NovelToon NovelToon
Puncak Pesona

Puncak Pesona

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Murni / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Di SMA Gemilang, geng syantik cemas dengan kedatangan Alya, siswi pindahan dari desa yang cantik alami. Ketakutan akan kehilangan perhatian Andre, kapten tim basket, mereka merancang rencana untuk menjatuhkannya. Alya harus memilih antara Andre, Bimo si pekerja keras, dan teman sekelasnya yang dijodohkan.

Menjadi cewek tegas, bukan berarti mudah menentukan pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memilih Kamu

Bab7

 

Dengan perasaan campur aduk antara lega dan lelah, mereka membawa Alya langsung ke rumah paman dan bibinya.

 

Malam itu, ketika Alya dibawa pulang oleh Lita, Andre dan Bimo, suasana rumah bibi dan pamannya yang biasanya tenang mendadak berubah tegang. Rumah mereka, sebuah rumah sederhana namun nyaman di pinggiran kota, kini dipenuhi kekhawatiran. Lampu di ruang tamu masih menyala terang, menandakan bahwa mereka menunggu Alya dengan cemas.

 

Begitu melihat Alya yang pulang malam dalam keadaan kotor dan kusut, bibi dan pamannya langsung berlari keluar. Bibi Alya, seorang wanita paruh baya dengan rambut yang sudah mulai beruban, langsung memeluknya dengan erat. “Alya! Ya Tuhan, apa yang terjadi padamu?” tangisnya sambil memeriksa keadaan Alya dari kepala hingga kaki.

 

Paman Alya, seorang pria dengan tubuh kekar dan wajah tegas, segera mendekat. “Siapa yang melakukan ini padamu, Nak? Kita harus melaporkannya ke polisi segera!” katanya dengan nada tegas namun penuh kekhawatiran.

 

Alya, yang masih terengah-engah dan terlihat lelah, mencoba menenangkan mereka. “Aku baik-baik saja, Bibi, Paman. Aku hanya ingin beristirahat sekarang,” katanya, berusaha tersenyum meski senyumnya tampak dipaksakan.

 

Andre, yang berdiri di dekat mereka, meletakkan tangannya di bahu Alya. “Kami akan terus bersama kamu, Alya. Kita akan mencari tahu siapa yang melakukan ini,” katanya dengan suara lembut namun penuh tekad.

 

Bimo menambahkan, “Kami semua sangat khawatir, Alya. Yang penting sekarang adalah kamu aman.”

 

Dengan lembut, bibi dan pamannya mengantar Alya masuk ke dalam rumah. Mereka menyiapkan makanan hangat dan minuman untuk menenangkan Alya. Di dalam kamarnya, Alya duduk di tepi tempat tidurnya, memandang ke luar jendela. Hatinya masih berdebar-debar mengingat kejadian yang baru saja dialaminya, tetapi ia berusaha mengumpulkan kekuatan. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan, terutama tentang siapa yang ada di balik penculikan tersebut.

 

Tanpa Alya ketahui, saat Andre, Bimo dan Lita pulang, rupanya ada persaingan di antara dua cowok yang baru saja menyelamatkan Alya pulang. Ya, kini antara Andre dan Bimo saling berusaha memberikan perhatian lebih pada Alya.

 

Keesokan harinya, berita tentang penculikan Alya tersebar cepat di seluruh SMA Gemilang. Sekolah yang biasanya ramai dengan suara tawa dan canda, kini dipenuhi dengan bisikan-bisikan khawatir dan spekulasi. Di setiap sudut koridor, para siswa saling berbicara tentang keberanian Alya dan bagaimana ia berhasil melarikan diri.

 

Di dalam kelas, suasana terasa tegang. Alya duduk di mejanya dengan tenang, meskipun hatinya masih dipenuhi kecemasan. Lita, sahabat karibnya, duduk di sebelahnya, memegang tangan Alya erat-erat. “Alya aku pikir kamu istirahat saja dulu di rumah,”

 

“Aku gak papa kok,” sahut Alya dengan senyuman.

 

“Aku sangat kagum dengan keberanianmu,” kata Lita dengan suara penuh kekaguman.

 

Kebetulan di sana juga ada Bimo dan Andre berdiri di dekat mereka, memperhatikan dengan seksama. “Kita harus tetap waspada. Kita tidak tahu siapa yang bisa melakukan hal seperti ini,” kata Bimo dengan nada serius.

 

Andre mengangguk setuju. “Tapi kali ini kita siap. Kita tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi,” tambahnya dengan tekad kuat.

 

Alya tersenyum lemah namun penuh semangat. “Aku yakin kita bisa memberantas ketidakadilan di SMA Gemilang ini. Meskipun ada pengaruh besar yang bermain di balik semua ini, kita harus tetap teguh. Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi dengan dukungan kalian, aku yakin kita bisa melakukannya.”

 

Sementara itu Arga masuk kelas dengan terburu-buru, sebab saat tadi baru sampai sekolah, Arga melihat ada sesuatu yang berbeda saat siswa-siswa terlihat berisik sekali, ada yang bergerombol tidak seperti biasanya, seperti ada berita yang besar. Setelah diselidiki Arga tahu ini tentang Alya yang kemarin diculik, maka dia langsung lari terburu-buru ke kelas.

