NovelToon NovelToon
Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Teen School/College / Persahabatan / Anime / Preman
Popularitas:14.2k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Aren adalah seorang murid SMA di Bekasi, sebuah sekolah yang hampir seluruh siswanya adalah laki-laki dan gemar berkelahi. Dalam lingkungan yang keras dan penuh persaingan ini, Aren lebih memilih menikmati ketenangan dan menghindari konflik. Namun, SMA Bekasi memiliki sistem unik di mana siswa terkuat menjadi pemimpin, menguasai sekolah dengan kekuasaan absolut.

Meskipun tidak tertarik pada kekuasaan, kehidupan Aren mulai berubah ketika ia terus-menerus terseret ke dalam masalah yang tak bisa dihindarinya. Konflik demi konflik yang dihadapinya menguji batas kesabarannya. Keadaan yang awalnya terlihat membosankan mulai menjadi lebih menarik dan penuh tantangan.

Apakah Aren akan tetap bertahan dengan prinsipnya, atau akankah ia terpaksa naik ke puncak kekuasaan sekolah? Perjalanan Aren dalam mengarungi dunia keras SMA Bekasi akan menentukan jawabannya.

#Soundtrack Yang Cocok Saat Baca
- [Unbreakable] GenerationsXTheRampage
- [Jump Around] DobermanInfinity
- [Break Into The Dark]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semuanya Benar-benar Membuatku Lelah!

Malam hari tiba, dan Aren berbaring di kamarnya, mencoba untuk tidur. Namun, matanya enggan menutup, pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian-kejadian hari itu. Dia merasa risih, tidak bisa menemukan kenyamanan yang diinginkannya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering, mengeluarkan cahaya terang yang membuat kamarnya menjadi lebih terang. Aren semakin risih dan dengan enggan meraih ponselnya, melihat nomor yang menelepon. Dia menerima panggilan itu, suaranya terdengar kesal.

"Siapa yang mengganggu tidurku di malam begini?" bentak Aren, suaranya penuh kemarahan.

Namun, di ujung telepon, terdengar suara yang tidak dia harapkan. Itu adalah Maria.

"Aren, ini aku. Kenapa kau begitu marah?" tanya Maria dengan nada tegas.

Eh, Aren menatap ponselnya dengan wajah datar. "Maria? Kenapa kau meneleponku di jam segini?" tanyanya, suaranya terdengar lebih tenang tapi tetap menunjukkan ketidaksabaran.

Maria terdengar menegur. "Aku mendengar kabar bahwa kau dan Ash bertarung. Apa yang kau pikirkan, Aren? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Aren terdiam, tidak ingin mendengar lebih banyak omelan. Dia hanya merasa lelah dan tidak ingin membahas hal itu lebih lanjut.

"Aren, jawab aku!" desak Maria, suaranya penuh kekhawatiran.

Dengan wajah yang tak mau mendengarkan lebih banyak, Aren memutuskan untuk mematikan ponselnya. Dia menekan tombol putus sambungan dan membiarkan ponselnya tergeletak di sampingnya. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan kegelisahannya.

Dia menatap langit-langit kamar, mencoba mengosongkan pikirannya. Namun, bayangan pertemuannya dengan Ash dan pertemanan yang absolut yang mulai tumbuh di antara mereka terus menghantui pikirannya. Aren tahu bahwa hari-hari ke depan akan dipenuhi dengan tantangan baru, dan dia harus siap menghadapinya.

Dengan perlahan, Aren memejamkan matanya, berharap bahwa tidur akhirnya akan datang dan membawanya ke dalam dunia mimpi, jauh dari semua kerumitan yang ada di dunia nyata.

Namun.

Matanya tetap terbuka meski dia berusaha keras untuk tidur. Setelah mematikan ponselnya, kamar menjadi hening, hanya suara samar dari angin malam yang terdengar di luar jendela. Pikiran Aren berputar-putar, memikirkan pertemuannya dengan Ash, Alvin, dan Sano.

Dia merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Aren merasa aneh karena, meski seharusnya dia merasa marah atau cemas, dia justru merasa tenang. Bahkan, dia merasa sedikit bersemangat dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin pertemuannya dengan Ash membuka sesuatu yang baru dalam dirinya.

Saat dia tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar ketukan pelan di jendela kamarnya. Aren terkejut dan segera duduk, mencoba melihat siapa yang ada di luar. Bayangan seseorang berdiri di sana, dan Aren dengan hati-hati membuka jendelanya.

"Maria?" Aren terkejut melihat Maria berdiri di luar jendelanya, wajahnya terlihat cemas.

"Aren, aku tidak bisa menunggu sampai besok. Aku harus memastikan kau baik-baik saja," kata Maria, suaranya penuh kekhawatiran.

Aren menghela napas dan membiarkan Maria masuk ke dalam kamarnya. Suasana terasa tegang. Maria duduk di tepi ranjang, menatap Aren dengan penuh harap. Matanya yang indah memancarkan kehangatan, namun di balik kehangatan itu, ada seberkas kegelisahan yang tak bisa disembunyikan.

Namun, perhatian Aren teralihkan sejenak. Ia memandang tubuh Maria yang terbalut dalam pakaian sehari-harinya yang sederhana, namun tetap memancarkan kecantikan alami yang memikat. Kemeja sederhana yang dikenakannya, dengan rambut yang terurai indah, membuat Maria terlihat begitu mempesona di mata Aren.

Aren merasakan wajahnya memerah. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak tersipu malu. Segera, ia mencoba mengalihkan perhatiannya, memandang ke arah jendela kamar yang tertutup tirai. Hatinya berdebar-debar, tak hanya karena keindahan Maria, tetapi juga karena perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.

