Susuk Pemikat Sukma

Orang tua Johan karena tidak masih sibuk dengan kematian anak nya jadi tidak fokus dengan asap yang keluar dari cerobong asap itu, padahal bau nya bercampur dengan daging manusia yang mau busuk, tiga pemuda yabg ada di dalam saja sudah sangat pusing hingga mau muntah, namun mereka harus menahan nya karena memang sangat bau daging manusia saat di bakar, mau muntah dan juga di landa dengan rasa ketakutan bila sampai ada yang tahu apa yang sedang mereka lakukan di dalam sini, Ari sudah tak sabar ingin pergi dari rumah ini karena rasa cemas dan juga takut sangat membuat nya tersiksa.

Namun daging Laila masih banyak sehingga tidak bisa bila mau di tinggal begitu saja, mau di bakar langsung juga tidak bisa yang ada nanti api nya malah mati, terpaksa sekali mereka sedikit demi sedikit memasukan kedalam pembakaran yang seharus nya untuk membakar daging hewan, Yogi yang bosan juga menunggu karena dia pun takut dengan masalah yang bakal mereka hadapi bila sampai ada yang tahu mereka di sini sedang apa. Yogi mengambil blender yang ada dalam lemari penyimpanan barang, dengan kejam nya dia memasukan daging yang sudah di cacah dan menghaluskan nya seperti daging sapi yang sial di jadikan bakso lezat.

"Gila kau, Yogi!" teriak Tian yang sangat mual melihat nya.

"Kita harus gerak cepat, kalau Johan ada kita masih bisa alasan masuk rumah ini di ajak dia! lah ini Johan nya saja sudah mati, orang akan mengira bahwa kita ini maling." sergah Yogi.

"Lalu mau kau buang kemana itu?!" Ari memegangi perut nya.

"Buang saja di pembuangan air, dia bakal larut bersama dengan air yang kita siramkan." Yogi otak nya memang cerdas bila untuk kejahatan.

Saat daging Laila yang sudah halus itu di masukan lewat pipa pembuangan air, maka larut lah daging giling yang bau nya sangat memualkan perut itu, Yogi menahan semua rasa jijik ini demi keamanan diri nya agar tak di tangkap oleh polisi.

"Hah!"

"Apa kau ini?!" Tian kesal karena mendadak Ari loncat dari tempat duduk nya.

"Ada yang memegang pundak ku barusan, sungguh aku merasakan." Ari tidak bohong karena memang dia merasakan barusan.

"Sudah jangan ngawur kau ini, masukan lagi potongan daging nya." suruh Tian.

Gemetar tangan Ari karena dia mulai takut kalau Laila akan jadi hantu dan punya dendam pada nya, bisa saja itu terjadi karena firasat Ari sudah tidak bagus sekarang, ada yang bilang bahwa wanita yang mati karena dendam pasti akan jadi hantu yang sangat jahat, mungkin saja Laila dendam pada mereka yang sudah merusak hidup nya.

"Aaaaahk!" Ari kembali berteriak karena dari dalam tungku api ada wajah Laila yang terlihat.

"Kita bisa ketahuan karena kau berteriak terus!" Tian kesal sekali.

"Laila jadi hantu, dia pasti mau balas dendam pada kita." Ari mundur ketakutan.

"Bicara apa sih kau ini?! tidak ada yang nama nya setan, dia sudah mati karena overdosis." Tian sudah tidak bisa lagi menahan emosi nya.

Sedangkan Yogi yang sedang menyiram daging giling tadi, dia juga merasakan seperti ada orang yang berdiri di belakang nya, namun dia abaikan saja karena dia tak ingin berpikir negatif dan juga dia sangat tidak percaya pada hal ghaib. setelah selesai dia kedepan lagi untuk melihat apa kah masih ada yang perlu di blender lagi supaya cepat selesai dan tulang saja yang di bakar, namun Yogi kaget karena teman nya sama sekali tidan ada di depan sini.

"Bangsat! apa mereka ninggalin aku ya?!" kaget Yogi.

Lampu ruangan mendadak padam dam hidup kembali sehingga terus saja berkedip kedip, Yogi semakin bingung dengan kejadian ini karena teman nya juga mendadak hilang dan suasana juga berubah menjadi seram rasa nya, tapi mana mungkin pula bila mereka pergi meninggalkan dia.

"Ariiii, Tiaaaan!" Yogi mulai memanggil mereka.

Dalam ruangan besar dan lampu nya berkedip kedip membuat tidak nyaman juga, maka dari itu Yogi ingin mencari teman nya yang entah kemana karena tiba tiba saja hilang nya dan sama sekali tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka, apa kah mungkin bila mereka sedang mengerjai nya.

"Heh! bengong saja kau." Tian menepuk pundak Yogi.

"Astaga! kemana saja kalian?" kaget Yogi karena mereka muncul.

"Dari tadi kami ya di sini nungguin kau selesai, tuh satu kali lagi blender sampai halus." suruh Tian.

"Dari tadi kalian di sini?!" Yogi mengulang ucapan Tian.

"Iya! kau ini budek atau gimana sih?" Tian kesal juga lama lama.

Aneh sekali rasa nya Yogi karena tadi dia tak melihat mereka sama sekali, namun kenapa tiba tiba mereka sudah ada di depan nya dan bilang bahwa mereka tidak kemana mana sejak tadi, karena tugas mereka sedang banyak sekali sebab tulang Laila belum di bakar semua.

...****************...

"Apa salah dan dosa ku sayang, cinta suci ku kau buang buang🎶🎶🎶🎶

"Taring, Manggg!"

Para biduan sudah mulai bergoyang sambil bernyanyi walau suara mereka sangat pas pasan sekali, bahkan mungkin anak pengamen di jalan lebih bagus suara nya dari mereka. satu kelebihan para biduan ini, mereka punya tubuh yang menjadi daya pikat semua pria sehingga banyak yang tergila gila.

"Berapa, An?" Eko seorang polisi muda mendekati Andini.

"Tiga puluh juta, masih perawan." jawab Andini tanpa ragu.

"Ah bohong saja kau, mana ada lah yang nama nya biduan masih perawan." sergah Eko.

"Tidak percaya ya sudah, aku juga tidan memaksa." jawab Andini cuek.

Memang kabar nya gadis ini masih perawan sehingga harga nya mahal, para pria yang permah memakai nya lupa bahwa mereka sudah pernah merasa tubuh gadis ini, sehingga mereka mengira nya masih perawan dan belum ada satu orang pun yang bisa mendapatkan Andini si kembang organ tunggal.

Siska sudah mendengar desas desus itu dan dia juga sering melihat Andini di pakai orang, namun para pria masih sibuk membahas bahwa gadis cantik ini masih bersegel, oleh karena itu lah dia curiga kalau Andini mengambil susuk dari Mbah Karso yang sangat dahsyat itu.

"Tapi apa dia sudah pakai tumbal?" batin Siska agak ragu.

Kemarin sudah bertanya pada Andini tentang masalah susuk itu, namun jawaban yang ia dapat sangat tidak memuaskan hasil nya, karena jawaban Andini malah berbelit belit entah kemana mana, seolah dia memang menyimpan misteri tersendiri sehingga hati Siska kian yakin bahwa dia mengambil susuk.