Elisabeth Veronica Louie adalah seorang gadis yang tingkat pemalasnya sudah mencapai tingkat akhir.
Elisa hidup dengan kekayaan dan kasih
sayang yang lebih dari cukup, karena kedua itu membuatnya menjadi gadis pemalas.
Walau Elisa pemalas dia juga mahir dalam segala hal misalnya dalam bidang olahraga dan akademik.
Otaknya cerdas tapi sayang sifatnya sangat pemalas itu julukan Elisabeth si gadis pemalas.
Karena sifatnya sangat pemalas yang sudah mencapai tingkat akut, Elisa hidupnya harus berakhir dengan mengenaskan ditabrak sebuah bus di depan campusnya.
Bukannya masuk ke surga ataupun neraka,
Elisa harus menepati sebuah tokoh antagonis di dalam sebuah novel yang direkomendasikan oleh kakaknya.
Elizabeth Annabele Britannia.
Hidup antagonis yang penuh dengan masalah baik dalam maupun diluar.
"Dasar novel sialan! Harusnya tadi aku bisa masuk surga dan malas malasan disana, bukannya masuk kedalam novel apalagi aku harus menjadi si tokoh antagonis yang penuh dengan masalah."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Tiga hari kemudian, dokter sudah memperbolehkan Xavier pulang.
Dokter menyarankan untuk pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan kakinya yang lumpuh tetapi Xavier menolaknya untuk sementara.
Organisasi mafia dan perusahaan kembali diurus oleh Arion Leonhard - ayah Jessica
dan Xavier.
Dan untuk sementara Xavier menggunakan kursi roda untuk berjalan dan aku yang bertanggung jawab atas ini jadi aku harus tinggal di rumahnya Jessica untuk merawat Xavier.
Saat dirumah sakit aku menyuruh Xavier dan keluarganya untuk segera pergi ke luar negeri untuk berobat kaki Xavier tetapi kata Xavier dan keluarganya tidak harus terburu buru untuk berobat semua butuh proses.
Yah memang butuh proses tetapi kalau kelamaan bisa bisa aku masuk ke keluarga mereka sebagai istri Xavier, kakak ipar Jessica.
Jessica juga sepertinya mendukung aku menjadi kakak iparnya, yang benar aja
harusnya Jessica menolaknya karena gak mungkin temanku memanggil aku 'kakak ipar' rasanya geli jika didengar.
"Kakak ipar...kakak ipar..."
Ah membayangkannya saja sudah merinding apalagi nyatanya bisa bisa stress aku lama lama.
Pokoknya aku harus bisa membuat Xavier mau ke luar negeri untuk berobat supaya aku bisa bebas dari nikah nikahan ini, Pikirku.
"Apa yang lo pikiran, Eliza?"tanya Jessica menatap bingung temannya yang sedang
melamun.
"Gak ada."
"Oh! bagaimana kamarnya bagus gak? Ini dekat dengan kamar gue loh!"ucap Jessica.
Kamar yang sekarang aku injak berwarna hitam putih ada beberapa warna lain yang tidak mencolok dengan ranjang king size, sepertinya ini bukan kamar tamu tapi kamar utama.
Warna cocok dengan yang aku inginkan, baiklah aku menyukainya.
"Bagus. Thanks untuk kamarnya."
"Kalau gitu aku keluar dulu, mau bantuin mommy masak. Sorry gak bisa bantu beres beres"ucapnya yang dijawab anggukan olehku.
Aku membereskan barang barangku ketempatnya, ada beberapa barang yang tidak aku ambil di apartemen yang penting barang yang aku anggap penting sudah aku ambil.
Setelah selesai aku turun untuk membantu ibu dan anak yang sedang memasak didapur.
Melihat itu aku menjadi ke ingat dengan mommy yang selalu memaksaku
membantunya memasak.
"Tante, Jess."
"Oh Eliza." Aliya tersenyum manis menatapku.
"Tante, boleh aku bantu?"tanyaku melihat bahan bahan yang sudah disiapkan
sepertinya mereka akan memasak butter garlic crab and massaman curry.
"Boleh, jika tidak merepotkan"jawab Aliya.
"Tidak kok Tante, lagian ini sudah biasa aku lakukan di rumah"ucapku.
"Oh kamu pintar masak yah? Tante jadi bangga punya menantu kayak kamu, jadi pengen cepat cepat kamu jadi istri Xavier"puji Aliya dengan senang.
Aku hanya bisa tersenyum aja menanggapi pujian yang menurutku tidak masuk akal.
Memotong beberapa bahan untuk membuat butter garlic crab dengan pengetahuanku dulu.
*****
"Huft...akhirnya selesai juga!"
Aku mengelap keringat dengan tisu karena panas dari kompor.
"Wangi banget lo masaknya"jessica melihat beberapa makanan yang dibuat
temannya terlihat sangat menggoda.
"Ada dessert yang aku buat tadi di freezer" Aku menunjuk freezer dan melepas celemek yang menyangkut ditubuhku.
"Kalau gitu aku ke atas dulu"pamitku menaik tangga setelah menanyakan kamar Xavier berada.
