Aozora Jelitha, dikhianati oleh calon suaminya yang ternyata berselingkuh dengan adiknya sendiri. Padahal hari pernikahan mereka tinggal menunggu hari.
Sudah gagal menikah, ia juga dipaksa oleh ayah dan ibu tirinya, untuk membayar utang-utang papanya dengan menikahi pria yang koma,dan kalaupun bangun dari koma bisa dipastikan akan lumpuh. Kalau dia tidak mau, perusahaan yang merupakan peninggalan almarhum mamanya akan bangkrut. Pria itu adalah Arsenio Reymond Pratama. Ia pewaris perusahaan besar yang mengalami koma dan lumpuh karena sebuah kecelakaan.Karena pria itu koma, paman atau adik dari papanya Arsenio beserta putranya yang ternyata mantan dari Aozora, berusaha untuk mengambil alih perusahaan.Ternyata rencana mereka tidak berjalan mulus, karena tiba-tiba Aozora mengambil alih kepemimpinan untuk menggantikan Arsenio suaminya yang koma. Selama memimpin perusahaan, Aozora selalu mendapatkan bantuan, yang entah dari mana asalnya.
Siapakah sosok yang membantu Aozora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bangun
Sementara itu, di sebuah kamar tepatnya di kamar Arsen, tampak pria itu terlibat pembicaraan serius di telepon.
"Semuanya aman, Sob. Tante Amber dan istrimu lagi di perjalanan pulang," terdengar suara pria yang tidak lain adalah Niko dari ujung sana.
"Baguslah. Apa ada sesuatu yang terjadi tadi?" tanya Arsenio.
Terlihat rahang Arsenio tiba-tiba mengeras wajahnya memerah dan matanya berkilat-kilat penuh amarah. Bisa dipastikan kalau Niko, sedang menceritakan apa yang hampir saja menimpa Aozora.
"Brengsek! Jadi mama tirinya Aozora ingin melenyapkan Zora, sedangkan Om Damian ingin melenyapkan mamaku, begitu?" tanya Arsenio, memastikan.
"Iya, kira-kira memang seperti itu," sahut Niko.
"Sialan! Baiklah, terima kasih lagi untuk kali ini, Niko!" ucap Arsen, dengan napas yang memburu.
"Sama-sama, Sob! Oh ya, kamu kapan berniat menghentikan sandiwara kamu ini? Apa kamu masih penasaran kalau Hanum masih mengkhawatirkan kondisimu dan memutuskan untuk datang, baru kamu akan bangun dan berpura-pura seakan-akan kedatangannya lah yang kamu tunggu, iya?" tukas Niko, mengalihkan pembicaraan.
"Sudahlah, kamu tidak tahu apa-apa!" sahut Arsenio, ketus.
"Siapa bilang aku tidak tahu apa-apa? Aku tahu, kalau Arsen yang terkenal tampan, pintar, tegas dan ahli dalam strategi berbisnis ternyata bodoh oleh karena seorang wanita. Padahal sekarang, di sampingnya ada seorang wanita yang sangat cantik, baik dan juga pintar di sampingnya. Kalau bukan karena dia istrimu, aku akan berusaha untuk mendekatinya," ucap Niko panjang lebar.
Wajah Arsen tiba-tiba memerah, tangannya terkepal dengan kencang mendengar ucapan sahabatnya itu barusan. Kalau Niko berada di depannya sekarang, bisa dipastikan kalau sahabatnya itu pasti akan meledeknya sama seperti Daren.
"Bisa-bisanya dia sepemikiran dengan Daren. Sialan!" umpat Arsenio dalam hati.
"Sen, Arsen, kamu kenapa diam? Kamu masih hidup kan?" terdengar lagi suara Niko dari ujung sana.
"Sialan! Kamu menyumpahiku mati, hah?" bentak Arsen.
Terdengar suara tawa yang pecah dari ujung sana. "Bukan seperti itu, Sob. Kan kamu tiba-tiba diam, jadinya aku bingung kan. Atau jangan-jangan kamu lagi kesal ya, mendengar ucapanku tadi? Kamu tidak mau ya, aku mendekati Aozora?" tukas Niko, di sela-sela tawanya.
"Jangan asal bicara kamu! Aku tidak kesal.Untuk apa aku kesal?" sangkal Arsenio.
