Pernikahan kekasihnya dengan seorang Panglima membuat Letnan Abrileo Renzo merasakan sakit hati. Sakit hatinya membuatnya gelap mata hingga tanpa sengaja menjalin hubungan dengan putri Panglima yang santun dan sudah mendapat pinangan dari Letnan R. Trihara. R. Al-Ghazzi.
Disisi lain, Letnan Trihara yang begitu mencintai putri Panglima pun menjadi patah hati. Siapa sangka takdir malah mempertemukan dirinya dengan putri wakil panglima yang muncul di tengah rasa sakit hatinya yang tak terkira. Seorang gadis yang jauh dari kata santun dan kekanakan.
KONFLIK TINGGI, HINDARI jika tidak tahan dengan cerita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Usaha mendekatimu ( lagi ).
Sungguh kali ini Bang Hara syok mendengar ucapan Rintis. Jantungnya seakan melayang terbang. Sesak menekan ulu hati. Sang istri benar-benar menolaknya.
\=\=\=
Sejak kejadian malam itu, Rintis memang berubah. Istri kecilnya itu lebih banyak diam dan hari ini saat keluar dari rumah sakit pun, istrinya tetap tidak mau bersamanya bahkan Rintis sampai mengajukan surat cerai.
"Abang bantu ya, Neng..!!"
"Terima kasih, Om Har..!! Ada Bang Ken yang bantu." Jawab Rintis tenang dan menerima uluran tangan Abangnya.
Jelas hal ini membuat perasaan Bang Hara begitu nyeri. Di saat ia sudah mampu mengungkapkan seluruh isi hatinya namun sang istri menolaknya mentah-mentah.
Agaknya ucap Rena terlalu menyakiti perasaan Rintis hingga membuatnya berubah jadi seperti ini.
"Bang.. Titis pengen es jeruk..!!" Pinta Rintis pada Bang Katana.
"Setelah ini Abang beli es jeruk." Jawab Bang Katana.
...
braaaakkk...
Bang Hara masuk ke dalam ruang kerja Bang Abri dan menghajar sahabatnya habis-habisan.
"Puas kau??? Bagaimana caramu mendidik istrimu???? Rintis benar-benar menolak ku sekarang. Dia sampai mengajukan surat cerai ke pengadilan." Bentak Bang Hara sudah tak karuan.
"Iya Har.. iyaaa.. aku akan lebih ketat menjaga mulut istriku." Kata Bang Abri.
Seketika Bang Hara ambruk di lantai dengan tangisnya. Tubuhnya benar-benar lemas mengingat Rintis tidak lagi ingin bersamanya.
"Aku tau Rena salah. Sekarang kita temui Rena dan bicarakan semua sama-sama. Tapi sebagai suami Rena, biarpun istriku bersalah.. aku mohon untuk sedikit menahan emosimu..!!" Pinta Bang Abri.
...
Rena sesenggukan, sejak kejadian itu perasaannya juga terpukul. Kehilangan Bang Hara merupakan hal terberat yang pernah ia rasakan.
Jujur perasaan Rena juga sakit saat tau Bang Hara yang ia kenal bisa menangisi Rintis sampai seperti ini.
Bang Abri mengusap puncak kepala Rena. Kini istrinya itu sudah berhijab. Sejak kejadian malam itu, Bang Abri sungguh keras menegurnya hingga Rena kini menurut padanya.
"Maafkan kesalahan Rena, Bang. Sikap Rena memang keterlaluan." Ucap Rena di hadapan Bang Hara.
"Nasi sudah menjadi bubur, Ren. Istri Abang benar-benar terluka. Usianya memang masih sangat muda dan hal itu menjadi satu-satunya kelemahan istri Abang. Sekarang kau malah menyenggolnya." Kata Bang Hara. "Abang tau selama ini Rintis selalu belajar siang malam dan berusaha menjadi yang terbaik, dia mampu menyelesaikan permasalahan dalam kompi. Semua itu dia lakukan agar menjadi pantas berdiri di samping Abang. Abang mengerti Rintis begitu kelelahan hingga berkali-kali pingsan, semua demi memantaskan diri bersanding dengan makhluk macam Abang. Abang sedih, bukan Abang yang luar biasa, tapi istri Abang yang begitu hebat menahan kerasnya 'dunia' kita."
Rena semakin sesenggukan mendengar jawaban Bang Hara. Rasa sesal jelas memenuhi rongga perasaannya.
"Enam tahun kita telah hilang, Rena. Sekarang setengah mati Abang mencintai istri Abang. Tolong.. tolong jangan masuk lagi dalam rumah tangga kami..!! Kalau sampai Abang kehilangan Rintis, kalian semua akan segera melihat makamku..!!"
Bang Hara segera meninggalkan tempat dan menutup pintu dengan kasar.
Sontak saat itu Rena memeluk Bang Abri dengan erat.
