Hilya Nadhira, ia tidak pernah menyangka bahwa kebaikannya menolong seorang pria berakhir menjadi sebuah hubungan pernikahan.
Pria yang jelas tidak diketahui asal usulnya bahkan kehilangan ingatannya itu, kini hidup satu atap dengannya dengan status suami.
" Gimana kalau dia udah inget dan pergi meninggalkanmu, bukannya kamu akan jadi janda nduk?"
" Ndak apa Bu'e, bukankah itu hanya sekedar status. Hilya ndak pernah berpikir jauh. Jika memang Mas udah inget dan mau pergi itu hak dia."
Siapa sebenarnya pria yang jadi suami Hilya ini?
Mengapa dia bisa hilang ingatan? Dan apakah benar dia akan meninggalkan Hilya jika ingatannya sudah kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STOK 22: Ini Palsu!
" Percuma! Percuma aku manggil kalian kalau nggak ada hasil sama sekali. Pergi sekarang juga dari tempatku dasar nggak becus!"
Santiago berteriak marah. Sudah seminggu lebih tapi ahli yang ia datangkan dari negara lain sama sekali tidak bisa memecahkan apa yang terkandung dalma lukisan itu.
The Beautiful Golden Sunset, sebuah lukisan matahari terbenam di belakang pegunungan itu sepintas seperti matahari terbit. Namun entah mengapa namanya sunset dan bukannya sunrise. Di sana ada sebuah bangunan berwarna putih. Bukan satu tapi beberapa. Itu seperti penampakan sebuah desa. Tapi mau dilihat seperti apapun Santiago tidak bisa tahu dimana lokasi yang serupa dengan lukisan itu.
Diantara bangunan-bangunan rumah yang digambar, ada salah satu bangunan yang berbeda dengan bangunan lainnya. Sosok manusia ditambahkan di sana. Seorang pria tengah duduk di kursi dan memegang koran. Meskipun kecil tapi itu membuat gambar rumah satu dengan yang lainnya berbeda. Dan Santiago yakin itu adalah sebuah petunjuk perihal kekayaan Romario yang lain. Konon katanya asisten dari Romario pernah berkata bahwa Romario menyimpan banyak emas dan permata di sebuah rumah. Tapi tidak ada yang tahu dimana lokasinya itu berada.
Ia yakin bahwa TBGS adalah petunjuk keberadaan harta milik Romario. Terlebih secara pribadi Romario meminta Raka Pittore sebagai pelukis asli TBGS untuk menyimpan lukisan itu. Itulah yang membuat dirinya semakin yakin bahwa TBGS merupakan sebuah petunjuk.
" Pelmo, carikan seorang ahli lagi untuk menganalisa lukisannya!"
" Ba-baik Tuan."
Pelmo membuang nafasnya kasar. Tuan yang ia layani benar-benar orang yang tidak sabaran sama sekali. Tapi mau dikata apa, namanya anak buah dia harus melakukan apapun yang diperintahkan. Tidak ada waktu untuk mengeluh meskipun rasanya cukup lelah.
" Kenapa mukamu Pel?"
" Ah Nona, bukan apa-apa Nona. Apa Nona mau bertemu Tuan? Beliau ada di dalam, tapi suasana hatinya sedang tidak bagus."
Pelmo membungkuk memberi hormat dan berlalu dari depan Helena. Wanita itu kini mengerti mengapa Pelmo bersikap seperti tadi. Ia yakin saat ini Santiago sedang marah karena suatu hal.
Ceklek!
" Sudah ku bilang pergi cari orang!"
" Haah, ini aku Helena bukan pesuruh mu Pelmo."
Santiago berdecak kesal, dimana Helena tahu betul saat ini saudara angkatnya itu masih sangat kesal. Tapi di juga punya sesuatu yang ingin ditanyakan. Meskipun ia yakin Santiago akan lebih marah lagi. Namun Helena tidak peduli.
" Sebenarnya apa yang kamu lakuin ke Tara, mengapa kondisinya sangat buruk begitu?"
