Aruna dan Melvin yang kembali di pertemukan setelah 8 tahun. Mereka dulu 1 sekolah dengan Melvin adalah senior Aruna.
Setelah 8 tahun mereka kembali di pertemukan dengan keadaan yang berbeda. Melvin menjadi seorang aktris terkenal dan Aruna yang menjadi sutradara.
Tetapi ada scandal masa lalu dalam hubungan mereka yang belum selesai. Tentang kedekatan mereka dulu dan kenapa berpisah. Setelah sekian lama di pertemuan kembali dan Aruna yang sudah bersama seorang anak laki-laki berusia 8 tahun.
Bagaimana kah cerita di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 Pertemuan
Lalu Mama akan tetap pergi ke kantor?" tanya Rain. Aruna menganggukkan kepala.
"Rain sendirian lagi dan nenek padahal belum pulang!" protes Rain dengan wajah cemberut yang pasti tidak ingin ditinggal.
"Ya sudah Rain ikut saja dengan Mama," ucap Aruna.
"Mamang boleh?" tanya Rain.
"Boleh dong," sahut Aruna.
"Horeeeeee!!!!!!!!"
Rain terlihat begitu bahagia yang membuat Aruna tersenyum. Dia juga terkadang kasihan melihat putranya itu yang sering sendirian di rumah. Dia kerja terlalu keras dan terkadang juga pulang malam dan belum lagi mamanya yang sering keluar rumah mengantarkan pesanan kue.
**
Mobil Aruna yang sudah berhenti di depan Perusahaan Produksi Picture.
Rain dan Aruna yang sama-sama turun dari mobil dengan tangan mereka bergandengan yang memasuki Perusahaan itu.
Baru sampai lobi Aruna sudah bertemu dengan atasannya Monica.
"Kamu bawa anak Aruna?" tanya Monica dengan matanya yang langsung persetujuan Rain.
"Memang ada yang salah?" Aruna bertanya kembali dan memang dia sedikit berani dengan atasannya itu. Mungkin karena kesal juga dengan jam kerja yang jadi tambah.
"Aruna ini itu kantor dan bukan lokasi syuting. Kamu tidak bisa bekerja membawa anak," ucap Monica.
"Tapi waktu pekerjaan saya sudah selesai dan saya tidak bekerja dan saya datang ke kantor karena dipanggil!" Aruna pasti saya selalu saja punya jawaban.
"Argggghhh sudahlah terserah kamu saja," Monica yang tampaknya tidak ingin berdebat dengan Aruna.
Dia memang akan menjadi lemah jika mengambil masa waktu istirahat Aruna karena wajah Aruna akan memperlihatkan wajah yang sangat ketus jika jam istirahat dijadikan jam kerja.
"Kalau begitu untuk apa Ibu memanggil saya ke kantor malam-malam seperti ini dan apa tidak bisa dibicarakan ditelepon atau menunggu besok pagi saja?" tanya Aruna dengan nada yang sedikit ketus.
"Malam ini kita akan langsung adakan meeting dengan manajer Melvin dan juga Melvin sendiri," jawab Monica.
"Maksud Ibu?" Aruna tampak kaget mendengar pernyataan dari Monica sampai mengeluarkan suara yang sedikit keras.
"Tadi saya baru saja dihubungi manajernya dan Melvin mengambil peran ini dan maka dari itu kita langsung saja meeting untuk menandatangani kontrak dan juga persiapan segalanya. Agar syuting berjalan dengan cepat dan filmnya cepat keluar," jelas Monica dengan singkat dan padat.
Jika Monica terlihat sangat excited yang berbahagia menceritakan kabar tersebut kepada Aruna dan berbeda dengan Aruna yang memperlihatkan wajah masih sangat schok.
"Jadi dia menerima film ini..." batin Aruna bengong yang seperti tidak menginginkan hal itu.
"Kamu kenapa jadi melamun. Ayo buruan kita langsung temui mereka. Mereka pasti sudah menunggu dan jangan sampai kita telat!" tegas Monica.
"Bertemu di mana?" tanya Aruna.
"Di dekat sini di salah satu Restaurant," jawab Monica.
"Saya sepertinya tidak bisa ikut meeting, Ibu saja yang mengatasi semuanya," ucap Aruna.
"Aruna kamu harus ikut meeting, kamu yang membuat script dan kamu juga yang sutradara dalam film itu. Jadi kamu sangat diperlukan untuk meeting kali ini. Kalau tidak diperlukan saya tidak akan menelpon kamu!" tegas Monica.
"Tapi saya bawa anak," sahut Aruna yang memberikan alasan dan sangat berharap Monica tidak membawa dirinya untuk meeting. Monica yang langsung melihat ke arah Rain tadi diam dan tidak mengerti apa-apa.
"Ya sudahlah kamu sudah terlanjur bawa Rain, ya sudah Rain ikut saja," sahut Monica yang tidak punya pilihan lain.
