Luna And System

...■▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎■...

Eva Wibowo merupakan sosok siswi yang sempurna di kalangan kelas 12. Eva tidak hanya cantik, dia terkenal dengan kepintarannya serta keramahannya terhadap murid-murid lainnya serta dia juga menjabat sebagai wakil President kelas.

Luna pun terus melajukan motor nya di belakang mobil Eva. Dia sama sekali tidak tahu sampai akhirnya mobil itu berhenti di sebuah rumah besar dan beberapa pelayan pria yang mengenakan jas hitam serta kacamata hitam.

Luna pun turun dari motor dan melepaskan helm nya lalu, Eva juga turun dari mobil mewah nya.

Luna yang merasa heran, dia pun menghampiri Eva.

"Kak Eva? Apakah ini rumah mu? Besar nya sudah seperti istana," kagum Luna.

Eva tertawa kecil dengan bibir di tutup oleh tangan nya.

"Iya. Mari kita masuk! Yang lain sudah menunggu," ajak Eva.

"Yang lain?" gumam heran Eva seraya memiringkan sedikit kepala nya.

Eva tidak menjawab dan melanjutkan langkah lalu, Luna mengikuti nya dari belakang.

Sambil melangkah, Luna melihat sekeliling yang dimana rumah itu memiliki desain eropa dengan halaman yang sangat luas.

Dalam perjalanan nya, Luna bertanya kepada Eva.

"Kenapa Kak Eva membawaku ke rumah kakak?”

"Nanti juga kamu tahu," jawab santai Eva dengan senyuman kecil.

Setibanya di dalam rumah Eva, Luna terkagum melihat rumahnya yang seperti istana eropa dengan pernak-pernik emas dan lukisan serta barang-barang antik di sudut-sudut ruangan.

Lalu, Luna pun tiba di sebuah ruangan yang dimana terdapat beberapa anggota dewan yang dia lihat di ruangan dewan kecuali Andri dan beberapa senior yang telah menantang Luna.

“Maaf, aku datang terlambat!” ucap Eva kepada para murid lainnya yang sudah berkumpul.

“Tidak apa-apa, Putri!” jawab salah satu murid yang berkumpul disana.

Luna pun terkejut saat mendengarnya.

“Putri? Dan kenapa para senior dewan siswa berada disini?” tanya Luna kepada Eva.

“Jadi, kamu sang pahlawan kelas satu itu!” ucap salah satu siswa senior yang menghampiri Luna.

“Ada apa ini? Apakah kalian ini membalas dendam kepadaku?”

Luna berpikir negative seperti itu karena dia pikir dirinya telah menghajar salah satu rekan mereka.

Disaat Luna berkata seperti itu, Eva melihat kearah nya.

“Tenang saja! Kami bukanlah musuhmu! Jadi, nikmati dan anggaplah rumah sendiri!” ucap Eva yang menyakinkan Luna.

“Baiklah, aku percaya.”

Kak Eva pun tersenyum kepada Luna lalu, dia berpamitan.

“Semua tunggu sebentar, ya! Aku berganti pakaian dahulu!”

“Iya, silahkan putri!” jawab salah satu senior.

Setelah berpamitan, Eva melihat kearah Luna sambil tersenyum serta menganggukkan kepalanya.

Sesudah itu, Luna pun memasuki ruangan itu namun tidak ada yang bicara kepada Luna, dia pun tidak masalah untuk itu.

Lalu, Luna yang berada di ruang itu hanya melihat beberapa buku yang tersimpan di rak besar yang tersusun rapih dan menyalin beberapa buku yang menurut nya menarik.

...Kling!...

...[Anda telah menyalin 15 buku.]...

Beberapa menit kemudian, Eva datang kembali ke ruangan dengan pakaian gaun merah yang sangat mewah dan dia terlihat seperti putri dalam dongeng.

“Maaf, kalian telah menunggu lama!” ucap Eva.

“Apakah kita bisa memulai rapatnya?” ucap salah satu senior.

Eva menganggukkan kepalanya. Setelah itu, semua senior duduk di kursi nya masing-masing.

“Luna, duduklah di tempat senyaman mungkin saja!” seru Eva.

Luna pun lebih memilih duduk dekat rak buku dan mendengarkan pembicaraan mereka.

"Sebenarnya, apa yang sedang mereka lakukan?" batin Luna.