"Maaf Bang, maaf Rena sudah membuat Abang malu. Rena salah..!!"
Bang Abri balas memeluk Rena untuk menenangkannya. Ia terus mengusap perut Rena.
"Sudahlah, tidak ada satupun manusia yang tidak berbuat salah. Yang penting kita sudag berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Abang juga minta maaf, sudah menggiringmu ke dalam dosa besar." Kedua bola mata Bang Abri meremang membendung air mata. Ia mengecup kening sang istri dengan lembut dan dalam. "Sudahkah kamu mencintai Abang, dek??? Hati ini sudah tidak sanggup memendam rasa, jujur Abang takut kehilanganmu."
Rena mengeratkan pelukannya dalam tangis. Belum ada jawaban dari bibir mungil mantan kekasih Kapten Trihara.
"Tidak apa-apa. Abang akan menunggumu, menunggu sampai kamu bisa mencintaiku." Kata Bang Abri.
...
Latifah menemui Rintis di ruangan ketua pengurus cabang. Ia merasakan sahabatnya itu lebih banyak diam.
"Aku minta maaf, karena kesalahanku kamu bertengkar dengan Danki."
"Kami tidak bertengkar."
"Jangan bohong. Katanya kamu mau pisah dengan Danki???" Tanya Latifah.
"Aku minta pisah karena memang aku salah. Selama ini aku terlalu banyak merepotkan Om Hara. Aku kekanakan, tidak dewasa dan tidak bisa di banggakan. Semakin aku berada di sisinya, aku akan semakin akan membuatnya malu dengan tingkahku. Om Hara berhak bahagia dengan wanita yang sepadan dengannya." Jawab Rintis kemudian menanda tangani banyak dokumen.
"Apa kamu tidak memikirkan anak yang ada di dalam kandunganmu??" Kata Latifah.
"Jelas aku memikirkannya. Biarkan Om Hara hidup dengan tenang tanpa aku." Rintis mengusap perutnya yang masih belum begitu terlihat. "Memiliki anak ini darinya, sudah membuatku bahagia." Setitik air mata Rintis runtuh dari bingkainya kemudian ia segera menghapusnya.
"Apa kau tidak mencintai suamimu?"
Rintis tersenyum kecut. Ia pun kemudian bersandar dan memejamkan matanya. Terbayang wajah pria yang ada di hatinya.
"Sikap kekanakan ku, rasa cemburu ku.. sudah membuatnya susah. Itu karena aku baru merasakan jatuh cinta, tapi aku juga tidak ingin cintaku jadi menyiksanya. Jadi.. biarkan aku mencintainya dengan caraku." Jawab Rintis.
...
Bang Hara menutupi mata dengan lengannya. Air matanya terus berlinang. Sudah hari ke empat sejak kejadian itu dan sejak kembali dari rumah sakit, ia belum pernah tidur di rumah karena Rintis menolaknya.
"Ting.. kau jangan seperti bujangan yang baru kasmaran." Tegur Bang Satyaki menemui littingnya karena pengaduan dari Bang Katana.
"Aku di tolak Rintis. Sakit sekali hatiku, Sat." Jawab Bang Hara.
"Lu jangan macam bocah. Masa sudah mau jadi bapak masih begini tingkahnya. Eehh.. si Rintis masih jadi istrimu. Pulang lah kau..!! Intai, senyap, sergap dan selesaikan." Kata Bang Satyaki.
Bang Hara balik menatap sahabatnya. Ucap Bang Satyaki membuatnya geram. "Kau pikir ini di medan perang???? Bini gue ngamuk bener, Sat. Hatinya kena sentil omongan Rena."
"Tauuu.. aku tau Har. Kamu benar-benar jatuh cinta dengan kepolosan istrimu. Wanita pintar dan dewasa itu banyak, tapi hanya istrimu yang bisa membuatmu tergila-gila dengan segala keluguannya." Jawab Bang Satyaki tidak sampai hati juga melihat sahabatnya begitu menderita karena cinta. "Jadi saranku.. lebih baik kau imbangi istrimu, mungkin sekarang dia juga sudah mendapatkan pelajaran berharga dalam hidupnya. Tidak ada salahnya kau 'kekanakan' juga. Rayu lah, broo..!! Merayu bini juga nggak dosa, malah dapat pahala."
Bang Hara terdiam mendengarnya. Pikirannya masih menerka keadaan yang terjadi saat ini.
"Sudah sana. Nanti malam apelin dah si Rintis. Masa begitu saja nggak bisa." Ledek Bang Satyaki.
Bang Hara melirik sahabatnya dengan ekor matanya. "Aku deg-degan Sat."
"Yaelaaahh.. Danki satu ini..!!!!"
.
.
.
.
semoga lancar persalinan ya.. sehat ini dn baby ya.. 🤲🏼😍