"Oh, seperti itu ya? Kalau begitu, kamu kabari aku ya, kapan kamu mau melepas Aozora. Aku akan siap menerimanya. Lagian, kamu pasti belum pernah menyentuhnya sama sekali kan?" kembali Niko menggoda.
"Kamu bisa diam nggak? Kamu sama saja dengan Daren! Brengsek kalian berdua!" umpat Arsenio sembari memutuskan panggilan secara sepihak. Bisa dipastikan kalau Niko pasti terbahak di ujung sana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ma, kenapa kita naik mobil ini? Mobil kita nanti bagaimana?" tanya Aozora setelah sekian lama terdiam di tengah rasa penasarannya.
"Tidak apa-apa, Sayang. Tadi Mama hanya merasa kalau kita akan lebih aman jika diantarkan oleh mereka. Kalau urusan mobil, nanti mama akan meminta orang untuk mengambilnya ke sini," sahut Amber memberikan alasan yang sangat bisa diterima oleh menantunya itu.
Aozora tidak memilih untuk tidak bertanya lagi,. karena alasan yang diberikan mertuanya itu memang cukup masuk akal.
Kemudian ia kembali melihat melalui jendela menyusuri sepanjang jalan yang sudah mula sepi.
"Siapa sih yang berniat mencelakaiku? Siapa yang menyuruh dua pria tadi? Apa itu Tante Dona, Dimas atau Tsania? Atau jangan-jangan Om Damian?" batin Aozora.
Wanita itu kemudian meraih ponselnya dan membuka blokiran nomor Dona. Kemudian jarinya terlihat mulai menari-nari di tombol-tombol huruf di ponselnya.
"Aku tahu kalau yang terjadi tadi pasti ulah anda nyonya Dona yamg terhormat. Sepertinya anda sudah siap ya untuk menanggung resikonya? Mari kita mulai permainan ini. Anda jual, Saya beli!" Aozora langsung mengirimkan pesan itu setelah ia selesai mengetiknya.
Tidak berselang lama, terdengar bunyi dari ponselnya pertanda ada pesan yang masuk.
"Apa maksud pesanmu ini? Aku sama sekali tidak mengerti. Emangnya apa yang terjadi padamu? Jangan hubungkan apapun yang terjadi padamu, denganku!" itulah pesan balasan dari Dona.
Aozora mengernyitkan keningnya. Antara percaya dan tidak percaya. "Kalau bukan dia siapa lagi?" batin Aozora
"Intinya kalau bukan anda, berarti putri atau menantu anda. Tidak ada lagi selain kalian bertiga. Oh, satu lagi, Om Damian. Ingat, aku bukan wanita yang lemah lagi. Jangan sampai mengusikku lagi, karena aku tidak akan tinggal diam!" Aozora kembali mengirimkan balasan. Setelah dia memastikan sudah dibaca, ia pun kembali memblokir nomor mama tirinya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mobil yang membawa Aozora dan Amber kini berhenti di depan sebuah rumah yang sangat mewah. Setelah mengucapkan terima kasih pada dua pria itu, kedua wanita berbeda usia itupun bersama-sama berjalan masuk ke dalam rumah.
"Kamu langsung ke kamar aja ya, Zor. Kamu pasti capek. Mama juga masih istirahat,". Aozora menganggukkan kepala, mengiyakan dan berjalan menaiki undakan tangga menuju kamar di mana Arsen terbaring.
Ia pun dengan perlahan membuka pintu. Seraya menutup pintu, ia memijat-mijat tengkuk lehernya yang seperti tegang dan tidak memperhatikan ke arah ranjang.
"Mas, aku pulang!" ucap Aozora, masih dengan tidak melihat ke arah ranjang.
"Kamu siapa?" Aozora terjengkit kaget sampai tas yang dia pegang terjatuh ketika mendengar suara berat dari arah ranjang.
Mata Wanita itu membesar dengan sempurna melihat sepasang mata milik Arsen yang selama ini tertutup kini tengah menatapnya.
"Ka-kamu sudah bangun?" suara Aozora terdengar terbata-bata.
Tbc
dan menjemput kebahagian masing-masing
bukan aku.
semudah itu di gertak
kalau cinta itu udah pasti di Zora.
laki-laki itu bisa menyentuh perempuan tanpa rasa yang penting puas.
yah kamu juga nya jalang Tsania.
jadi gimana enggak tergoda coba namanya laki-laki
memaki dan berteriaklah sepusamu dan gue akan bekerja dengan diam sampai membuat mulut kalian diam