'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Gavin,"
Sreettt
Tak terduga, bukannya Gavin menyambut max dengan senang, dia justru melempar kan serangan lemparan belati yang tiba tiba pada Max.
Tentu saja Max dengan mudah menghindarinya, dia dengan tenang memiringkan kepalanya tanpa menggeser tubuhnya se inci pun. Dia sangat mengenal arah serangan belati Gavin jika tidak serius untuk menyerang.
"Gavin sialan," umpat Max seperti kebiasaan Leo saat Gavin menjahilinya.
Gavin menarik sudut bibirnya dan tertawa.
"Hahaha Leo... Kau benar benar Leo sahabatku," ucapnya senang hendak memeluk Max.
"Sekali lagi kau melangkah, aku akan membunuhmu," ucap Max dingin.
"Ck kau benar benar tidak berubah, sifat dan auramu masih saja sama, ku kira setelah kau pindah tubuh sikap dingin mu akan hilang, benar benar mengecewakan..." Ucap Gavin dramatis.
Max menatap Gavin malas, ini yang membuat dirinya malas bertemu Gavin, sifat mereka berdua sangat bertolak belakang. Tetapi terlepas dari itu tak bisa dipungkiri jika Max sangat mempercayai Gavin, karena dia adalah orang dengan loyalitas yang tinggi.
"Tapi kenapa kau pake masker segala?," tanya Gavin heran.
Max tak menjawab lalu melenggang menuju sofa dan duduk. Gavin mengikuti nya dan juga duduk di hadapan sofa menghadap Max.
Max melepaskan maskernya dan menghela nafas, sebenarnya dia juga dari tadi tidak nyaman menggunakannya.
Gavin yang melihat wajah baru sahabat nya ini sedikit tertegun.
"Ini lebih baik," gumamnya, karena dia merasa wajah Leo yang sekarang lebih Tampan dari Leo yang dulu.
Max mengernyitkan dahinya mendengar gumaman Gavin yang lirih.
"Apa?"
"Ehh bukan apa apa kok hehe," jawab Gavin, dia tidak berani mengungkapkan nya pada Max.
"Oh ya, jadi gimana awalnya kau bisa pindah tubuh?," lanjut Gavin bertanya.
Max terdiam sesaat.
"Aku juga tidak tau, tiba tiba saja setelah mati di tangan Jordan tua Bangka itu aku terbangun di tubuh ini yang saat itu masih berumur lima tahun," jawab Max.
Gavin mengangguk, dia sebenarnya masih tidak menyangka bahwa hal seperti reinkarnasi atau semacamnya benar benar terjadi di dunia ini. Tapi contoh nyatanya adalah sahabat nya sendiri.
"Kau bilang tubuhmu yang sekarang memiliki orang tua, jadi kau sekarang tinggal bersamanya?," tanya Gavin
Max hanya mengangguk.
"Yaahh berarti kau tidak akan tinggal disini dong," ucap Gavin lesu.
"Aku tidak bisa meninggalkan nya," ucap Max, yang membuat Gavin menaikkan alisnya.
"Sejak kapan kau peduli dengan hal seperti itu?" Ujar Gavin.
"Entahlah aku juga bingung dengan diriku sendiri, sejak aku tinggal dengan wanita itu, perlahan mulai menganggap nya seperti ibuku sendiri dan menyayangi nya," ujar Max.
Gavin sedikit terkejut dengan kata kata yang keluar dari mulut Leo, baru kali ini dia melihat sahabatnya itu mengungkapkan perasaannya. Bahkan pada ayah kandungnya pun Leo tidak pernah peduli padanya sampai akhir hayatnya. Tetapi entah kenapa Gavin merasa senang dengan itu, setidaknya dia pikir Leo akhirnya memiliki sesuatu yang berharga di hidup nya.
"Jadi aku harus memanggil mu Max tau Leo sekarang?," tanya Gavin.
"Di dunia mafia aku ingin selalu dikenal sebagai Galileo, tetapi untuk kehidupan sehari-hari aku hidup sebagai Max." Ujar Max.
Gavin menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu, apakah ini saatnya kau mengungkap kan dirimu sekarang pada anggota elit yang kau bangun?," ujar Gavin pada Max.
Max menganggukkan kepalanya.
Gavin tersenyum senang, ini adalah awal bangkitnya kembali killer Crow beserta pemimpin nya.
Gavin menekan jam tangannya yang terhubung dengan alat komunikasi milik Jeremy.
"Kode name J, bawa semua anggota mu kedalam ruangan ku," ucap Gavin.
Jeremy yang mendengar perintah Gavin sedikit terkejut karena baru kali ini setelah kematian pemimpin mereka dia memanggil nya dengan kode name J, apakah ada sesuatu yang serius terjadi di dalam? Apakah tamu tadi berbahaya?
Jeremy bertanya tanya dalam benaknya.
"Perintah di terima," jawab Jeremy, lalu menghubungi para anggota lainnya yang tersebar di dalam maupun di luar mansion untuk menghadap ke ruangan Gavin.
Di dalam, Gavin bertanya pada Max.
"Bagaimana jika mereka tidak mempercayai mu, secara kan tubuhmu sekarang bukan raga Galileo yang mereka tau," ujar Gavin.
Max hanya terdiam tidak menjawab ucapan Gavin.
Gavin menghela nafas kasar. Inilah yang membuat Gavin sepenuhnya percaya bahwa orang di depannya ini adalah Leo. Sifat diam dan acuhnya ini benar benar ciri khasnya yang selalu membuat nya kesal.
Tak lama terdengar suara ketukan di pintu ruangan mereka.
Tok
Tok
Tok
"Masuk," ujar Gavin.
Jeremy dan para anggota elit Shadow Crow masuk kedalam.
"Shadow Crow menghadap pada wakil pemimpin," ucap Jeremy membungkuk kan kepalanya.
.
.
.
.
.
.
.