21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 22
"Vivi!"
Arya membelalakkan mata tak percaya menatap Vivi di depan pintu kamarnya. hancurlah sudah. tidak ada lagi kesempatan yang akan di beri caera padanya.
dengan berani Vivi datang. dengan napas memburu Vivi menatap Arya. dia marah.
"apa? kamu kaget aku di sini?"
kata Vivi sinis.
Arya cepat menguasai kesadarannya yang sempat terbang karena terkejut. vivi terlalu berani datang setelah apa yang terjadi.
"apa-apaan kamu Vi? ngapain kamu ke sini?"
bentak Arya marah.
"oh, setelah kamu ingkar janji, sekarang kamu mengusir ku?"
Vivi siap menantang.
Arya meraih lengan Vivi. menyeretnya menjauh dari kamar. wanita ini sudah gila. datang kerumahnya setelah istrinya tahu hubungan mereka.
"lepas Ar. sakit!"
Vivi meronta melepaskan lengannya dari cengkraman tangan Arya.
"pulang kamu!"
bentak Arya geram.
"tidak! kamu sudah bohong sama aku Ar. kamu bilang mau datang kemarin. tapi sampai sekarang kamu tidak datang"
Vivi masih meronta minta di lepaskan.
caera menatap mereka dari dalam kamar. sungguh drama yang menyakitkan untuk di lihat matanya.
Vivi menoleh ke arah caera. dia tahu caera pulang. dia melihat mobil caera tadi ada di depan rumah. itu yang membuat Vivi sangat kesal pada Arya. kemarin Arya berjanji padanya akan datang. tapi sampai hari kedua, Arya masih tidak datang.
Vivi menyentakkan tangannya keras. cengkraman tangan Arya terlepas. Vivi lari ke arah caera. dan berlutut tepat di depan caera.
"Ra, maafkan aku telah menghianati kamu"
katanya sambil menangis "tapi itu semua karena Arya yang meminta"
caera diam mematung. jantungnya seperti di remas. tadi dia sudah mulai goyah dengan kesungguhan Arya. tapi kini, vivi kembali hadir untuk menghancurkan rasa percayanya.
"Ra, kamu boleh marah. kamu caci aku. kamu pukul aku Ra, pukul" Vivi meraih tangan caera dan memukul-mukulkan ke wajahnya " kamu boleh bunuh aku. tapi tolong Ra, jangan pisahkan aku dari Arya"
caera menarik tangannya kasar. dia tidak mau tangannya menyentuh Vivi.
"sayang, jangan dengarkan dia"
Arya cepat menarik tubuh caera menjauh dari Vivi.
caera terhuyung mengimbangi langkah Arya yang menariknya ke belakang. Arya menariknya dengan sangat kuat. raut ketakutan tergambar jelas di wajahnya.
"sayang, tolong jangan dengarkan dia. aku hanya cinta kamu Ra"
Arya menggeleng gelengkan kepalanya. menangkup wajah caera agar menatapnya saja, dan tidak terpengaruh pada kata-kata Vivi.
"aku akan meninggalkan dia sayang. percayalah pada ku" Arya sungguh merasa takut jika caera berubah pikiran lagi. tadi caera sudah mulai luluh.
Arya sungguh geram melihat Vivi yang berlutut di lantai.
"Vi, tolong pergilah! aku akan membayar ganti rugi pada mu. jangan menghancurkan rumah tangga ku Vi"
hardik Arya pada Vivi.
Vivi hanya menangis terisak. begitu tega Arya mencampakkannya sekarang.
"cukup!"
jerit caera. dia tidak tahan melihat dua orang yang menurutnya hanya bersandiwara.
"cukup! tolong hentikan sandiwara kalian"
"sayang, aku tidak bersandiwara. aku pasti akan meninggalkan dia Ra" Arya mencoba meraih tangan caera lagi.
"tidak" caera mengelak. menaikkan tangannya agar Arya berhenti bicara. "cukup. tolong, hentikan ini semua"
"Ra, tolong jangan pisahkan aku dari Arya"
Vivi meratap dalam tangisnya.
"apa yang kau inginkan Vi?"
caera menatap Vivi tegas. ia ingin menyudahi ini secepatnya.
"aku.. aku.. mencintai Arya Ra" Isak Vivi makin keras "dan.. aku.. aku hamil"
DUAAARRR!!!
petir menyambar kepala caera keras. caera terhuyung. sangat terkejut mendengar itu. hatinya semakin di remas. seperti ribuan silet yang menggores di sana.
"apa!?"
Arya juga terhenyak mendengar itu. Vivi tidak pernah bilang jika dia hamil. tapi kenapa sekarang dia berani mengatakan itu di depan caera?
"iya Ar. aku hamil. karena itu aku meminta mu datang untuk menyampaikan kabar ini. tapi kamu tidak datang"
mereka diam. caera berdiri mematung. Arya terduduk lemas di tepi ranjang. sementara Vivi masih berlutut di lantai.
