NovelToon NovelToon
SEKRETARIS YANG MENGGEMASKAN

SEKRETARIS YANG MENGGEMASKAN

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Wanita Karir
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Media film

Johan seorang pemuda tampan yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan, ia selalu di marahi oleh bos nya karena suka ngomong ceplas ceplos, suatu saat tumbuhlah benih-benih cinta di antara mereka, namun adik tiri dari pemilik perusahaan itu mempunyai niat jahat kepada kakak tirinya itu.

ikuti kisah romantis mereka dalam cerita yang berjudul ''sekertaris yang menggemaskan''

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Media film, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Geby kesal

Johan masih berusaha untuk menghindari kejaran sekelompok preman tersebut, Mery yang masih ketakutan ia memegang pundak Johan lalu menekannya.

‘’Ibu mau mijetin saya? Jangan sekarang Bu!’’ kata Johan.

‘’Ogah! Saya ini sedang takut, bukan mau mijetin kamu!’’ balas Mery sambil memanyunkan bibirnya.

Tak lama kemudian mereka sampai di kantor polisi, akhirnya Johan dan Mery bisa selamat. Lega sangat terasa di hati mereka untuk menghirup udara segar kembali.

‘’Gak mungkin kalau cuma mau merampok saja. Pasti ada motif lainnya!’’ ucap Johan yang masih kepikiran apa motif mereka.

‘’Udahlah Han. Yang penting kita gak kenapa-kenapa’’ sahut Mery.

‘’Bukan gitu Bu, saya yakin kalau ada orang jahat yang mau mencelakai ibu’’ balas Johan, ia teringat saat pertama berjumpa dengan Mery, menemukan perempuan itu tergeletak di pinggir jalan.

‘’Kamu terlalu menganggap serius sih,udah kita balik yuk! Aku pusing banget nih!’’ kata Mery.

Mery berjalan lebih dulu namun tiba-tiba ia terpeleset saat menuruni tangga kecil di depan kantor polisi, ‘’srakh..kedebugh’’.

‘’Aduh..!’’ Mery meringis kesakitan dan Johan langsung berlari untuk menolong bosnya yang terjatuh di lantai keramik.

‘’Hati-hati dong Bu kalau jalan! Lain kali kalau pusing gak usah lari!?’’ kata Johan sambil membantu Mery.

‘’Siapa yang lari!’’ balas Mery sambil di papah oleh Johan untuk berdiri.

‘’Ahh...’’ rintih Mery yang merasa pergelangan kakinya terkilir.

‘’Kenapa Bu?’’ Johan lalu mengecek kaki Mery, ‘’saya gendong ya Bu?’’ sambung Johan lagi.

‘’Gak mau! Malu tau dilihat orang!’’ balas Mery menolak.

‘’Ibu bisa berjalan gak? Apa perlu saya panggil mobil ambulan, palingan kita nunggu setengah jam. Kalau gitu saya pulang dulu aja. Kan ini sudah bukan jam kerja saya sebenarnya.’’ Kata Johan seenak jidatnya.

‘’Hei! Mau kemana? Jangan tinggalin aku dong! Tega amat sih kamu!’’ ucap Mery melotot.

‘’Kalau gitu ibu mau ya di gendong! Biar cepet!’’ kata Johan.

Mery berfikir sejenak, ‘’tenang Bu, ibu gak akan jatuh. Saya udah gendong ibu dua kali dan ini yang ketiga kalinya! Di jamin aman Bu!’’ kata Johan.

Tanpa banyak bicara Mery memberikan tangannya sambil mengangguk pelan, Johan tersenyum senang, ia raih tangan Mery dan menggendong perempuan itu menuju ke mobil.

‘’Perasaan kemarin beratnya gak seperti ini’’ gumam Johan lirih namun masih bisa di dengar oleh Mery.

‘’Apa kamu bilang! mulut kok kayak ember sih!’’ kata Mery melotot cemberut.

‘’Iya maaf’’ sahut Johan.

‘’Hati-hati aku gak mau jatuh’’ ucap Mery.

‘’Pegangan yang erat, tapi jangan cekik leherku kali!’’ kata Johan sambil membopong Mery.

Johan  sempet menatap wajah cantik Mery, meski kusut dan tampak lelah, tapi masih kelihatan cantik.

Johan merasa beruntung bisa menyelamatkan bosnya dari kejaran kelompok preman tersebut yang entah apa motif mereka.

*******

Johan merasa lelah setelah sampai di kosnya ia langsung melepaskan kemeja dan di sampirkan di bahunya sambil berjalan masuk.

‘’Hari ini udah kayak sinetron aja, huft..’’ ucapnya sambil menghembuskan nafas, ia teringat kejadian tadi siang saat meeting bersama tante Rindi lalu setelahnya bertemu dengan sekelompok preman.

‘’Semoga mereka kapok dan masuk penjara!’’ ucapnya pada diri sendiri.

Tiba-tiba ponselnya berdering, tangan kanannya meraih ke saku. Saat ponsel sudah ada dalam genggamannya terlihat nama orang yang memanggil di ponsel tersebut.

