Wanita yang dijodohkan dengannya adalah tersangka utama meninggalnya kekasih dan calon anaknya?
Zion dipaksa menikahi Elin oleh sang kakek yang sekarat. Pernikahan tanpa alasan yang jelas ini membuat Zion merasa terjebak dan membenci Elin.
Kebencian Zion semakin mendalam ketika Elin menjadi tersangka utama dalam kasus kematian kekasihnya yang tengah mengandung anaknya.
Setelah kakeknya meninggal, Zion pergi dari rumah dan tak mau lagi bertemu Elin.
Namun, takdir mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang sangat berbeda. Elin yang dulu terlihat kusam dan kurang menarik kini menjelma menjadi wanita yang cantik dan sempurna.
Pertemuan tak terduga ini membuat Zion terpesona dan tanpa sadar jatuh cinta hingga terlibat dalam hubungan terlarang dengan Elin. Karena takut kehilangan Zion, Elin menyembunyikan kebenaran identitasnya.
Rahasia apa lagi yang tersimpan di balik perubahan drastis Elin? Mampukah Zion menerima kenyataan bahwa selingkuhnya adalah istri yang dibencinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Mengingatkan
Zion terkekeh pelan, "Aku hanya merasa aneh saja. Kita baru saling mengenal dan baru dua kali bertemu, tapi sikapmu ini seolah-olah kita sudah saling mengenal lama dan kamu nampak sangat percaya sama aku. Kamu bertingkah seolah kamu benar-benar istriku," jelas Zion mengungkapkan perasaannya. Ia tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
"Kakak tidak perlu merasa aneh, karena sejak pertama kali bertemu dengan kakak, aku langsung mengagumi kakak. Rasa kagum ku pada kakak adalah rasa kagum seorang wanita dewasa pada pria dewasa. Kakak adalah satu-satunya pria yang aku sukai dalam hidupku," ujar Elin jujur. Ia menatap manik mata Zion dengan tatapan penuh cinta.
Sejak pertama kali bertemu Zion, ia memang kagum pada Zion. Tapi karena ia sadar saat itu ia tak sebanding dengan Zion, ia memendam perasaannya. Namun sekarang ia merasa lebih pantas untuk bersanding dengan Zion, karena ia tak sejelek dan tak sebodoh dulu. Apalagi statusnya sekarang adalah istri sah Zion.
Zion menatap Elin lekat setelah mendengar pengakuan Elin, "Kamu sedang nembak aku?" tanyanya kemudian.
"Apa kakak akan menolak perasaanku?" Elin malah balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Zion.
Zion tersenyum lembut, "Ini masih terlalu awal. Bagaimana kalau kita nikmati dulu kebersamaan kita, agar kita bisa lebih saling mengenal? Setelah saling mengenal, kita akan tahu perasaan apa yang kita miliki," tawar Zion.
Ia sangat penasaran pada Elin, jadi ia akan menyelidiki dulu siapa Elin yang sebenarnya. Meskipun jujur, ia sangat tertarik pada Elin sejak pertama kali bertemu.
"Okey. Deal!" sahut Elin tersenyum cerah.
Setelah sarapan, Zion pamit pulang. Mereka ke garasi bersama-sama. Dan yang membuat Zion semakin penasaran adalah, Elin benar-benar memberikan akses masuk ke dalam rumahnya pada dirinya.
"Apa malam ini kakak akan ke sini lagi?" tanya Elin saat Zion hendak masuk ke dalam mobilnya.
"Aku nggak tahu. Kita lihat saja nanti," sahut Zion tersenyum tipis.
Elin menekan sebuah tombol di dalam garasi untuk membuka pintu garasinya. Security yang berjaga di dekat garasi mengernyitkan keningnya menatap mobil Zion. Apalagi ketika Elin tersenyum manis melambaikan tangannya saat mobil Zion melaju meninggalkan garasi.
Security itu bukanlah yang semalam berjaga, karena ia baru saja berganti shift dengan temannya yang bertugas tadi malam. Karena itu ia tidak tahu kalau semalam Zion datang.
Zion menatap ke arah kaca spion mobilnya, ia tersenyum tipis saat melihat Elin tersenyum manis melambaikan tangan pada dirinya. Namun sesaat kemudian ia menghela napas kasar.
"Kenapa aku merasakan perasaan ini? Aku merasa seperti benar-benar memiliki seorang istri. Seorang wanita yang mengobrol santai denganku, memeluknya saat tidur, menyiapkan sarapan untukku dan makan bersama denganku, lalu mengantar aku saat aku berangkat. Mengapa rasanya sangat menyenangkan? Aku sudah gila! Kenapa aku merasakan perasaan seperti ini pada orang yang baru dua kali aku temui?" gumam Zion jadi galau.
Elin sudah tidak melihat mobil Zion lagi, ia beralih menatap security di dekatnya.
"Pak, bapak langsung aja buka pintu garasi kalau melihat mobil tadi, ya! Itu adalah mobil suamiku. Beritahu juga pada security yang lain ya, Pak!" pinta Elin dengan wajah cerah.
"Iya, Nyonya," sahut sang security patuh, "jadi itu mobil suami nyonya? Seperti apa wajah suami nyonya?" batinnya karena Zion tidak membuka kaca mobilnya.
Sudah empat tahun ia bekerja pada Elin yang mengaku sudah bersuami, tapi ia tidak pernah melihat suami Elin. Namun sekarang Elin mengatakan mobil barusan adalah mobil suaminya, hal itu tentu saja membuat sang security merasa penasaran.
