Kalo nanti kita gak bisa ketemu lagi dan aku nggak bisa tahu gimana keadaan kamu aku cuma berharap semoga hari-hari kamu baik ya semoga kebahagiaan selalu menyertai mu dan semoga kamu gak Pernah ngerasain sakit apa yang aku rasain, " Bumi langit Baskara
Kata orang cinta itu harus diperjuangkan Tapi apa mungkin gue harus Perjuangkan cewek yang gak Pernah menghargai gue
Bumi langit Baskara
" Luna gue cinta sama lo " Bumi langit Baskara
" Apa lo bilang lo cinta sama gue " Luna Calista
" iya "
" Maaf Bumi gue itu gak Cinta sama lo gue gak mungkin Pacaran sama Cowok miskin kayak lo Nanti apa kata orang nanti seorang Luna Calista berpacaran sama Cowok miskin, " Luna Calista
" Luna Bersamamu adalah impian ku Namun apakah Takdir masih bisa berpihak kepadaku aku Takut jika aku gak bisa bikin kamu bahagia,"
Ini kisah yang sangat sederhana Tentang anak laki-laki yang bernama Bumi, Bumi yang selalu memberi Cinta kepada Luna namun sebaliknya Luna yang selalu membuat dia hancur
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Cahayaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. MUNDUR SEORANG BUMI
...Aku dan Kamu bagaikan Langit dan Bumi yang tak mungkin bersatu...
Bumi turun dari motor sport miliknya dengan langkah tak sabaran. Cowok dengan seragam sekolah yang masih membalut tubuhnya itu berjalan memasuki rumah dengan nuansa Eropa di hadapannya Rumah Luna.
Sepulang sekolah cowok itu masih dengan kekeh ingin menghampiri dan menemui gadis yang telah mempermalukan nya disekolah tadi. Ia masih berharap bahwa semua yang gadis itu katakan hanya sebuah lelucon. Meski Pada kenyataannya itu memang nyata bukan sebuah lelucon atau Prank semata.
Tok tok tok
" Luna ini gue Bumi ! Tolong buka Pintunya, gue mau ngomong sesuatu," Ujar Bumi dengan suara yang cukup rendah.
" Luna "
" Ada apa " Tanya Arga datar.
Bumi langsung terpaku sejenak saat melihat Pria di hadapannya. Sangat tidak asing seperti Pernah bertemu, namun dimana ? Pria yang begitu mirip dengan orang yang tidak sengaja ia tabrak di club malam saat itu.
" Anda ? Bukan kah orang yang tidak sengaja saya tabrak di club malam saat itu,"
" Benar saya Arga orang yang Pernah ada diclub malam itu," sahut Arga menatap remeh ke arah Bumi"
" Saya juga orang tua dari Luna Kamu Pasti mau bertemu dia kan,"
" Orang tua ? Kenapa dia bisa ada diclub malam itu Apa mungkin ---- " Batin Bumi bertanya Pada dirinya sendiri.
Mendengar Pertanyaan itu dengan cepat Bumi menganggukkan kepalanya.
" Putri saya sedang tidak ingin ditemui siapapun lebih baik kamu Pergi," sahut Arga
Bumi menggelengkan kepalanya saat mendengar Penuturan Arga.
" Tolong Om saya hanya ingin bicara berdua dengan dia, " ujar Bumi dengan Penuh harapan.
" Tapi dia tidak ingin bicara dan bertemu dengan kamu, "
" Saya mohon Om hanya sepuluh menit aja Tadi saya melihatnya tadi dari jendela, " ujar Bumi masih berusaha memohon.
Mendengar itu Arga hanya tersenyum tipis. Ia menatap tidak tertarik dengan remaja laki-laki yang ada di hadapannya itu.
" Luna sedang tidak ingin ditemui oleh siapapun Saya harap kamu bisa mengerti dan silahkan Pergi dari sini, " ujar Arga hendak memasuki rumah.
" Om " Panggil Bumi membuat Arga menghentikan langkahnya dan menoleh Pada Bumi.