"tadi pagi aku cek ke dokter. dan di nyatakan positif hamil"
Vivi mengeluarkan amplop dari dalam tas tangannya. menunjukkan pada Arya jika dia tidak berbohong.
"aku tidak peduli pada kesepakatan kita Ar. aku mau kamu menikahi ku karena ini"
Vivi mengacungkan amplop itu. meminta Arya bertanggung jawab atas kehamilannya.
"Ra, maafkan aku. aku tidak bisa hanya menyerahkan anak yang ku kandung ini pada Arya. aku sudah terlanjur mencintainya"
serasa petir menyambar sahut menyahut di kepala caera. sampai membuat telinganya berdengung. memporak porandakan segala isi otaknya. dia tidak dapat berpikir dengan jelas lagi sekarang. air mata jatuh membasahi pipinya lagi.
sementara Arya mengacak rambutnya frustasi. dia memang menginginkan anak itu. tapi bukan begini sekenario yang di rancangnya. tidak dengan membuat Vivi jatuh cinta padanya.
tidak dengan caera mengetahui semua ini.
"baiklah" suara caera bergetar. sangat menyakitkan hati semua yang terjadi saat ini.
"kau bisa ambil segala apa yang kau inginkan dari rumah tangga ku Vi. ambillah. kau pantas menerimanya karna kau mengandung anak Arya. aku tidak akan menghalangi"
"Ra, jangan begitu" Arya menatap memelas pada caera.
caera membuang muka tidak mau melihat pada Arya. cukup sudah. dia tidak mau goyah lagi. dia harus cepat pergi dari tempat yang sangat menyiksa hati ini.
"Ra, aku tidak meminta Arya menceraikan mu. aku hanya minta Arya menikahi ku demi anak ini. aku siap menjadi istri ke dua"
cih.. gampang sekali kau bicara
memuakkan sekali mendengar ocehan Vivi yang sok bijak. caera bergumam mendecih berkali-kali.
dengan langkah gemetar, caera beranjak ke pintu kamar. menguatkan hati dan tubuhnya jangan sampai jatuh karena rasa sakit yang tak tertahan lagi.
"Ra, mau kemana?"
Arya menyusulnya dan menarik tangan caera.
tapi caera kembali menolak. mengibaskan tangannya ke udara.
"cukup. aku tidak menuntut apa-apa dari mu. aku hanya meminta, hak asuh Gino jatuh pada ku. hanya itu"
caera berkata tanpa menoleh ke belakang. membiarkan Arya dan Vivi diam seribu bahasa.
memantapkan langkahnya meninggalkan rumah tempat dia bernaung selama ini. meninggalkan kenangan manis yang pernah dia lewati di rumah ini.
Arya mengejarnya. masih berkata-kata membujuk caera agar tetap tinggal. caera tidak menggubris itu. ia ingin segera pergi. tidak ada lagi yang bisa dia pertahankan. dia merasa tidak punya hubungan apa-apa lagi dengan Arya.
"Ra, jangan pergi. tolong Ra, dengarkan aku dulu"
Arya menarik tengan caera kuat. menghalangi caera keluar di pintu depan rumah.
caera menatap Arya lekat. mata itu menyiratkan rasa marah dan benci.
"Ra, jangan pergi. aku akan mengurus ini semua. aku akan tetap meninggalkan Vivi. aku ak... "
PLAAKKK..!!
tamparan keras mendarat di pipi kanan Arya. membuat Arya berhenti bicara. caera menamparnya lagi. rasa perih tamparan itu masih mengalahkan rasa perih di hatinya. istrinya tidak akan pernah memaafkannya lagi.
"ingat! jangan pernah menghalangi ku lagi. aku juga manusia. aku punya hati. aku juga bisa berbuat sama seperti mu. kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi sekarang. tolong, kabulkan saja permintaan ku tadi. hanya itu"
caera berbalik. berjalan ke mobilnya dan bersiap untuk pergi. Arya mematung memandangi kepergian caera. dia kalah. keputusannya kali ini salah. tanpa memikirkan perasaan caera. wanita yang di cintanya telah pergi.
selesai sudah episode cintanya dengan caera. tadi caera mengancam akan berbuat sama sepertinya. itu berarti caera akan menunjukkan pasangannya dalam waktu dekat.
"AAAAAAAAAA"
Arya berteriak keras. meninju pintu depan dengan kasar. menendangnya sampai menimbulkan suara berisik.
penyesalan tiada guna. cintanya pergi. kasihnya meninggalkannya yang tidak tahu harus mengambil keputusan apa lagi. kini seorang wanita mengandung benih darinya. tapi itu tidak membuat hatinya bahagia. tapi malah makin merasa menderita.
Daan sayang bngt aku ga punya Deva hhhh