NovelToon NovelToon
Siapa Aku? (Cinta Ku Ada Di Alam Lain)

Siapa Aku? (Cinta Ku Ada Di Alam Lain)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Mafia / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: M.L.I

Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua kancing itu berbeda-beda. [1]

✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA

SETIAP TANGGAL, HARU, DAN WAKTU DENGAN

BAIK

✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA

✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN

MUNDUR)

^^^Selasa, 21 Jui 2023 (08.00)^^^

Tenggg... ... ...

Tenggg... ... ...

Tenggg... ... ...

Bel raksasa di tengah gedung berbunyi, mengayunkan keras memukul besi, setara dengan garis lurus dari jarum besar penunjuk waktu.

Pertanda jam masuk sekolah sudah bersuara, dan biasanya hanya dipakai pagi hari ketika memulai aktivitas. Semua siswa-siswi berlarian, mengejar masuk melewati gerbang, takut terlambat, atau di hukum oleh kepala sekolah.

Beruntung banyak yang berhasil lolos, meski masih tersisa beberapa murid sial lain yang tertinggal di pagar luar.

Tak terkecuali seorang gadis berbalutkan hoodie coklat kebesaran, hampir sejajar dengan panjang rok pendek yang dia kenakan. Tanpa meninggalkan tempelan plester bermotifkan babi merah muda di lutut kirinya.

Awan pagi bergemuruh kecil, dihasutkan gumpalan hitam, tampak sedikit berangin dan dingin. Beberapa dari siswa lain membawa payung sebagai simpanan, ada mantel di kendaraan beroda dua, atau hoodie dan sweater.

Sama halnya dengan Natha yang berjalan pelan di antara kerumunan anak Sekolah Menengah Atas Jaya Pura lain.

Langkah gadis itu lambat, tampak wajahnya di sembunyikan di balik tudung, dia mengulum kedua lengan pada kocek depan. Mencoba tak menarik perhatian siapapun, padahal tanpa di ketahuinya ada satu pasang mata yang tertuju dari jauh tepat ke sorot langkah gadis itu.

Sosok tersebut berdiri di selasar sekolah, menengok dan menatap Natha dalam diam, lalu tiba-tiba saja melangkah pergi. Menyisakan pemandangan telapak tangan luar insan itu yang penuh dengan beberapa plester.

Hari ini dengan hati yang berat, Natha memberanikan diri dan memutuskan untuk datang ke sekolahan terkemuka ini lagi. Berbekalkan ketekatan dan ide yang tiba-tiba muncul, untuk berpura-pura menjadi salah seorang siswi yang beberapa dari mereka anggap mirip dirinya.

Yakni Natha, gadis Sekolah Menengah Atas Jaya Pura, yang terkenal nakal dan juga miskin. Sejauh ini baru itu informasi yang Natha ketahui, tapi yang jelas wajah gadis itu pasti sangat mirip dengan dirinya, itulah mengapa tiga anak Sekolah Menengah Atas di sana terus mengira jika Natha yang mereka kenal adalah dia.

Alibi itu Natha manfaatkan untuk menemukan kembali handphone kepunyaan dia, juga mencari sosok pelaku yang membuat kejadian keji malam tadi terjadi padanya.

Beruntung di rumah Natha juga mendadak masih tersisa satu seragam siswi Sekolah Menengah Atas Jaya Pura dalam lemari, yang entah sejak kapan dan bagaimana bisa ada di sana.

Aneh seragam itu juga di temani beberapa pakian olahraga atau pakaian lain dari Sekolah Menengah Atas Jaya Pura yang lengkap, termasuk papan namanya yang sudah tertempel di saku kanan jas baju tersebut.

Pikiran Natha sempat kalut sejenak, dia ingat tidak pernah mendapatkan pakaian itu, atau sisa dari beberapa orang yang pernah memberikan baju. Lagian semua insan yang ada di Jakarta juga tahu, betapa mahal dan sangat berharganya seragam ini.

Tak semua orang boleh memakai juga memiliki pakaian tersebut, bahkan isunya siswa yang sudah lulus di wajibkan untuk membakar semua seragam mereka, takut akan dipergunakan lagi dengan tidak benar.

Lalu anehnya bagaimana di lemari Natha bisa ada lengkap jejeran modelan kain itu, bahkan berserta papan nama dia tanpa perbedaan dan kesalahan.

Natha hendak bertanya kepada ibu, tetapi sayang ibu tidak pulang semalam. Mungkin di pikir Natha ibu masih sangat marah atas kejadian di malam kejadian, ditambah lagi sekarang Natha sudah kehilangan handphonenya.

Gadis itu takut dan memilih untuk tidak mencari keberadaan ibu sementara waktu. Padahal dia sangat khawatir, namun Natha juga tidak punya alat untuk menghubungi ibu selain telpon miliknya.