"Aku baik-baik saja, Maria. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan," katanya, mencoba menenangkan Maria.

Maria duduk di tepi tempat tidur Aren, memandangnya dengan serius. "Aren, aku tahu kau kuat, tapi bertarung dengan Ash dan geng lainnya bukan hal yang bisa dianggap enteng. Kau harus berhati-hati."

Aren tersenyum tipis, merasa terharu dengan perhatian Maria. "Aku tahu, Maria. Aku hanya tidak ingin ada yang meremehkan atau mengganggu ketenanganku di sekolah."

Maria menatap Aren dalam-dalam, mencari kejujuran di matanya. "Aku hanya tidak ingin kau terluka, Aren. Aku peduli padamu."

Aren merasakan kehangatan dari kata-kata Maria. Dia menyadari bahwa di balik semua kekacauan ini, dia masih memiliki teman-teman yang peduli padanya.

Maria mengangguk, merasa sedikit lega. "Baiklah, aku akan pulang sekarang. Tapi jika kau butuh sesuatu, jangan ragu untuk menghubungiku."

Setelah Maria pergi, Aren kembali berbaring di tempat tidurnya. Dia merasa lebih tenang sekarang, dan akhirnya, matanya mulai terasa berat. Pikiran tentang pertemuannya dengan Ash, Alvin, dan Sano masih ada, tapi kini terasa lebih ringan. Aren tahu bahwa besok akan membawa tantangan baru, tapi dia siap menghadapinya dengan kekuatan dan tekad yang baru ditemukan.

Dan malam itu, di bawah langit malam Bekasi yang mendung, Aren akhirnya memejamkan kedua matanya.

"AH SIALAN!"

Aren tidak bisa tidur setelah melihat Maria mengenakan pakaian yang indah dan seksi.

Keesokan paginya, Aren menutup pintu rumahnya dan mulai berjalan menuju sekolah. Cuaca cerah, tetapi mata Aren masih menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Selama di jalan, dia terus menguap, mencoba melawan rasa kantuk yang masih tersisa.

Setibanya di sekolah, Aren langsung masuk ke kelas dan duduk di kursi belakangnya. Tak butuh waktu lama, Aren sudah tertidur di mejanya, kepalanya terbenam di lengan yang terlipat di atas meja.

Di luar kelas, Alvin berjalan menuju pintu kelas dengan niat masuk. Namun, langkahnya terhenti ketika Ash tiba-tiba muncul dan berdiri di depannya, menghalangi jalan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Alvin?" tanya Ash dengan nada datar, tapi tegas.

Alvin memandang Ash dengan penuh rasa ingin tahu. "Aku hanya ingin melihat Aren. Apa salahnya?"

Ash menggelengkan kepalanya perlahan, menatap Alvin dengan tatapan serius. "Untuk saat ini jangan ganggu dia. Kau tau jika singa yang sedang tertidur itu berbahaya, Alvin."

Alvin tertawa kecil, meremehkan peringatan Ash. "Kau terlalu berlebihan, Ash. Aren hanyalah seorang murid biasa."

Ash mendekat, suaranya rendah namun penuh peringatan. "Jangan remehkan dia, Alvin. Kau belum melihat sepenuhnya apa yang bisa dia lakukan."

Alvin terdiam sejenak, merenung. Namun, dia akhirnya mengangkat bahu dan mundur, "Ash, mungkin ini hanya perasaanku. Sejak kau bertemu dengan Aren, kau sedikit menyebalkan!"

Ash menjawab dengan senyuman sinis. "Aku siap meladenimu kapan saja jika kau mau. Alvin."

"Apakah kau takut dengan kekuatan Aren?"

Ash menatap Alvin dengan tajam. "Ini bukan soal takut atau tidak. Ini soal menghormati kekuatan seseorang. Jika kau bijak, kau akan mengerti."

Alvin mengangguk perlahan, kemudian berjalan menjauh dari kelas. Ash tetap berdiri di tempatnya, memastikan Alvin benar-benar pergi. Setelah itu, dia mengintip ke dalam kelas, melihat Aren yang masih tertidur nyenyak di mejanya.

Ash tersenyum tipis. "Aku benar-benar ingin mengalahkannya dan menyeret kedalam geng milikku sebelum orang lain memilikinya."

Dengan langkah tenang, Ash berbalik dan pergi, meninggalkan Aren yang masih tertidur di kelas. Matahari pagi yang cerah memancar di langit Bekasi, menandai awal dari hari yang mungkin penuh dengan tantangan baru.

1
Zhongwen Ji Xiang Tou Shen
seru dan semakin menantang..
Zhongwen Ji Xiang Tou Shen
cerita yg menarik..
good job..👍
Zhongwen Ji Xiang Tou Shen
menarik, jgn hiatus dlu, selesaikan cerita ini sampai tamat../Determined//Determined//Determined/
Dzkii Flame
MANTAPPP GASS TRS THOR DITUNGGU UPDATENYA! 💗
Katsumi
bang jangan Hiatus ya bang😮‍💨 lagi seru-serunya
S.E Kagami: Okie dokie
total 1 replies
mochamad ribut
lanjutkan
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
Jimmy Avolution
ayo thor
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjutkan
Jimmy Avolution
lanjut
Jimmy Avolution
ceritanya kok gk ada keluarga Thor...

Suasana dirumah bersama ortu...
S.E Kagami: Fokus ke genre kak hehe.
total 1 replies
Jimmy Avolution
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!