Dijebak suami sampah? Di tipu sahabat sendiri? Di buang oleh keluarganya? ya itu semua adalah kehidupan suram Fellora di masa lalu, Tapi ia kini bangkit dengan indentitas baru untuk membalaskan dendam nya.
"Mengapa kita tidak memotongmu menjadi potongan kecil dan memberikannya untuk anjingmu? Hm? Kemudian kita akan lihat seberapa setia anjing lapar yang sebenarnya.
Kamu tidak akan pernah mengerti kehancuran yang kamu lakukan pada seseorang sampai hal yang sama dilakukan padamu."~Fellora
"Gue nggak peduli ayah dari bayi ini,benih yang ditanam di rahim lo ini! Yang pasti gue cuman ingin menjadi ayah untuk bayi ini, meskipun ini bukan darah daging gue,gue akan memperlakukan layaknya anak kandung. Dan gue juga nggak bakalan melarang lo buat deket sama cowok lain! Yang penting gue bisa jadi ayah yang baik buat bayi ini!"
_Farka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Nurapiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
your child?
..."Sekalinya saya menyukai bulan, ...
...maka ribuan bintang terlihat biasa saja bagiku."...
..._Farka Jjovanka...
FARKA!!!" Bentak Ezhard dengan suara yang penuh dengan emosi,
"Lantas bagaimana dengan tunanganmu!"sambungnya mencoba untuk memaksakan kehendaknya pada Farka
"Farka sudah bilang farka ngga cinta sama dia!! Kenapa Dady terus maksa untuk menikahinya!!" Farka mencoba menjelaskan perasaannya dengan suara lirih,
"dari dulu farka selalu menuruti perintah kalian, Dan.. Farka tolongg jangan ikut campur dengan perasaan farka" sambungnya mencoba untuk membuat orang tuanya mengerti seraya bangkit dari duduknya dilantai.
Namun, bukannya mendapatkan pengertian, penjelasan Farka justru semakin membuat Dady marah tak terkendali.
Emosi yang membuak dalam diri Dady membuatnya kehilangan kontrol, tanpa ragu ia meraih botol minuman yang ada di atas meja dengan tangan yang kuat.
Pringgg Suara pecahan botol yang pecah menggelegar di ruangan saat Dady melemparkannya dengan kasar.
Namun, Farka berhasil menghindar dan melindungi dirinya dengan menahan botol dengan punggung tangannya yang dilontarkan oleh Dady.
Sayangnya, tangan Farka tidak luput dari serpihan-serpihan kaca yang tertiup oleh pecahan botol. Luka-luka kecil terbentuk di dekat sikutnya, darah mulai mengalir. Sembari menahan rasa sakit, Farka merasakan goresan kecil di pipinya akibat serpihan-serpihan kaca. Darah mengalir dari goresan tersebut.
Ketakutan pun melanda Casandra yang mendengar suara pecahan botol dan terbangun dari tidurnya.
"Suara apa itu?? Ngga! Ryzard ngga mungkin kesini!" gumamnya dengan cemas, menggigit bibirnya sendiri.
Casandra terbangun dari tidurnya dengan posisi duduk di atas ranjang, tubuhnya masih terbungkus erat oleh selimut. Dalam keadaan yang penuh ketakutan dan cemas, ia merasa gemetar saat menyentuh lantai yang dingin dengan kakinya yang telanjang. Dengan perlahan, Casandra membuka pintu kamar Farka yang ia ditempati saat ini.
"Ezhard, sudah cukup!" seru Zerlya dengan suara yang gemetar, berdiri di antara suaminya dan Farka yang terjatuh di lantai.
Ezhard merasa darahnya mendidih. Wajahnya merah padam, dipenuhi dengan kemarahan yang membara.
"Minggir zerlya, dia pantas dihukum karena mempermalukan keluarga kita!"
Zerlya menatap suaminya dengan mata berbinar penuh keberanian.
"Cukup sayang! Biar aku yang bicara dengan farka!"Ezhard menghela nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum melangkah keluar dari ruangan itu.
Langkah-langkahnya terdengar berat dan tergesa-gesa saat menuju pintu kamarnya.
Tanpa ragu, dia membanting pintu dengan keras mengirimkan getarannya menyebar ke seluruh sudut rumah.
Suara benturan itu memecah keheningan, menyebabkan para pekerja pembantu dan penjaga rumah menjadi ketakutan.
Zerlya melangkah mendekati Farka yang tergolek lemah di lantai. Dia Memegang wajah Farka dengan lembut, Zerlya mencoba menenangkan putranya.
"Farka,wajah kamu" gumam Zerlya dengan suara parau.
Namun, Farka menarik diri dari belaian ibunya. Dia membuang wajahnya terus memandang kebawah mencoba menenangkan emosi dalam dirinya.
"Kenapa, Mi mau nyuruh farka buat buang Casandra juga?" gumam Farka dengan suara yang tercekat oleh emosi kesal.
Zerlya berusaha menjelaskan, suaranya penuh dengan kelembutan namun jelas terbawa keputusasaan.