Berharap semoga ibunya baik-baik saja dan bisa memaafkan dirinya. Natha ingat ibu pernah punya seorang teman yang mau menerima dan menjadi kawan mengobrolnya sesekali. Tanpa ikut menghina, atau melihat bagaimana keadaan ekonomi mereka.

Jadi Natha pikir ibunya mungkin menginap di sana. Berdebar jantung Natha melangkah, di balik kocek jari-jemarinya saling meremas satu sama lain, merasa gelisah dan takut.

Dia masih trauma untuk berada di dekat laki-laki, tapi apa boleh buat. Untuk mencari handphone dan berpura-pura menjadi salah seorang siswa di sini, Natha harus berusaha terbiasa, tegar, dan yang pasti menyatu pada umunya dengan siswa laki-laki.

" Natha! " Seseorang tiba-tiba saja mengeluarkan kata.

Membuat Natha sontak terkejut, tapi cepat kembali sadar saat tahu jika yang bersuara barusan adalah Olivia. Natha berusaha menyesuaikan keadaan, termasuk seakan menjadi teman dari gadis itu.

" O-olivia, lu haha ngapain di sini. Gu-gue kirain lu... udah duluan masuk ke kelas. " Kalimat-kalimatnya terasa sangat segan. Dia masih belum terbiasa menjadi anak Sekolah Menengah Atas Lagi.

" Ngga papa, aku cuma kesiangan aja tadi. Kamu juga! Kebiasaan banget datang siang. Nanti di hukum pak Fredik kaya kemarin loh. " Raut gadis itu cantik, lembut dan penuh kepedulian terhadap Natha. " Yuk ke kelas. "

Dia menarik Natha begitu saja. Mengeluarkan paksa tangan Natha untuk di genggam bersama sampai ke kelas.

^^^Senin, 20 Juni 2023 (19.21)^^^

Gebrukk!!!!

Suara hantaman tiba-tiba saja terdengar, mengelegar keras tengah gedung luas yang mengema hampir di seluruh bagian yang ada.

Natha terperanjat kuat, salah seorang di atas insan dari pandangan matanya terjerembab jatuh, tersungkur mencium lantai tepat di depan Natha.

Yakni pria berpakaian jaket jeans, yang tadinya tertawa puas penuh nafsu kala mengamati penampilan Natha.

Dengan setengah kesadaran dan tenaga yang habis, Natha melihat jelas bagaimana seorang lelaki berseragamkan Sekolah Menengah Atas Jaya Pura, tiba-tiba saja datang dan menghajar seluruh insan di sekeliling Natha.

Dia memegang balok yang tadinya di gunakan untuk memukuli kepala belakang Gallien, sebagai senjata satu-satunya melawan belasan pria lain bersenjatakan senjata tajam asli.

Natha terbelenggu sejurus, laki-laki itu di serang keroyokan oleh para pria lain, sempat terpukul dan jatuh.

Sebuah pisau yang mereka gunakan bahkan mengores lengan lelaki itu, sampai kemeja putih yang dia gunakan berubah kemerahan, mulai menyerap darah yang di keluarkan dari tubuhnya sendiri.

Tak terlihat sedikitpun raut menyerah, lelaki itu bangkit dan membalas untuk menyerang juga memukuli sekuat tenaga.

Sekilas dia melirik Natha yang bangkit lemas ke posisi berdiri, memunculkan alis tebal menyatu tajam, bawah sinar rembulan yang menunjukan setengah wajah bagian atas.

Pandangan Natha rupanya tak berlansung lama, dia lekas berusaha untuk membantu, menghempas dengan sisa tenaga, menggunakan botol miras ke bagian belakang kepala preman-preman sekitaran lain.

Meski tak begitu berpengaruh besar, tapi masih cukup memberi sedikit manfaat yang berguna, untuk menjeda waktu.

Hal itu ternyata juga dilihat oleh sesosok laki-laki berpakaian anak Sekolah Menengah Atas tersebut, sampai di tengah kesempatan, seseorang itu meraih cepat tubuh Natha, dan dengan mudah menaikan badan mungil si gadis ke atas tubuh tingginya.

Mereka rupanya lari dari gedung, berpandangkan siluet sesosok pria yang sedang mengendong wanita atas Pundak bawah rembulan yang membulat sempurna.

Secarcah cahaya mulai nampak dari ujung sana, terlihat jika mereka mulai berlari keluar dari gedung.

Rasa tenang sedikit timbul di benak Natha, tapi bercampur takut dan panik, karena orang yang berada di timpaan tubuhnya ini adalah manusia yang juga berjenis kelamin pria.