Elin berbalik dengan wajah yang secara bertahap menjadi sendu, "Aku tahu, sikapku sebagai orang yang baru kenal dengan Kak Zion ini berlebihan. Tapi... aku hanya berusaha menjadi istri yang baik untuknya. Sejujurnya, aku tak ingin berbohong pada Kak Zion, tapi aku nggak punya pilihan. Aku bingung bagaimana caranya membuat Kak Zion tertarik dan menyukai aku," batinnya dengan mata yang berkaca-kaca dan kedua tangan yang terkepal erat.
*
Zion mengendarai mobilnya menuju apartemennya. Beberapa puluh menit kemudian ia sudah masuk ke dalam unit apartemennya. Bu Mira terlihat lega saat melihat Zion pulang.
"Tuan muda dari mana? Kenapa semalam tidak pulang?" tanya Bu Mira.
"Aku tidur di rumah teman lama, Bu," dusta Zion. Mana mungkin ia bilang menginap di rumah gadis yang baru dua kali ia temui? Gadis yang sudah membuat hatinya kacau balau dalam waktu singkat.
"Oh, begitu. Ibu sudah buatkan sarapan untuk Tuan muda," ujar Bu Mira.
"Ibu saja yang makan, aku sudah sarapan," sahut Zion bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri agar bisa segera berangkat ke kantor.
Bu Mira menatap Zion dengan alis yang saling bertautan," Kenapa aku merasa sejak kembali dari pesta pernikahan temannya kemarin, Tuan muda bertingkah tidak seperti biasanya? Pasti ada sesuatu yang terjadi padanya?" batin Bu Mira jadi risau.
Sejak masih bayi ia telah menyusui, merawat dan membesarkan Zion seperti putra kandungannya sendiri. Ia menjadikan Zion sebagai tujuan hidupnya karena semua keluarganya sudah meninggal dalam kecelakaan. Bahkan bayi yang ia lahirkan juga meninggal. Hanya Zion yang ia miliki, sebab itu ia sangat peduli dengan segala hal tentang Zion.
*
Zion baru saja sampai di kantornya. Ia duduk di kursi kerjanya, lalu menghubungi seseorang.
"Halo, Bos!" sapa seorang pria dari sambungan telepon, "apa ada pekerjaan untuk saya?" tanyanya.
"Tolong selidiki segala hal tentang pemilik toko kue Aprilia. Cari informasi tentang dia secepat-cepatnya!" titah Zion.
"Siap, Bos!" sahut pria yang ditelpon Zion.
Zion mengakhiri panggilan, lalu menghembuskan napas kasar, "Aku ingin tahu siapa kamu. Karena hanya kamu satu-satunya wanita yang berhasil mengacak-acak hatiku dan membuat kacau pikiranku, bahkan dalam waktu singkat. Farah pun tidak bisa membuat aku seperti ini," gumam Zion kembali menghembuskan napas kasar.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di tempat pria berkumis tipis yang tadi baru saja dihubungi oleh Zion, pria itu langsung menghubungi seseorang setelah Zion mengakhiri panggilan.
"Ada apa?" tanya suara pria dari sambungan telepon terdengar datar.
"Tuan, Tuan Zion menghubungi saya dan meminta saya menyelidiki pemilik toko kue Aprilia," lapor sang pria berkumis tipis pada orang yang diteleponnya.
"Berikan informasi sesuai dengan yang aku katakan," ucap pria dari sambungan telepon masih terdengar datar.
"Baik, Tuan," sahut sang pria berkumis tipis.
*
Zion sibuk dengan laptop dan juga tumpukan berkas di atas mejanya. Untuk sementara pikirannya pada Elin teralihkan saat ia fokus pada pekerjaannya.
"Tok!Tok! Tok!"
Suara ketukan di pintu ruangan Zion terdengar.
"Masuk!" ucap Zion tanpa menoleh ke arah pintu. Suara derap langkah kaki pun terdengar mendekat ke arah meja kerjanya.
"Tuan muda, ini berkas yang Anda minta," ucap pria yang tidak lain adalah Pak Hadi.
"Hum. Tolong bapak wakili aku bertemu klien siang ini," pinta Zion tanpa menatap Pak Hadi. Tatapan matanya fokus pada layar laptopnya.
"Baik," sahut Pak Hadi kemudian terdiam sejenak, "Tuan muda, apa Anda tidak akan meluangkan waktu untuk menemui nyonya muda?" tanyanya tak bosan mengingatkan.
Zion menghentikan gerakan jemari tangannya di atas keyboard laptopnya seraya mendengus kesal, "Sudah aku bilang, aku tidak ingin bicara soal perempuan itu. Aku membencinya!" tegasnya menatap Pak Hadi dengan tatapan tajam.
Pak Hadi terkekeh pelan, "Jarak antara benci dan cinta itu hanya seujung kuku dan setipis tisu, Tuan muda. Jangan sampai suatu hari nanti Anda menjilat ludah Anda sendiri," ucap Pak Hadi tersenyum samar.
"Walaupun itik menjadi merak dan matahari terbit dari Barat, aku tidak akan pernah menyukai apalagi mencintai dia!" tegas Zion.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
sijalang farah hanya masalalu zion apalagi farah telah menipunya dan pura2 hamil ank zion pdhal anak siangga mantan pacarnya kelakuannya parah banget sesuai namanya farah,,,
dan lagi-lagi dia dengan begitu percaya dirinya mau menemui Zion dan mau kembali , oh ... tidak semudah itu fulgoso , mimpi aja situ .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