Prahara Rumah Tanggaku

Prahara Rumah Tanggaku

1. Ditagih uang sewa rumah

Kinan yang baru selesai jualan gorengan keliling kampung segera pulang ke rumahnya karena sudah terlalu lama meninggalkan sang putra yaitu Raka yang berusia empat tahun di rumah sendiri. Dia sedang tidak enak badan. Beberapa hari ini dia sering mengeluh sakit perut. Kinan pikir karena dia sering telat makan. Mungkin asam lambungnya naik. Jadi Kinan hanya memberinya kunyit parut yang diperas airnya lalu meminumkannya.

Air kunyit dipercaya bagus untuk mengobati sakit mag. Maklum lah Keadaan ekonomi keluarga Kinan sedang tidak baik. Bisa dibilang sedang terpuruk setelah dua tahun suaminya kena PHK karena perusahaan tempat dia bekerja mengalami kebangkrutan.

Uang pesangon yang tidak seberapa pun habis perlahan untuk kebutuhan sehari- hari dan juga untuk membayar cicilan rumah. Cicilan rumah yang masih sepuluh tahun lagi baru lunas, sementara Rangga sang suami belum juga mendapat pekerjaan tetap. Dia selama ini dia hanya kerja serabutan saja dan itu pun tidak setiap hari dia mendapat pekerjaan.

Seminggu hanya dua atau tiga hari saja dia kerja dengan upah harian yang tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Hingga Kinan pun berusaha untuk membantu sang suami dengan berjualan gorengan dan nasi uduk keliling komplek perumahan.

Setahun berlalu Kinan dan Rangga pun sudah tidak mampu membayar cicilan rumah, sehingga terpaksa dia oper kredit rumah tersebut pada temannya yang kebetulan sedang mencari rumah.

Uang sisa dari oper kredit rumah, Rangga pakai untuk modal usaha membuka rumah makan bersama teman sekantornya dulu tapi baru enam bulan berjalan rumah makan tersebut harus gulung tikar karena temannya berkhianat menggelapkan uang hasil penjualan untuk dia pakai sendiri. Sehingga lambat laun uang habis, modal pun habis. Bahkan untuk bayar gaji karyawan pun tidak ada terpaksa harus hutang bank.

Di rumah kontrakan ini lah sekarang Kinan dan Rangga beserta Raka tinggal. Sampai di depan rumah Kinan terkejut melihat beberapa orang di sana sedang marah- marah. Ternyata dia adalah sang pemilik rumah yang sedang menagih uang sewa rumah yang sudah tiga bulan belum dibayar.

"Maaf bu, saya belum ada uang, tolong beri saya waktu untuk mencari uang dulu.." ucap Rangga yang ternyata sudah ada di rumah.

"Selalu saja kamu bilang seperti itu, saya sampai bosan mendengarnya..! Kamu pikir saya nggak butuh uang hah..? Kamu sudah tiga bulan lho nunggak nggak bayar sewa rumah. Seharusnya kamu saya usir dari rumah saya. Lebih baik saya sewakan rumahku pada orang lain...!'' jawab Bu Lulu si pemilik rumah sewa.

"Maaf bu, maaf, tolong beri waktu tiga hari, saya janji akan membayarnya..." ucap Rangga.

"Mas... " ucap Kinan setelah sampai di depan rumah.

"Hei Kinan...! bilang tuh sama suami kamu supaya kerja, cari uang buat bayar sewa rumah....! Jangan jadi pengangguran terus...!" ucap Bu Lulu dengan muka tak bersahabat.

"Suami saya kerja kok bu, tapi tidak setiap hari, dia belum mendapatkan pekerjaan tetap, mungkin belum ada rejeki mendapat pekerjaan..." sahut Kinan.

"Itu bukan urusanku, yang jelas tiga hari lagi saya datang ke sini harus ada duit. Kalau tidak, kalian harus meninggalkan rumah saya, saya akan sewakan rumah ini pada orang lain yang bayarnya benar tidak seperti kalian...! " ucap bu Lulu.

