Evelyn Arasely adalah seorang gadis manis yang periang.putri tunggal Bapak Walikota Sofyan Martadinata. kehidupannya yang serba berkecukupan menjadikannya seorang putri di istana sang Ayah. suatu ketika di kampus yang bergengsi tempat dia mengenyam pendidikan, kedatangan seorang Mahasiswa yang tadinya nonaktif namun kembali melanjutkan kuliahnya satu jurusan dengan Evelyn Arasely di Fakultas Hukum dan Tata Negara. Evelyn Arasely sangat tertarik dengan Seniornya itu. Sagara Abhiseva nama sang Senior pria yang sangat pendiam,dingin dan terkesan angkuh,dengan pesona wajah tampannya,kulitnya yang putih dan postur tubuh yang tinggi menjulang, membuat Sagara Abhiseva sangat menarik perhatian kaum hawa di kampus itu,termasuk Evelyn Arasely. hingga suatu saat Evelyn Arasely berhasil merebut perhatian dan hati Sagara Abhiseva. mereka pun menjadi sepasang kekasih yang nampak bahagia hingga terjadi sesuatu kepada keluarga Evelyn Arasely yang membuat mereka terpaksa harus terpisah jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
*Gluk... gluk... gluk... suara Evelyn Arasely saat meminum b*r nya dari kaleng ke tiga,lalu meremas kaleng itu.
"S**l*n,dia pikir dia siapa? apa dia pikir aku takut kepadanya? apa maksudnya aku pecundang?" ucap Evelyn Arasely dengan nada penuh amarah
Rasa ego dan harga dirinya terasa tercabik mendengar Sagara Abhiseva menyebutnya pecundang dan penakut.
Paul Wilson hanya menatap Evelyn Arasely dengan wajah bingung.
"Hei... pelan-pelan saja meminum b*r itu,ini masih siang Nona Evelyn,jangan m*buk dulu,cukup" ucap Paul Wilson seraya menyingkirkan kaleng b*r lainnya yang masih utuh
"Aku bodoh sekali Paul,huhuhu... mengapa aku berani menandatangani kertas kosong itu?" ucap Evelyn Arasely lagi dengan ekspresi berbanding terbalik dengan yang tadinya berani berapi-api sekarang layu ketakutan
"Kau mulai m*buk sepertinya" ucap Paul Wilson
"Tidak Paul,aku tidak m*buk,aku sadar" ucap Evelyn Arasely lagi
"Hhhmmm... minum air putih ini saja,biar kau tetap sadar Nona Evelyn" ucap Paul seraya menyerahkan air mineral kemasan botol
"Hhhmmm terimakasih" ucap Evelyn Arasely
"Kapan kau mulai bekerja? bukankah seharusnya hari ini setelah tandatangan kontrak kerja,kau sudah harus langsung masuk kerja bukan?" tanya Paul Wilson heran
"Iya seharusnya seperti itu jika kontraknya normal aaahhh... sudahlah... aku akan bekerja besok Paul Wilson,besok kita kembali bertemu,oke?" ucap Evelyn Arasely seraya beranjak
"Kau akan kemana?" tanya Paul Wilson menahan tas Evelyn Arasely
"Pulanglah,aku lelah,aku ingin tidur saja" ucap Evelyn Arasely lalu beranjak keluar dari cafe itu
"Paul Wilson,terimakasih untuk hari ini" ucap Evelyn Arasely seraya berlalu
Paul Wilson hanya mengangkat jempolnya, dan menatap Evelyn Arasely hingga hilang diantara kerumunan orang-orang yang akan menyebrang jalan.
"Hhhmmm gadis yang manis" gumam Paul Wilson seraya tersenyum kecil
Kantor Walikota
Sagara Abhiseva dan Rafael Nelson nampak duduk diruang rapat menunggu staff kantor Walikota
"Maaf Pak,anda menunggu" ucap staff Walikota seorang wanita muda
"Iya,kami dari Firma Hukum A & E Partner,kami datang kesini sebagai bentuk tindak lanjut atas Peninjuan Kembali kasus terdakwa Sofyan Martadinata mantan Walikota yang menjabat dalam rentang waktu tahun 2008 sampai 2018 atas tuduhan suap,penyalahgunaan dana APBD dan money laundry" ucap Rafael Nelson
"Hhhmmm... Peninjuan Kembali? bukankah Pak Sofyan Martadinata sudah meninggal didalam penjara tiga bulan yang lalu? terus atas nama siapa permintaan Peninjuan Kembali kasus itu?" tanya staff itu
"Atas nama putri tunggalnya Evelyn Arasely" Sagara Abhiseva yang menjawab dengan nada datar
Staff itu tertegun sesaat
"Kami meminta berkas dan arsip setiap kegiatan dan aktifitas kenegaraan Pak Sofyan Martadinata selama bertugas,termasuk dengan investor mana saja beliau berkomunikasi dan bekerja sama" ucap Rafael Nelson
"Ma... maaf Pak,untuk hal ini,saya belum punya kewenangan untuk menyerahkannya langsung, saya butuh konfirmasi dan persetujuan dari Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian,saya konfirmasi sebentar ya Pak" ucap staff itu lagi seraya beranjak
"Hhhmmm... lambat" gumam Sagara Abhiseva seraya memejamkan matanya
Sepuluh menit berlalu
Staff itu kembali lagi.