Maura malah mengkerutkan dahi mendengar persetujuan dari Monica yang tidak mempermasalahkan dia membawa anak untuk meeting penting
"Udah buruan kamu jangan bengong seperti itu. Ayo cepat!" Monica yang langsung pergi.
Aruna membuang nafas perlahan kedepan yang terlihat masih ragu antara pergi dan tidak.
"Mah!" Rain yang menggoyang tangan Aruna yang membuat Aruna menoleh kebawah.
"Tante itu sudah pergi. Mama masih mau berdiri di sini?" tanya Rain.
"Ayo kita pergi!" ajak Aruna menghela nafas yang tidak bisa melakukan apa-apa. Karena bagaimanapun Aruna emang harus menuruti apa yang dikatakan bosnya.
**
Restaurant.
Aruna keluar dari mobil bersama dengan Monica. Tidak ada Rain di sana yang ternyata sebelum itu Aruna mengantarkan Rain pulang. Dia tadi juga Masih sempat berdebat dengan Monica yang merasa waktu akan banyak terbuang. Tetapi Aruna memaksa dan bahkan mengancam tidak ingin pergi sebelum memulangkan putranya karena tidak ingin membuat putranya mengantuk yang tertidur terlalu malam.
Jadi Monica harus kalah dengan debat dengan Aruna dan sekarang mereka berdua yang memasuki Restaurant tersebut dengan kepala Monica berkeliling mencari ke sekitar arah.
"Di sana mereka!" Monica menunjuk dan langsung berjalan terlebih dahulu.
Aruna yang masih berdiam di tempatnya melihat ke arah meja tersebut yang sudah terdapat Manager Melvin yang pasti dia sangat kenal karena sama-sama bekerja di dunia entertainment dan Aruna yang berada di belakang layar akan mengenal banyak Manager para artis.
Aruna juga melihat di sebelah Manager tersebut terdapat Melvin yang duduk dengan sangat tegap yang memang memperlihatkan aura dingin yang menjadi ciri khas wajahnya yang membuat dia begitu berkarismatik.
Huhhhhhhhh.
Aruna menghela nafas dan melangkahkan kakinya menuju meja tersebut.
"Selamat malam tuan!" sapa Monica dengan ramah. Melvin dan Managernya itu menundukkan kepala dengan mereka juga saling berjabat tangan.
Aruna juga melakukan hal yang sama yang sudah berdiri di samping Monica. Saat berjabat tangan dengan Melvin Aruna malah mengalihkan pandangan dan sangat cepat melepas tangan itu. Tetapi Melvin hanya terlihat biasa saja.
"Mari silahkan duduk!" titah Manager Melvin yang bernama Coki.
Aruna dan Monica menganggukkan kepalanya dengan mereka berdua yang sama-sama duduk.
"Maaf tuan Ciko, jika kami terlambat datang. Karena tadi saya harus mengantarkan...
"Tidak perlu menyampaikan hal itu," sahut Aruna memotong pembicaraan Monica dengan nada pelan . Monica berdecak yang sedikit kesal dan tidak ada harga dirinya yang kata-katanya dipotong bawahannya.
"Saya tadi ada urusan sebentar..." Monica yang melanjutkan kalimatnya yang berbeda dengan apa yang ingin dia katakan sebelumnya.
"Tidak Masalah sama sekali, kamu juga baru saja sampai," jawab Chiko.
"Baiklah kalau begitu kita langsung saja membahas masalah ini. Agar kerjasama diantara kita berjalan dengan lancar," sahut Monica yang tidak ingin basa-basi.
Pandangan mata Monica yang langsung melihat ke arah Melvin.
"Melvin saya benar-benar sangat senang jika kamu menerima tawaran pekerjaan ini. Memang kamu yang sangat cocok untuk menjadi pemeran utama dalam film ini. Sudah banyak sekali aktor-aktor hebat yang meminta pemeran utama dalam film ini tetapi saya masih menyaring dan harus menyeleksi dengan benar. Karena kamu tahu sendiri jika saya salah satu produser film yang memang sangat teliti dalam memilih pemain untuk film kami," jelas Monica yang tidak lupa memasukkan pujian untuk diri sendiri dalam penjelasannya.
"Padahal jelas-jelas dia mengemis pada aktris baru untuk bermain di film ini. Memang tidak heran jika bos sekarang sangat pintar menjadi penjilat!" batin Aruna yang sebenarnya ingin muntah dengan kata-kata Monica.
"Saya sudah membaca scriptnya dan saya juga tidak terikat dengan film apa, waktu saya sedikit senggang dan saya rasa bisa bekerja sama dalam film ini," sahut Melvin yang menjawab dengan singkat dan padat.
"Kalau begitu kita langsung saja menandatangani kontrak film ini dan akan segera dimulai syuting," sahut Monica.
Bersambung