"Oya , kamu tadi baru pulang jualan kan..? Berikan uangnya padaku...!" seru bu Lulu sambil mengulurkan tangan kanannya pada Kinan.

"Jangan bu, uang ini akan Kinan belikan beras untuk makan hari ini dan untuk modal jualan besok..." sahut Kinan sambil memegangi dompetnya.

"Saya nggak perduli...! Berikan uangnya padaku..!" bentak bu Lulu merebut dompet dari tangan Kinan lalu mengambil seluruh uang hasil jualannya kemudian melempar dompet yang sudah kosong ke muka Kinan.

"Bu, bu Lulu saya mohon bu, jangan ambil uang itu, saya tidak punya uang lagi, nanti kami mau makan apa..? Trus besok bagaimana saya bisa jualan kalau tidak punya modal...?" Kinan menangis memohon pada bu Lulu.

"Itu bukan urusanku...!" jawab bu Lulu lalu pergi meninggalkan teras rumah Kinan.

Kinan terus saja menangis. Rangga tak tega melihat sang istri. Dia pun lalu memeluknya.

"Sabar ya dek..." ucap Rangga sambil mengelus punggung Kinan. Lalu Rangga mengajak Kinan masuk ke dalam rumah karena mereka sudah menjadi tontonan tetangganya.

"Mas, kenapa mas Rangga sudah ada di rumah..? Bukankah mas Rangga tadi pagi pamit mau kerja...?" tanya Kinan.

"Maaf dek, mas nggak jadi kerja. Pekerjaannya sudah dimasuki sama orang lain. Nanti sore mas baru ke sana lagi..."

Iya, Rangga memang bekerja di gudang penyortiran paket. Kerjanya pun tidak setiap hari. Kalau sedang ada saja dia akan mendapat panggilan kerja. Itu pun harus berebut dengan orang lain. Kalau dia tidak segera mendaftar maka akan keduluan orang lain. Belum lagi pihak vendornya tidak jelas, kadang sudah mendaftar giliran datang ke tempat kerja, sudah dimasuki oleh orang lain.

Seperti hari ini Rangga sudah mendaftar dan pagi- pagi disuruh berangkat ke tempat kerja, tetapi sampai di sana sudah ada yang menempati pekerjaannya sehingga dia harus pulang lagi ke rumahnya.

"Mas, cobalah mencari kerjaan yang lain, jangan di tempat itu. Itu tempatnya nggak bener. Mas sudah berkali- kali dikerjai sama pihak Vendor...." ucap Kinan.

"Mas juga maunya begitu dek, tapi mau bagaimana lagi, mas belum dapat kerjaan di tempat lain..."

"Makanya usaha lebih keras lagi dong mas...! Kamu lihat sendiri tadi, hasil jualanku hari ini diambil semua oleh bu Lulu. Lalu kita mau makan apa mas...?" Kinan mulai emosi.

"Belum lagi tiga hari lagi kita sudah harus pegang uang tiga juta untuk bayar kontrakan, uang dari mana mas..?"

"Mas juga nggak tahu dek, jangan bikin mas tambah pusing. Ini semua salah kamu juga, mas sudah memberikan uang sisa hasil pesangon tapi kau tidak menggunakannya dengan baik..."

"Apa mas..? Kau menyalahkan ku..? Kau memberikan uang lima ratus ribu padaku dan aku sudah gunakan uang itu untuk modal jualan. Lalu kau menyalahkanku tidak menggunakan uang dengan baik..?'' Kinan kesal.

"Apa kamu tidak tahu uang hasil jualan aku gunakan untuk makan sehari- hari...?" tanya Kinan.

"Lalu mana hasil kerja kamu mas...? Untuk bayar sewa rumah saja tidak cukup...! kita sudah tiga bulan nggak bayar sewa rumah mas..! Sana kamu cari uang sekarang..!" seru Kinan.

"Dan satu lagi, apa kau lupa mas kalau kau yang tidak bisa menggunakan uang dengan baik, mana usaha rumah makan yang kamu gadang- gadangkan bersama teman kamu itu..? Nggak ada hasilnya sama sekali. Kamu malah terjerat hutang di bank untuk gaji karyawan...!"