 

“Alya kamu tidak apa-apa?” Dengan nafas masih terengah-engah, Arga menghampiri Alya. “Maaf aku baru tahu sekarang,” lanjutnya.

 

“Nggak apa-apa, Ga. Kenapa harus meminta maaf segala,” jawab Alya sangat santun.

 

“Iya, aku sebagai ketua kelas tidak bisa menjagamu dengan baik.”

 

“Lagian ini kejadiannya kan bukan di sekolah, tidak ada sangkut pautnya dengan tanggung jawab ketua kelas, santai aja, Ga.”

 

Arga tetap merasa tidak enak hati, apalagi di sana ada Bimo siswa cerdas dan berprestasi juga Andre sebagai kapten tim basket. Harga diri Arga merasa rendah di depan mereka, sepertinya sudah dicuri start untuk mendapat perhatian Alya.

 

Di luar kelas, Rina dan geng syantiknya berjalan dengan angkuh di koridor, seolah-olah tidak ada yang bisa menyentuh mereka. Rina menatap Alya dengan tatapan dingin, namun Alya tidak gentar. Ia tahu bahwa perjuangan baru saja dimulai. Hanya Alya yang memiliki keyakinan kuat bahwa geng syantik berada di balik penculikan tersebut. Namun, ia tahu bahwa ia harus membuktikannya sendiri.

 

Pulang sekolah hari itu, suasana di halaman SMA Gemilang terasa berbeda. Berita tentang penculikan Alya masih menjadi topik utama pembicaraan, dan semua orang merasa waspada. Ketika bel pulang berbunyi, para siswa mulai berhamburan keluar, namun mata mereka sering kali melirik ke arah Alya yang masih duduk di bangku taman sekolah bersama Lita, Bimo, Andre, dan Arga.

 

Arga, ketua kelas yang selalu tampak tenang dan bertanggung jawab, menjadi yang pertama berbicara. "Alya, aku bisa mengantarmu pulang hari ini. Aku punya mobil dan itu akan lebih aman untukmu," katanya sambil tersenyum lembut.

 

Andre, kapten tim basket yang populer dan penuh karisma, segera menyusul. "Alya, biar aku yang mengantarmu. Mobilku ada di parkiran, dan kita bisa langsung berangkat sekarang," ujarnya dengan nada percaya diri.

 

Bimo, yang sederhana namun penuh perhatian, mendekati Alya dengan lebih tenang. "Aku juga bisa mengantarmu pulang, Alya. Memang hanya sepeda motor biasa, tapi aku pastikan kamu akan sampai rumah dengan selamat," katanya sambil tersenyum.

 

Alya menatap ketiga temannya satu per satu. Dia bisa merasakan ketulusan dari setiap tawaran, namun hatinya sudah menentukan pilihan. "Terima kasih, Arga, Andre, tapi aku pulang sama Bimo aja, lagi pula kami searah," jawab Alya dengan lembut.

 

Andre dan Arga saling pandang, sedikit terkejut namun mereka mencoba menerima keputusan Alya dengan lapang dada. "Baiklah, yang penting kamu aman," kata Arga.

 

Andre mengangguk setuju. "Kalau begitu, hati-hati di jalan, Alya," tambahnya sebelum melangkah pergi.

 

Lita, yang sedari tadi memperhatikan, tersenyum melihat interaksi itu. "Kelihatannya kamu punya banyak penggemar, Alya," ujarnya menggoda.

 

Alya hanya tersenyum tipis. "Aku hanya ingin pulang dengan tenang, jangan bahas yang lain," katanya sambil menatap Bimo yang sedang mempersiapkan motornya.

 

Lita menepuk pundak Alya. "Aku mengerti. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," katanya sebelum melambaikan tangan dan berjalan menuju mobil jemputannya.

 

Padahal Alya merasa tidak enak jika membahas cowok dengan Lita. Dia merasa mungkin saja Lita menyukai salah satu cowok yang kini sering memerhatikannya. Alya tidak mau mengotori pertemanan dengan Lita. Alya cukup hati-hati sebagai murid baru, tidak ingin membuat masalah apalagi tentang cinta.

 

Bersambung....

1
Sodikin Jin
hmmmm...kak, saya lebih suka, cerita tentang kultifasi. 🙏
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Tapi sayang, sepertinya tidak dilanjutkan. Jika ingin audionya dilanjut, harus banyak yang beri saran langsung pada pihak Mangatoon
Sodikin Jin: tidak apa kak... saya tunggu setiap audio kakak tentang kultifasi.
total 3 replies
Kamaya
kenapa ya, geng cewek ky gini merasa harus memiliki cowok populer di sekolahny. pdhal aslinya dia gak dilirik samsek ma tuh cowok. tapi ttp aja mngklaim jgn direbut org lain. hm.,..
Kamaya
Pasti jodoh Alya cowok. Iya kan tor? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!