas Rangga..." sahut Kinan.
"Mba ini bicara apa sih..? Ini suamiku Ata, bukan Rangga...!" seru perempuan cantik itu mulai kesal dengan Kinan.
"Tolong ya mba , mba jangan mengaku- ngaku suami orang sebagai suami mba..!. Mba lihat sendiri kan suami saya nggak kenal sama mba dan anak mba. Jadi mba jangan ngaku- ngaku lagi deh.." sambung perempuan itu.
"Mas..mas Rangga apa yang terjadi denganmu mas..? Kenapa kau bisa melupakan istri dan anakmu..?" ucap Kinan sambil memegang tangan laki- laki yang diyakini sebagai suaminya tersebut.
Laki- laki tersebut pun menatap tajam ke arah Kinan lalu menepis tangan Kinan yang menggenggam dengan erat.
"Lepaskan tanganku..! Aku bukan suamimu..! Menjauhlah dariku ..'' seru laki- laki tersebut.
"Tapi mas..." ucap Kinan sambil menangis.
"Vivi, akau mau pulang, kepalaku sakit.." ucap laki- laki itu sambil menoleh pada perempuan yang mendorong kursi roda.
"Iya sayang kita pulang ya..." ucap perempuan itu dengan lembut.
"Maaf mba minggir dulu, suami saya sedang kurang sehat tolong minggir lah jangan mengganggu suami orang..." sambung perempuan yang bernama Vivi.
"Aku nggak mengganggu suami orang mba, dia suamiku..." Seru Kinan tidak terima dengan ucapan Vivi.
"Mba ini nggak tahu malu ya,, bisa- bisanya mengaku- ngaku sebagai istri suami orang...!"
"Tapi aku beneran istrinya mba..."
"Satpam tolong kemarilah..." panggil Vivi.
Dua orang satpam yng sedang berjada di pintu parkir pun segera lari menghampiri Vivi.
"Ada apa bu..?" tanya salah satu satpam.
"Ini pak, perempuan ini mengaku- ngaku sebagai istri dari suami saya. Padahal suami saya sama sekali tidak mengenalnya. Dia mengganggu sekali pak, tolong bawa pergi dia dari sini. Saya dan suami saya merasa tidak nyaman..." ucap Vivi.
"Baik bu..." jawab Satpam satunya lagi.
"Hei perempuan nggak tahu diri, tolong pergi dari sini..! Jangan ganggu suami orang , kamu mau jadi pelakor ya...!"
"Nggak pak, saya bukan pelakor...! Dia benaran suami saya..!" Kinan tidak terima dibilang pelakor oleh satpam.
"Eh nggak tahu malu kamu ya, sudah dibilangin jangan ganggu malah ngeyel...! Pergi nggak dari sini..!" bentak satpam sambil menyeret Kinan.
"Ibu..ibu...hua...hua...'' Raka lari mengejar sang ibu yang diseret oleh satpam hingga keluar dari kawasan rumah sakit.
Sementara Vivi mendorong kursi roda mendekati mobilnya. Dengan dibantu sang sopir dia memapah sang suami masuk ke dalam mobilnya.
Laki- laki itu duduk di jok tengah di belakang sopir. Sementara Vivi duduk disampingnya. Mobil pun mulai berjalan meninggalkan kawasan rumah sakit. Melalui kaca mobil laki- laki itu bisa melihat dengan jelas Kinan yang sedang diseret oleh dua orang satpam keluar dari halaman parkir rumah sakit sedangkan sang anak menangis sambil mengejarnya. Melihat kejadian itu timbullah rasa iba dalam hatinya.
Tapi dia tidak bisa berbuat apa- apa karena dia pun tidak tahu harus berbuat apa. Sementara kepalanya terasa bertambah pusing.
"Ata, kamu kenapa..?" tanya Vivi.
"Kepalaku sakit sekali Vi..." jawab laki- laki yang di panggil ata tersebut.
"Apa kita ke dokter lagi saja..?" tanya Vivi.
"Tidak perlu aku mau pulang saja, mau istirahat..." jawab Ata.
Bersambung...
🥰🌺 Jangan lupa kasih vote, like dan dukungannya ya...🌸🥰
wajar kalau Rangga masih ragu... karena masa lalunya Kinan pernah jadi wanita nggak bener.
trus Kinan nggak punya saksi juga. sedangkan seluruh warga percaya sama pak RT... jadi serba salah.. kalau Rangga bela Kinan juga malah dimusuhi orang sekampung entarnya.
emang baiknya nikah sama orang lain. karena Rangga masih kepikiran masa lalu... masih belum bisa melupakan ..
Kinan mending juga cepat nikah... karena kalau dikampung jadi janda tu serba salah...
maaf ya kk, karena aku benar-benar nggak suka sama istri yang berselingkuh. apa lagi sampai hamil dari hasil selingkuhannya...