"Itu bukan salahnya mas , Kinan..! Itu karena teman mas saja yang tidak bisa menjaga amanah. Dia korupsi hasil penjualan, hingga akhirnya restauran pun bangkrut...!" sahut Rangga tidak terima disalahkan.

"Makanya, jangan terlalu percaya sama teman. Teman itu tidak ada yang tulus, mereka baik sama kita karena ada maunya saja. Setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau, mereka akan melupakan kita..."

"Sekarang lihat, kita sedang keadaan terpuruk seperti ini, tak ada satu temanpun yang perduli sama kita kan..? Mana mereka yang dulu sering mas bantu..? Mana mereka yang dulu sering pinjam uang ke mas ? Nggak ada satu pun yang perduli sama kita..!'' Kinan kembali menangis.

"Sabar dek sabar..." ucap Rangga memeluk sang istri.

Iya dulu waktu kehidupan ekonomi mereka masih baik- baik saja Rangga memang sering meminjamkan uang pada teman- temannya yang membutuhkan. Rangga orangnya tidak tegaan kalau melihat teman meminjam uang dengan muka sedih.

Padahal dari beberapa teman yang meminjam tak sedikit yang membohonginya. Mereka bilang akan dikembalikan minggu depan tapi hingga tahun depan tidak ada kabar, ditagih pun jawabannya besok- besok terus. Kalau seperti itu terus Rangga pun menjadi malu. Masa mau meminta haknya sudah seperti pengemis saja.

Akhirnya mau tidak mau, rela tidak rela Rangga pun hanya bisa mengikhlaskan saja uangnya yang tidak kembali. Anggap saja itu tabungan dia di akhirat.

"Ibuu..ayah...hua...huaa..." suara Raka menangis dari dalam kamar.

"Raka..." Kinan dan Rangga lari menuju kamar.

"Kenapa sayang...?" tanya Kinan memeluk Raka.

"Perut Raka sakit bu..hua..hua..."

"Dek, biar mas beli obat di warung saja ya, kasihan Raka dari kemarin sakit perut terus..." ucap Rangga.

"Tapi uangnya nggak ada mas...?"

"Nanti mas coba hutang di warung bu Narti..." sahut Rangga sambil keluar kamar menuju warung.

Kinan pun segera merebus air lalu memasukkannya ke dalam botol bekas sirup. Lalu dia membungkus botol tersebut dengan kain kemudian dia menempelkannya ke perut Raka berharap bisa mengurangi rasa sakitnya.

Tak berapa lama Rangga pun pulang dari warung dengan keadaan lesu.

"Mana obatnya mas..?" tanya Kinan.

"Maaf dek, mas nggak bawa obatnya, bu Narti tidak mau memberi hutang karena kamu masih punya hutang di warungnya..." sahut Rangga sedih.

"Iya mas, Kinan memang masih punya hutang di warung bu Narti tiga ratus ribu. Sama bu Warni enam ratus ribu. Kinan belum bisa mengembalikan uang mereka.." jawab Kinan.

" Banyak banget sih utang kamu dek, hutang buat apa aja sampai banyak begitu..!" Rangga kesal.

"Mas, kamu ini lupa atau hilang ingatan sih..? Kinan kan pinjam uang untuk nambahi uang sewa rumah yang selalu kurang. Kamu yang setiap bulan tidak mampu mengumpulkan uang untuk bayar sewa rumah, selalu saja Kinan yang harus mencari kekurangannya...!''

"Iya..iya..maaf ini salah mas...! Mas yang nggak becus buat nyari uang..! Mas memang suami yang payah..!" Rangga kesal pada diri sendiri.

"Ayah..ibu.. Sakit...hua..hua..." Raka kembali menangis.

"Sabar ya sayang..." Kinan mengusap- usap perut Raka.

"Mas, tolong jagain Raka, Kinan mau membuat air kunyit dulu..."

"Iya dek..."

🌸🌺 Jangan lupa kasih, like, vote, koment ,... Terima kasih 🥰🥰

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!