Tok Tok Tok
"Masuk!"
"Ada apa?"tanya pria yang duduk diatas ranjang menatap diriku yang baru membuka pintu kamarnya.
"Makan malamnya sudah siap, mau makan disini atau turun?"
"Berubah menjadi pelayan?"tanya Xavier.
"Gak, itu hanya tanggung jawab saya aja sampai anda sembuh"jawabku.
"Kalau sudah sembuh, apa yang anda akan lakukan?"tanyanya lagi seperti diinterogasi aja.
"Ya apalagi membatalkan pernikahan ini"jawabku dengan cuek tidak perduli raut
wajah Xavier berubah karena jawabannya.
"Kalau sudah terlanjut menikah?"
"Anda bisa menceraikan saya karena janji saya kepada ibu anda sampai tanggung jawab saya selesai, jadi jika anda sembuh saya bisa bebas dari pernikahan ini"jawabku lagi.
"Tapi pernikahan bukanlah mainan yang bisa ditinggalkan jika kita tidak menginginkan lagi"ujar Xavier.
"Ya, seperti yang anda bilang pernikahan memang bukan mainan tetapi jika melakukannya secara terpaksa dan tanpa cinta itu bukanlah pernikahan tetapi hanya
sekedar teman tapi ada ikatan yang mengengkan ku"jelasku dengan senyum tipis.
"Anda tidak mencintaiku?"tanya Xavier memastikan.
"Tidak, saya hanya mencintai diri saya sendiri didunia ini."
"Bawa makanannya kesini sekalian punya anda"pinta Xavier.
"Kenapa harus punya saya juga yang dibawa?"tanyaku bingung.
"Tangan saya masih sakit bukannya anda masih memiliki tanggung jawab?"
Dasar pria sialan beraninya dia menyuruhnya untuk menyuapinya, gila kali yah!
Aku turun dengan kesal memuncak di dadaku rasanya ingin melampiaskannya, tetapi dengan siapa? Biarlah dia pendam dalam hati.
"Xavier tidak turun?"tanya Arion baru turun bersama istrinya.
"Dia ingin makan dikamar."
Kok jadi seperti pelayan yah? Ah biarlah aku doakan semoga tuan muda Leonhard
cepat sembuh supaya aku bisa keluar dari rumah besar ini.
"Kalau begitu Eliza, ayo duduk kita makan bareng!"ajak Jessica.
"Maaf Jess aku harus bawa makanannya ke kamarnya"tolakku dengan halus
mengambil dua piring memasukkan makanan yang sudah aku, Jessica dan mommynya buat kedalam piring.
Aku gak tau porsi makan Xavier jadi aku menyuruh pelayan menaruh porsi makan
Xavier kedalam piringnya.
"Kenapa ambil dua piring, Eliza?"tanya Jessica bingung.
"Nanti aku makan disana"jawabku membawa nampan yang sudah aku taruh dua piring yang sudah berisi dan dua botol air putih.
"Mom aku gak paham lah"jessica masih bingung.
"Udah sana kamu makan."
Aliya tidak mau menjelaskannya tetapi dia
senang hubungan putranya dan calon menantunya menjadi lebih dekat.
*****
Aku menyuapi Xavier makan dengan pelan seperti merawat anak bayi tetapi dia
adalah bayi besar.
Sesekali memasukkan makananku kedalam mulutku setelah menyuapi Xavier makan satu sendok.
Saat memasukkannya makanan kedalam mulut Xavier, makanannya jatuh mengenai piyama Xavier.
"Maaf tuan..."
Aku membersihkan makanan dipiyama Xavier.
Xavier menghirup aroma manis dari tubuh gadisnya, aroma yang begitu memabukkan seperti bir.
Rasanya ingin memiliki dan menghirupnya untuk dirinya sendiri.
Xavier mencium beberapa helai rambut coklat, aromanya sangat manis. Benar aroma ini yang dia tunggu selama ini.
"fragrante..."gumamnya.
"Hah apa?"
Aku gak bisa mendengar jelas ucapan Xavier.
Aku mengangkat bahu acuh tidak perduli.
Disisi lain, seorang dokter takut darah menatap ngeri darah yang sekarang terkena di jas putih kebanggaannya.
Dokter itu ingin marah tetapi dia menahannya karena dokter itu masih ingat etika seorang dokter.
Dokter Vera.
Dokter Vera tidak ingin surat izin dokternya dicabut, jadi dia harus melakukannya
supaya dia bisa memamerkannya kepada para temannya kalau dia naik jabatan.
"Anak ini harus dirujuk datang ke rumah sakit yang memiliki teknologi lengkap untuk bisa melanjutkan operasi jantung"ucapnya
"Baik dok."
Ibu dan anaknya keluar dari tempat itu
meninggalkan mereka berdua tanpa mengucapkan satu kata untuk membalasnya.
***
aku pengen elize punya anak pertma cowo satu nya lagi cewe
ceritanya tidak tegang dan melow...
awalnya tegang jadi ...
tapi semangat untuk Thor....
mantap...
makin seru...
lanjutkan lagi...
grazy up