" Cih, kamu datang kemari cuma buat nanyain pria itu. Heh Helena, apa otakmu itu kosong hah! Dari pada kamu sibuk banget ngurusi pria itu, lebih baik bantu aku kembali ke Singapura buat beresin kerjaan. Selama ini Papa terlalu banyak memanjakan sehingga kamu nggak ada kerja sama sekali. Cuma senang-senang aja."
Kini Helena lah yang kesal. Santiago selalu menganggapnya sebagai beban, padahal dia ikut andil dalam setiap pekerjaan. Meskipun tidak langung terjun, tapi berada di sisi Romario dia jelas juga bekerja. Bukan hanya itu, selama Romario sakit, Helena lah yang juga merawat.
" Memangnya kenapa harus aku, bukannya kau pemimpinnya. AKu selama ini kan cuma bergerak sebagai asisten. Lagian ngapain kamu mentengi lukisan itu berhari-hari. Kamu bener-bener bodoh Santiago!"
Tidak ingin semakin ribut dan pertengkaran semakin hebat, helena memilih pergi. Saat seperti ini Santiago akan terus keras kepala terhadap apa yang ia yakini. Dan percuma mengajaknya bicara.
" Ah iya satu lagi, caramu sungguh bodoh. kalau kamu mau tahu rahasia dari lukisan itu, bawa pelukisnya bukan lukisannya. Tck, emang dasar otak udang."
Braak
Syuuut
Pyaaar
Sebuah gelas dilemparkan oleh Santiago tepat setelah Helena meninggalkan ruangan. Ia sadar apa yang dikatakan oleh Helena itu benar, tapi dia kesal mengapa baru sekarang wanita itu mengatakannya.
" Bajingaan, wanita itu benar-benar membuatku marah. Sialnya aku nggak bisa nyingkirin dia karena wasiat dari tua bangka sialan itu. Arghhh!!! Baiklah, bukannya katanya si Raka atau Tara itu nggak bisa bangun dari tempat tidur karena kondisinya parah ya. Maka aku culik saja dia. Nggak, kalau dia emang nggak bisa ngapa-ngapain, percuma juga. Haah, sumpah rasanya jengkelin."
Santiago kembali melihat lukisan ukuran 1x1,5 meter itu secara mendalam. Tapi sama sekali tidak ada hal yang terpikir di otaknya. Itu sungguh hanya lukisan biasa dan sama sekali tidak ada yang istimewa selain kata bagus.
Santiago mendekat lalu berkeliling melihat hingga ke sudut sudut lukisan, ia juga memeriksa bagian belakangnya. Seketika ia merasa aneh atau lebih tepatnya merasa ada yang tidak nyaman dalam hatinya.
" Apa ini, kok aku ngerasa ini kayak beda ya."
Santiago bergumam sambil terus mengamati lukisan yang termasuk besar itu. Meskipun dia sama sekali tidak tahu perihal benda seni semacam itu tapi dia lumayan peka jika benda itu bukanlah yang asli atau hanya sekedar tiruan.
Santiago berjalan ke meja dan menyambar ponselnya. Dia membuka foto lukisan TBGS yang ada Romario di sana. Santiago melihat secara seksama.
" Bedebah bangsat, ini replika. Sialan, Raka Pittore, awas kau."
Tut tut tut
Santiago menekan ponselnya untuk memanggil Pelmo kembali. Semua yang ia lakukan selama beberapa hari ini sungguh hanya sia-sia belaka.
" Pelmo kembali, lukisan ini palsu. Bedebah, cari dimana The Beautiful Golden Sunset yang asli. SEKARANG JUGA!!!"
Santiago seperti dibakar oleh api, wajahnya memerah sedangkan tangannya mengepal erat. Ia bahkan menjatuhkan lukisan itu ke lantai karena baru mengetahui bahwa lukisan itu bukanlah yang asli.
Satu hal yang ia yakin bahwa itu palsu yakni saat dia tidak melihat nama Raka Pittore di bagian bawah lukisan. Awalnya ia pikir di bagian itu yang hitam adalah tag nama Raka tapi ternyata bukan.
TBC