"Farka, ini demi kebaikan kamu!! Ini demi masa--"
Namun Farka tidak memberikan kesempatan ibunya untuk melanjutkan penjelasannya. Dengan nada kesal dan penuh kehampaan, ia memotong pembicaraan Zerlya.
"Demi kebaikanku? Dari mana, Mi? Dengan membuang Casandra dan bayinya? Apa itu yang kalian sebut kebaikan?"Zerlya merasakan keputusasaan memenuhi dadanya, namun ia berusaha tetap tenang dan menenangkan putranya.
"Farka, tolong dengerin mami!!"
"Dengerin apa lagi, Mi?" sergah Farka dengan ekspresi kelelahan yang tampak jelas di wajahnya. "Aku juga punya impian dan perasaanku sendiri Mi . Mami Ngga bisa terus terusan maksa untuk jadi model dan menikahi Chloe... Aku udah gede, Mi! bukan anak kecil lagi!"Ucap farka dengan napas yang terengah-engah,dan air mata mengalir tanpa henti di pipinya yang penuh dengan bekas luka.tidak bisa menahan emosinya yang pecah.
Perempuan yang memasuki usia kepala empat itu mendekati tangga dengan langkah tegas. Suaranya terdengar penuh amarah dan kekecewaan.
"Ini pasti pengaruh perempuan itu kamu jadi berani ngelawan mamii! Dimana dia! Suruh pergi dari rumah ini!!"Namun, Farka menghentikan langkah maminya dengan tegas.
"Mami mau ngapain?" sergahnya, menghalangi maminya untuk melangkah lebih jauh.
"Minggir, Farka! Mami harus usir perempuan pembawa sial itu!" tegas Zerlya,
Namun, ketika Zerlya hendak naik tangga, pandangannya terpaku pada sosok perempuan hamil yang perlahan turun dari tangga.
Casandra, yang kemungkinan sudah bangun dari tidurnya, setelah mendengar setiap kata yang mereka ucapkan selama pertengkaran tadi.
Farka panik dan terkejut melihat Casandra yang sudah bangun, tahu bahwa perempuannya telah mendengar seluruh pertengkaran mereka. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan atau bagaimana harus menangani situasi ini.
Namun, Zerlya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan komentar sinis.
"akhirnya bangun juga, ya? Perempuan murahan!" gumamnya tanpa ampun. Matanya memperhatikan wajah Casandra yang penuh dengan memar dan bekas luka yang tertutupi Plester.
Farka melihat Casandra dengan mata yang penuh kecemasan saat dia melangkah turun
"Kenapa kamu bangun?" tanya Farka dengan nada khawatir dalam suaranya.
Namun, sebelum Casandra bisa menjawab, Zerlya dengan cepat naik ke atas tangga dan menarik tangan Casandra dengan kasar agar turun dari tangga.
Suara Farka terdengar memohon saat dia mencoba menghentikan ibunya. "Mami!!"
Setelah Casandra berdiri di lantai Bawah itu Zerlya menatapnya dengan pandangan penuh emosi dan kekesalan. Pandangannya terfokus pada perut Casandra yang mulai semakin membesar.
Zerlya menghela nafas dalam, mencoba menjaga ketenangan dirinya.
Kemudian, dengan tangan yang gemetar, Zerlya merogoh sakunya dan mengeluarkan dompetnya. Dia mengambil kartu kredit berwarna hitam yang terlihat sangat mewah.
Dengan sikap sinis, Zerlya menyerahkan kartu debit yang tanpa batas itu ke tangan Casandra.
"Ini cukup untuk biaya hidupmu dan bayimu ,Aku ingin kau pergi dari negara ini sekarang juga," ucap Zerlya dengan suara yang penuh kebencian. Matanya terus menatap tajam ke dalam mata Casandra.
"Pergilah ke Jerman. Di sana, aku punya sebuah rumah yang bisa kau tinggali. Tetapi, jangan pernah sekali-kali mengatakan bahwa bayi dalam kandunganmu adalah anak dari Farka. Aku tidak akan mengakui dia sebagai cucuku!" tutur Zerlya dengan nada yang dingin dan tajam.
Farka menatap dengan cemas saat Casandra, wanita yang dicintainya, diusir perlahan-lahan oleh ibunya dengan janji-janji kekayaan. Tanpa ragu, Farka melangkah ke depan dan merebut kartu tersebut dari tangan Casandra, kemudian melemparkannya begitu saja.
Dengan sigap, Farka berdiri di depan Casandra, melindunginya dari amarah ibunya. Tatapannya penuh protes ketika ia berhadapan dengan ibunya.
"Mami, apaan sih? Mengusir calon istri farka seenaknya! Kalau mami ngga mau memiliki cucu darinya, itu ngga masalah! Aku juga tidak mau anakku punya omma jahat seperti mami!" Farka menggerutu dengan penuh kekesalan. Emosinya sudah tidak bisa ditahan lagi.
...Bersambung...