‘’Hah! tante Rindi? Mau apa tante ini?’’ ucapnya lirih sambil memandangi nama yang tertera di ponselnya.

Johan membiarkan saja ponselnya terus berdering tanpa mau menjawab panggilan tersebut. Berulang kali Rindi melakukan panggilan kalau di hitung mungkin sudah delapan kali panggilan tak terjawab.

‘’Ah, biarin aja. Tunggu sampai satu lusin panggilan nanti baru aku angkat!’’ ucapnya lagi sambil tersenyum sinis.

Setelah di hitung sudah sampai dua belas kali, Johan baru mengangkat panggilan tersebut walau sangat malas untuk menjawabnya.

(‘’Halo tante’’) sapa Johan sambil menguap seakan dirinya baru saja bangun dari tidur.

(‘’Maaf tan, tadi ketiduran, ada apa ya tan?’’) kata Johan.

(‘’ Han, tante tadi siang nyelipin amplop di saku kemeja kamu. buka deh amplopnya. Tante harap jangan di kembalikan ya, tante ikhlas kok meski kita gak bisa jadi klien buat proyek pembangunan cinta kita berdua.’’) sahut Rindi.

Johan hanya tersenyum mendengar ungkapan dari wanita itu.

(‘’ Padahal tante berharap sih, tapi gak papa tante bisa ketemu kau lagi itu aja sudah membuat tante sangat girang!’’) ucap Rindi.

(‘’ Tante bisa aja, aku belum membuka amplopnya tan! Aku baru pulang langsung tiduran’’) balas Johan.

(‘’ Ya udah kamu cek dulu di saku kemeja dan lanjut tidur lagi. Oh iya kalau kamu gak ada kerjaan tante mau menerima kamu jadi sekertaris tante loh, met malam!’’) kata Rindi.

(‘’Malam juga tan’’) balas Johan.

Johan menutup sambungan telefon tersebut. Ia langsung mengecek isi saku kemejanya namun ia tidak menemukan apa-apa di saku tersebut.

‘’Waduh! Jangan-jangan jatuh pas lagi sama preman tadi, atau jatuh di kantor polisi. Mungkin juga jatuh di mobilnya Bu Mery.’’ Ucapnya lirih sambil berfikir untuk mengingatnya.

Sedangkan di rumah Mery, Geby sedang mengobati pergelangan kaki kakaknya, ia pijet dengan pelan-pelan, tapi dalam hatinya Geby ingin menekan dengan kuat pergelangan kaki Mery sampai putus.

Dari sorot mata Geby itu tidak bisa bohong, mulutnya menutup mungkin menahan diri agar tidak bicara sumpah serapah yang kepinginnya Mery sirna dari hadapannya.

‘’Udah Geb, kamu juga lelah kan? Kamu istirahat aja udah malam’’ kata Mery.

‘’Tapi apa kakak udah merasa baikan?’’ tanya Geby berpura-pura baik.

‘’Sudah, kakak merasa lebih baik setelah di pijit kamu’’ balas Mery tersenyum.

‘’Yang bener kak, apa aku buka jasa pijet aja yah?’’ ucap Geby.

‘’Hah jangan dong! Udah kamu istirahat saja’’ balas Mery.

‘’Tapi aku pengin kerja kak? Kayak kakak ini loh.’’ Kata Geby.

‘’Kamu fokus aja sama kuliah, masalah kerja nanti itu gampang, sekarang kamu tidur ya’’ kata Mery.

Geby hanya mengangguk kecil, ia pun keluar dari kamar kakaknya dengan wajah yang sangat kesal dan menahan amarah.

‘’Enak banget ngomongnya! Bilang aja kalau gak mau ngajarin aku di perusahaan, biar perusahaan cuma dia yang kuasain. Kenapa dia gak mampus aja sih!’’ gerutu Geby sambil berjalan menuju ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Geby menutup pintu kamar dengan keras, sampai pembantu yang lewat kaget dengan sikap anak majikannya itu.

‘’Ya ampun, nona Geby gitu amat sih? Emangnya dia kenapa?’’ gerutu si pembantu yang tak sengaja lewat di depan kamarnya Geby.

Geby sendiri sedang emosi, dadanya naik turun rasanya ingin mengamuk saja, nafasnya kembang kempis sambil mengacak-acak rambut di depan cermin, ingin sekali ia menonjok cermin yang tidak bersalah itu.

( Apa aku tonjok aja cermin ini untuk melampiaskan kekesalanku, tapi kalau sampai tanganku berdarah! Terus sakit banget sampai harus di amputasi! Gak jadi deh! ) batin Geby lalu menarik tangannya yang hendak menghancurkan cermin itu. ia berjalan menuju tempat tidur dan meraih ponselnya.

BERSAMBUNG...

1
Media rekor Slawi
novel sangat menarik ceritanya bikin greget dan ketagihan
Media rekor Slawi
ini novel keren banget, lanjut thour semangat terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!