"Maaf Pak,saya tidak bisa membantu dalam hal ini, menurut staff lama yang bertugas bersama Pak Sofyan Martadinata saat itu,berkas-berkas itu sudah disita terlebih dahulu oleh pihak Kejaksaan untuk dijadikan barang bukti" ucap staff itu
Sagara Abhiseva langsung beranjak diikuti Rafael Nelson.
"Terimakasih ya Nona " ucap Rafael Nelson
"Apakah pihak kejaksaan bisa berbagi info dengan kita?" tanya Sagara Abhiseva
"Jika ada permintaan khusus dari keluarga maka kita bisa mengeluarkan surat pengajuan permintaan barang milik pribadi terdakwa" jawab Rafael Nelson
"Telpon Evelyn Arasely sekarang" ucap Sagara Abhiseva
"Nona Evelyn Arasely? maksudnya staff baru kita atau putri Sofyan Martadinata?" tanya Rafael Nelson bingung
"Dia gadis yang sama Rafael" ucap Sagara Abhiseva singkat
"Ha... jadi Nona... itu..." Rafael Nelson menghentikan langkahnya sejenak lalu menarik nafas panjang
"Pantas saja Pak" gumam Rafael Nelson lalu naik keatas mobil
Apartemen Evelyn Arasely
Baru saja Evelyn Arasely keluar dari kamar mandi saat ponselnya berdering.
"Halo,dengan siapa ini?" tanya Evelyn Arasely
"Halo Nona Evelyn Arasely,saya Rafael Nelson asisten Pak Sagara Abhiseva" jawab Rafael Nelson
"Apa... apakah aku harus bekerja sekarang?" ucap Evelyn Arasely seraya melirik jam yang menunjukkan pukul dua siang
"Tidak perlu Nona,kau cukup keluar dari apartemen mu saja,aku ada dibawah,segera" ucap Rafael Nelson
"Ha... ada dibawah?ap..." ucapan Evelyn Arasely terputus
Saluran telpon terputus
Evelyn Arasely pun melihat kearah bawah apartemennya nampak sebuah mobil mewah memang terparkir. dengan tergesa-gesa dia pun mengenakan pakaiannya dan segera turun.
Sagara Abhiseva menatap gadis yang mendekat itu. Evelyn Arasely mengenakan celana piyama longgar dan sweater hoodie dengan rambut dicepol.
Rafael Nelson baru akan keluar dari mobil.
"Tunggu,biar aku yang keluar menemuinya" ucap Sagara Abhiseva lalu turun dari mobil
Rafael Nelson pun urung membuka pintu mobil.
Evelyn Arasely pun sangat terkejut melihat Sagara Abhiseva yang turun menemuinya.
"Kak Saga... ka... kamu..." ucapan Evelyn Arasely terputus
Sagara Abhiseva langsung menarik tangan Evelyn Arasely untuk masuk kembali ke gedung apartemennya.
"Hei... ada apa ini? bukannya Pak Rafael Nelson memintaku untuk turun menemuinya,tapi... lepas... sakit..." seru Evelyn Arasely
Tapi Sagara Abhiseva tak bergeming.
"Kembali ke apartemen mu sekarang" ucap Sagara Abhiseva saat didepan lift
Evelyn Arasely pun melangkah masuk kedalam lift diikuti Sagara Abhiseva.
"Apa kau sudah menikah?" tanya Sagara Abhiseva
"Tidak,belum" jawab Evelyn Arasely
"Kau punya kekasih atau pria yang mengejar mu?" tanya Sagara Abhiseva lagi
"Hei... tidak... lagipula apa maksudmu bertanya seperti itu?" Evelyn Arasely kesal menatap Sagara Abhiseva dengan melotot
Pintu lift pun terbuka
Evelyn Arasely keluar dari lift diikuti Sagara Abhiseva. pintu apartemen Evelyn Arasely pun terbuka,saat melangkah masuk, Sagara Abhiseva tiba-tiba menarik tangan dan leher Evelyn Arasely lalu menciumnya dengan dalam
"Hei... apa... hhaahh..." gumam Evelyn Arasely yang tak mampu berkata-kata lagi
Bibirnya sudah tertutup dengan bibir Sagara Abhiseva,semakin dalam ciuman itu,Evelyn Arasely pun memberi respon,ciuman yang dia rindukan itu membuat tubuhnya bergetar indah.
Getaran yang sudah lama hilang itu,sesaat kembali lagi. karena merasa sesak,Evelyn Arasely pun berusaha mendorong tubuh Sagara Arasely namun tak bergerak
Sagara Abhiseva akhirnya melepas ciuman yang membara itu. ditatapnya Evelyn Arasely tajam.
"Kau... jangan pernah lari dari pandangan ku lagi" ucap Sagara Abhiseva seraya menarik rambut Evelyn Arasely hingga tergerai,lalu memasang tudung hoodie yang digunakan Evelyn Arasely menutupi kepala Evelyn Arasely
"Hei... apa yang kau lakukan?" protes Evelyn Arasely
Sagara Abhiseva menahan tangan Evelyn Arasely
"Coba saja kau lepaskan,maka bukan hanya ciuman yang terjadi" ancam Sagara Abhiseva seraya menelpon seseorang
Evelyn Arasely langsung terdiam.
"Segera naik,lantai tiga nomor lima" ucap Sagara Abhiseva
"Lepaskan tanganku,ini sakit" keluh Evelyn Arasely
Sagara Abhiseva pun melepas tangan Evelyn Arasely,lalu mengusap bibir Evelyn Arasely dengan lembut
"Maaf" ucapnya lalu duduk di sofa tua
Evelyn Arasely hanya menatap Sagara Abhiseva dengan sendu.