Lalu, Eva duduk di sofa tengah yang terbesar serta memulai ucapannya.

“Baiklah, kita mulai rapatnya!” ucap Eva.

Luna pun hanya diam dan menyimak bahwa Eva dan beberapa senior yang berkumpul disini untuk membahas menjatuhkan Andri dari President kelas dan mereka pun telah mengumpulkan beberapa bukti berupa dokumen dan video amatir.

“Ini semua berkat Ide dari Luna ,” ucap Eva yang melihat kearah Luna.

Luna pun sedikit bingung dengan ucapan dari Eva.

“Aku?”

Tidak hanya Eva, beberapa senior juga melihat kearah Luna.

“Apa kamu tidak tahu? Karena sikap heroik dan permintaan darimu banyak murid yang memberanikan diri merekam sikap-sikap yang menyimpang, Terima kasih Luna,” ucap Eva.

“Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan? Lalu, kapan rencana kalian akan dimulai?”

“Beri kami waktu tiga hari untuk pengelolaan di badan hukum. Jadi, apa kamu ingin bekerja sama dengan kami?” ujar Eva.

“Selama itu bisa membuat sekolah menjadi damai dan tidak ada yang mengusik maka aku akan membantu kalian.”

Tidak lama, Eva berdiri dari kursi dan menghampiri Luna

“Mohon kerja samanya, Luna!” ucap Eva sambil memberikan tangannya.

Luna yang melihat itu juga berdiri dan menerima tangan dari Eva.

“Iya, mohon kerja samanya juga!” ucap Luna saat bersalaman kepadanya.

Luna dan Eva saling bertukar senyum dan Luna pun terlibat dalam kasus dalam dewan siswa.

“Semoga tidak ada yang terluka!” batin Luna.

Tiga hari kemudian ...

Setelah diskusi untuk menjatuhkan Dewan Murid, para anggota pemberontak memulai aksinya dengan mengumpulkan beberapa video dan keluhan atas sikap kasar, pembullyan serta perampasan kepada murid-murid.

Eva menghampiri Luna dengan tangan terlipat masuk ke kelas, "Luna, sekarang giliran mu!"

Mendengar itu, Luna mempertanyakan nya kembali.

"Kak Eva, sudah yakin?"

Luna berbicara seperti itu lantaran dia tahu resiko dari perbuatannya.

"Serahkan kepada mu! Kamu cukup menjalankan tugas mu," jawab yakin Eva.

Luna menghela nafas panjang, "Fhu~ Baiklah."

Setelah itu, Luna mengeluarkan laptop nya dan mengunakan program buatan nya sendiri yang tentu saja dibantu oleh Jarvis dalam pembuatan nya.

Multiple Love.

Sebuah aplikasi virus yang memungkinkan mengirim pesan ke ribuan media dalam hitungan detik.

Dan, Luna mengirimkan semua video, dokumen dan sebagainya ke seluruh media sosial.

Disudut yang lain, Alexa terus memperhatikan Luna dan Eva.

"Ehh~ Aku mencium bau amis," gumam pelan Alexa.

Keesokan harinya, wartawan dari berbagai media datang mengerumuni gerbang sekolah. Namun, mereka tidak diizinkan masuk oleh pihak sekolah. Luna beserta Eva hanya bisa melihat dari dalam sekolah.

"Kak Eva, selebihnya aku serahkan kepada mu!" ucap Luna.

"Tentu saja, Terimakasih. Luna," jawab Eva.

Saat ini tidak hanya wartawan saja yang meramaikan sekolahan namun para guru beserta anggota PTA (Anggota Wali siswa) sedang mengadakan rapat begitu juga dewan murid sehingga tidak ada pelajaran selama beberapa hari ini.

Seminggu kemudian, sebuah keputusan pun muncul yang dimana senior yang melakukan pemerasan di keluarkan dari sekolah dan Andri berpindah sekolah.

Luna yang berdiri dari kejauhan melihat Andri yang keluar dari gerbang sekolah dengan wajah kesal bersama pengacara nya.

Luna pun merasa sesuatu yang aneh.

"Ini sungguh aneh. Kenapa ini terlalu mudah? Aku rasa, cepat atau lambat akan membalas dendam kepadaku dan Kak Eva. Aku boleh lengah."

...■▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎■...