" Katakan Pada Luna bahwa saya akan tetap disini sampai ia mau keluar dan mau menemui saya," final Bumi
Arga hanya mengangkat bahunya acuh sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya memasuki rumah
" Lihat saja seberapa lama kamu bertahan disini, " ujar Arga
Setelah berdiri cukup lama diambang Pintu cowok itu berjalan dan berdiri tepat di halaman rumah gadis itu. Matanya menatap ke arah sebuah kamar dengan lampu yang masih menyala. Ia yakin bahwa itu adalah kamar Luna
" LUNA ! PLEASE GUE MAU KETEMU "
" AYO KELUAR "
Tak ada jawaban, namun Bumi bisa melihat bahwa gadis itu berdiri dibalik jendela seraya menatap kearahnya
Tiga Puluh menit berlalu, kini waktu menunjukkan Pukul delapan malam namun Bumi masih dalam Posisinya. Cowok itu mendongakan kepalanya menatap ke arah langit saat mendengar suara gemuruh Petir dan kilatan di atasnya. Mungkin hujan akan segera tiba dan membasahi bumi, malam ini.
Tes
" Hujan " gumam Bumi saat merasakan tubuhnya mulai basah.
Benar saja, hujan mulai turun membasahi bumi beserta dirinya yang kini masih berdiri di halaman rumah gadis itu. Namun itu tak mengurungkan niatnya sedikit Pun untuk Pergi. Keras kepala, itu lah sifat utama Bumi ketika menginginkan sesuatu.
Satu jam berlalu Bumi tak menghiraukan air hujan yang terus turun mengguyur tubuhnya, Ia masih berdiri tegak di Posisinya. Tubuh cowok itu mulai bergetar menahan dingin, kepalanya mulai Pusing dengan jantung nya yang seketika terasa memanas. Nafasnya terasa tidak beraturan dengan wajahnya yang mulai Pucat Pasi.
Bumi yang sedari tadi menundukkan kepalanya langsung mendongakan kepalanya saat mendengar Suara Pintu terbuka.
Terlihat di ambang Pintu Luna berdiri menatap gamang ke arah Bumi yang sudah basah kuyup terguyur hujan. Mata gadis itu menunjukkan sebuah kekhawatiran namun juga sebuah kekesalan disana. Sungguh Luna sangat kesal melihat Bumi yang masih keras kepala dengan berdiri di bawah rintikan hujan.
" LO NGAPAIN SIH?! PULANG SANA " ujar Luna sedikit mengeraskan suaranya yang tersendat oleh suara hujan.
" GAK MAU "
" PULANG ! NANTI LO SAKIT! GUE GAK MAU DISALAHIN KALO LO SAMPE SAKIT DAN PINGSAN DISINI!,"
" GUE GAK PEDULI ! MAU PINGSAN ATAU MATI SEKALIPUN DISINI GUE GAK PEDULI," Sahut Bumi masih kekeh dengan keinginannya.
Luna menatap kesal kearah lelaki di hadapannya itu. Keras kepala. Sudah jelas terlihat bahwa cowok itu menahan dingin, wajahnya yang semakin Pucat membuat Luna merasa geram.
" MAU LO APASIH ?! GUE BILANG PULANG YA PULANG GUE GAK MAU KETEMU SAMA LO,"
" GUE GAK AKAN PULANG SAMPAI LO JELASIN YANG SEBENERNYA ! GUE MAU BUKTIIN KALO GUE INI SERIUS GUE GAK MAIN-MAIN LUNA ! APA INI GAK CUKUP BUAT BUKTIIIN RASA CINTA GUE SAMA LO ?! APA GUE HARUS MATI DULU BIAR LO PERCAYA," ujar Bumi dengan bibir yang mulai bergetar kedinginan.
" GILA LO YA ! PULANG ATAU GUE SURUH SATPAM SERET LO SEKARANG, "
Bumi berjalan mendekati gadis yang masih berdiri diambang Pintu itu. Jarak keduanya kini hanya sekitar tiga langkah saja. Bumi menatap wajah gadis itu lamat, terpancar harapan yang begitu besar disana.
" Apa yang harus gue lakuin supaya Lo Percaya kalo gue serius. Gue gak main main soal Perasaan ini," Ujar Bumi dengan suara merendah.