Natha sebenarnya tak bisa bertindak banyak, tenaganya terkuras habis, bahkan dia juga tidak mampu untuk memberontak ketika di tarik untuk naik ke atas punggung insan tersebut.

Tapi setidaknya yang Natha pikirkan laki-laki ini masih memiliki niatan untuk menyelamatkan Natha dari preman-preman bejat sebelumnya, masih memberi celah di waktu yang tepat untuk untuk menyelamatkan kesuciannya, entah dengan maksud baik atau ada tujuan lain.

Cekatan lelaki itu memasukan Natha ke sebuah kendaraan roda empat yang rupanya terpakir depan gedung, beruntung mobil itu otomatis terbuka tanpa kunci, jadi masih memberi kesempatan pada si lelaki itu untuk berpindah masuk ke kursi sebelahnya.

Meski harus melompati dashboard depan mobil, juga mendapat hadiah dengan lembaran di kaca kiri bagian Natha, oleh batu-batu besar dari para preman yang masih mengejar mereka.

Berselisihan dengan kedatangan pria muda bernama Baron tadi siang, yang menatap heran ke beberapa laki-laki lain yang tersisa.

Menjatuhkan kedua botol miras yang baru saja dia beli, hingga menghadiahkan goresan luka dan tetesan darah segar, akibat pecahan beling yang pelanting di sekitaran jemari lelaki tersebut. Ketika maniknya mendapat suatu kenyataan.

Suara hembusan mobil melaju kencang, terdengar mengaum di jalanan, memenuhi kesunyian insan antara Natha dan sesosok pria yang menyelamatkannya.

Natha membekap dadanya yang berpompa cepat menarik nafas, dia diam merasa jauh lebih lega, sedikit mengintip menoleh ke arah lelaki yang sedang menyetir.

Rasanya cukup jauh mereka melaju dari daerah gedung tadi, saat ini kendaaraan mewah itu sudah berhenti dari tancapan gas, berada di tepian jalan raya yang pastinya ramai dengan keberadaan pengendara lain sedang melaju.

Tidak ada suara di antara sana, kesunyian mengisi pikiran satu sama lain beberapa saat, wajah seseorang itu gelap tak terkena sorotan lampu jalan. Yang Natha pandangi hanya lengan berdarah yang membujur memegangi setir mobil.

Insan itu juga mengatur nafasnya karena terengap-engap, jelas pasti banyak tenaga yang terkuras, saat lelaki itu melawan para preman dan mengendong dirinya berlari ke luar gedung.

Memberikan jeda 2 menit, saat hanyut dalam hening dan gelap pikiran masing-masing.

Natha sendiri masih ragu dan takut, penuh dengan rasa khawatir akan sesosok pria yang berada di kursi pengemudi sebelahnya, entah pria itu baik atau jahat.

Tapi kenyataan penyelamatan di detik yang tepat darinya membuat Natha tidak akan lupa balas budi, dia bersyukur raganya masih utuh dengan segala kepunyaan hingga sekarang. Masih suci tanpa secuilpun terlihat atau tersentuh.

" Ee... te-terimakas- " Jiwa gadis itu memberanikan diri untuk bersuara, hendak berterimakasih atas bantuan yang lelaki di sebelahnya berikan.

Tapi tiba-tiba malah berbalik kelu dan tercekat. Manik mata Natha melebar sempurna, menyorot kaget wajah sesosok pria di sisinya.

Yang rupanya juga sedang menyelimuti tubuh Natha menggunakan sweeter kepunyaan dia. Meletakan tatanan wajahnya tepat di bawah cahaya lampu jalan, dalam jarak 5 cm dari wajah Natha.

Mungkin bisa di katakan nafas dia terasa begitu berhembus di depan permukaan muka Natha, bertaburkan keringat yang membasahi rambut hitam lurus.

Ketika memenuhi dataran kening, juga pelipis lelaki itu, dalam garis rahang yang tajam menatapi balik mata Natha. Gadis itu mengenggam erat ujung roknya.

" Lu ngga papa? " Tipis lelaki itu bersuara, tersenyum simpul di bawah sorot cahaya lampu.

^^^Selasa, 21 Juni 2023 (08.09)^^^

Keadaan kelas ribut, berantakan penuh aktivitas siswa, yang asik dengan kegaduhan masing-masing.

Buku berterbangan, meja di duduk dan di tabrak ketika beberapa siswa berlari menyenggolnya, papan wilayah depan berubah menunjukan layar mata pelajaran yang akan segera di mulai, serentak tirai-tirai tepian jendala ikut tertiup.

Para wanita khusyuk bergosip di pagi hari, sebagian anak laki-laki sudah tertidur di meja, juga 1/4 belajar, atau sekedar bermain puas atar kawan.