Kini giliran Luna berjalan mendekat Bumi gadis dengan setelan tidur itu merasa tidak habis Pikir dengan yang ada dibenak Bumi Apa belum cukup kalimat yang ia lontarkan disekolah tadi.
" Masih kurang jelas sama apa yang gue ucapin sama lo disekolah tadi,"
" Sekarang bukan soal Percaya atau enggak. Tapi soal gue yang gak mau berhubungan sama cowok miskin kaya lo. Lo itu terlalu egois Bumi, Lo itu terlalu maksain seseorang untuk bersama sama lo. Padahal orang itu udah jelas-jelas nolak Lo berkali-kali. Dimana sih harga diri Lo sebagai seorang laki-laki ?! Oh atau lo emang gak Punya harga diri, "
" Apa Perlu gue beliin cermin untuk bercermin seperti apa diri lo ? Please Bumi berhenti mengejar hal yang gak akan Pernah lo dapetin. Gue gak akan Pernah Lo dapetin, gue gak mau dan gue gak bisa sama lo,"
" Apalagi dengan status keluarga lo yang gak jelas itu Apa lagi yang harus gue harapin dari orang kaya lo Bumi sekarang udah jelaskan gue itu gak suka sama lo Masih gak Paham juga Bumi,"
" Oh iya Lo Perlu tau satu hal Bahwa gue sangat suka mempermainkan Perasaan Lo Soal gue yang lo Pikir cemburu, itu cuma drama gue aja Padahal gue sama sekali gak cemburu Sih. Lo itu terlalu bodoh banget sampe dengan mudahnya masuk dalam Permainan gue, "
Bumi yang sedari tadi menundukkan kepalanya mulai mendongakan ke arah gadis itu. Gadis di hadapannya yang lagi lagi mengucapkan kalimat sesakit ini.
Sudut bibir Bumi tertarik saat menatap wajah gadis itu hingga membentuk sebuah lengkungan senyuman disana. Sebuah senyuman yang lebih tepat disebut senyum untuk menutupi luka.
Tangan dingin laki-laki itu bergerak menyentuh kedua Pipi Luna. Bahkan saking dinginnya Luna sampai sedikit tersentak kaget merasakannya. Telapak tangan yang terasa dingin namun lama kelamaan terasa hangat itu dengan lembut menyentuh Pipinya.
" Berhenti ? Itu yang kamu mau ? Aku akan berhenti mulai saat ini, " ujar Bumi tersenyum hangat menatap gadis itu
Luna tersentak kaget mendengar nada bicara Bumi yang berbeda. Terdengar begitu rendah namun juga begitu memilukan di telinga.
" Maaf ya. Kalo selama ini aku terlalu menginginkan kamu, sampai lupa caranya sadar diri bahwa kita ini berbeda. Sangat berbeda, " ujar Bumi Tangannya beralih menyentuh Puncak kepala gadis itu.
" Kamu langit dan aku Bumi Kamu dengan segala kekayaan yang kamu Punya, dan aku dengan segala kekurangan yang aku Punya,"
Bumi menarik nafas panjang dan menghembuskan secara Perlahan. Dadanya terasa begitu sesak untuk mengucapkan sesuatu lagi.
" Jaga diri baik-baik Gue Pamit "
Luna dengan langkah lunglainya. Bersamaan dengan itu, hujan pun seketika berhenti dalam sekejap seolah membiarkan Bumi untuk Pergi dari rumah itu.
Deg
Luna terpaku mendengarnya. Dadanya seketika terasa sangat sesak dengan kedua kaki yang bergetar hebat itu yang gadis itu inginkan bukan Namun mengapa terasa menyakitkan dan tidak rela melihat Bumi Pergi meninggalkannya
" Bumi maafin gue " lirih gadis itu seraya melihat kepergian Bumi
Tanpa disangka Arga ternyata memperhatikan keduanya dari balik jendela kamarnya. Ia mengukir senyum smirk seraya meminum kopi yang ada di tanganya
Entahlah apa yang Pria itu fikirkan saat ini.
" Tidak usah minta maaf Kamu sudah memilih Pilihan yang tepat Luna, " ujar intan yang tiba-tiba berdiri disamping gadis itu.
......................