Natha ragu ketika masuk, rasa takutnya bercampur antara trauma dan emosi khawatir atas tindakan yang dia ambil sekarang apakah salah atau benar.

Natha sendiri tidak tahu pasti kemana perginya siswi asli identitas Natha pada sekolahan ini, tapi yang jelas sejauh waktu berjalan belum ada yang sadar, jika dia hanyalah Natha palsu yang berpura-pura menggunakan identitas gadis semula.

Pikirnya, dia sebatas perlu sebentar berakting di akademik ini, kendati mungkin cukup sampai Natha yang asli kembali. Agar bisa menemukan keselubungan perkara yang telah terjadinya menimpa dirinya.

Berseling anak Sekolah Menengah Atas yang tak sengaja menjadi matras saat Natha jatuh di lapangan kemarin datang pada lajur kiri, dia duduk santai di kursi paling belakang.

Serentak dengan Natha yang menjejak bokong serupa tapi pada bangku samping jendela bagian kiri lelaki tersebut, tempat Natha bangun kemarin sore.

Jadi gadis itu sekedar menyimpulkan mungkin saja Natha asli memang duduk di kursi ini, yang kebetulan berada di sebelah Aslan.

Tak bisa dibohongi, ada bekas luka di pipi kiri lelaki itu, juga lengan baju yang tertutup jas panjang. Padahal hari kemarin lelaki itu selalu menggulung tangan kemeja yang ia kenakan ke lipatan atas.

Mata Olivia di area meja pertama, rupanya cekatan mengenali penampilan aneh milik Aslan, juga goresan luka di wajah lelaki samping Natha tersebut.

Gadis berambut panjang, yang di sanggul ke atas menjadi buntalan itupun sadar, lantas reflek menghampiri Aslan, menatap juga meneliti dataran muka lelaki di depan wajahnya dengan seksama.

Ada raut kaget bercampur panik usai menyelesaikan pekerjaaan mengamat.

" Kamu ngga papa Aslan? Kenapa ada bekas luka di wajah kamu? " Olivia menuntaskan kalimat penasarannya.

Iefan yang baru datang mendengar, dia memerhatikan wajah Aslan sambil duduk. Tepatnya di kursi depan Natha, juga sisi jendela baris paling kiri dalam kelas.

Sementara Natha memilih diam tak berkutik. Ya, dia adalah laki-laki yang sudah menyelamatkan Natha malam kemarin, entah bagaimana lelaki itu bisa datang.

Yang jelas dia benar-benar sudah bertarung dan membantu Natha untuk kabur dari malapetaka, yang hampir saja merebut hidup dan harga diri Natha.

Rela membahayakan nyawa sendiri, menyerang para preman bersenjata tajam seorang raga, termasuk mengorbakan kaca mobilnya yang retak akibat lemparan para preman semalam.

Kecil-kecilan Aslan melirik Natha di jendela yang tengah diam, hal itu di sadari Natha. Dia cepat pura-pura tidak melihat dan lekas pergi dari kelas.

Padahal sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai. Manik mata Iefan tak sengaja juga menangkap interaksi di antar Aslan dan Natha, termasuk luka di wajah Aslan.

Yang tak biasanya lelaki itu dapatkan. Membendung rasa bingung dan kecurigaan di pikiran lelaki berwajah manis depan kursi Natha.

^^^Selasa, 21 Juni 2022 (09.11)^^^

Ketiga siswi tertawa, mereka asik berbincang sambil menutup loker. Hanyut dengan obrolan masing-masing sambil berjalan keluar. Berbeda dengan seorang insan yang tampak berjalan waspada berselisihan.

Dia masuk ke bagian lorong tempat jejeran loker anak kelas 12, bertutupkan sweeter hitam besar, juga dengan tudung yang membungkus rapi kepala hingga wajah sampai hidung.

Siapa sangka ketika tak lagi merasakan hawa keberadaan manusia lain di sekita selain dirinya, seseorang itu berhenti dan mendekat ke sebuh pintu loker paling atas tengah-tengah.

Dia diam sejenak membaca papan tulisan dari si pemilik asli loker, hanyut dengan genggaman sebuah benda di saku sweeternya.

Hingga tangan kanan insan itu mulai bergerak, perlahan tanpa ragu membuka pintu loker di tengah sunyi lorong. Menjejerkan barisan jari jemarinya yang ditempeli plester luka.

" Hei! "

...~Bersambung~...

✨MOHON SARAN DAN KOMENNYA YA

✨SATU MASUKAN DARI KAMU ADALAH SEJUTA

ILMU BAGI AKU

1
psyche
Terasa begitu hidup
Axelle Farandzio
Aku nunggu update terbaru setiap harinya, semangat terus author!
print: (Hello World)
Gak sabar buat lanjut!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!