Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak
Aren berjalan dengan tenang menyusuri jalan yang lengang di senja hari. Ia baru saja pulang dari sekolah, seragam SMPnya sudah kusut, dan tasnya penuh dengan buku pelajaran yang tebal. Namun, saat melewati tikungan, ia melihat sekelompok murid SMA sedang berkumpul. Mereka tampak kasar dan bermaksud tidak baik. Aren mencoba untuk menghindar, tapi sudah terlambat.
Tapi Aren melihat seorang perempuan yang dia kenal disana. Tiba-tiba kedua kelopak mata Aren menatap sinis.
"Hei, kamu! Mau kemana?" teriak salah satu dari mereka, seorang anak yang lebih tinggi dan besar dari Aren.
Aren menghentikan langkahnya dan menatap mereka dengan tenang. "Aku cuma mau pulang," jawabnya singkat.
"Anak SMP sepertimu seharusnya tahu diri, jangan sok jago di depan wanita!" Anak SMA itu menunjuk seorang gadis yang berdiri di belakang mereka, tampak cemas dan tak berdaya.
Tanpa diduga, salah satu anak SMA itu melayangkan pukulan ke arah Aren. Namun, dengan refleks yang cepat, Aren menghindar.
Aren mendecih meremehkan serangan mereka yang gagal.
Pukulan itu hanya mengenai udara kosong. Anak SMA itu semakin marah dan melancarkan serangan bertubi-tubi, tapi Aren terus mengelak dengan gesit.
"Apa hanya ini yang bisa kalian lakukan?" tantang Aren sambil tersenyum tipis. Dia tahu bahwa melawan mereka secara langsung bukanlah ide yang baik, jadi dia memilih untuk bermain defensif, mengandalkan kecepatan dan ketangkasannya.
Murid-murid SMA itu semakin frustasi. Mereka tidak menyangka bahwa seorang anak SMP bisa menghindari serangan mereka dengan mudah. Salah satu dari mereka mencoba menjatuhkan Aren dengan menendang kaki, tapi Aren melompat ke belakang dan langsung mengambil posisi bertahan lagi.
"Kenapa kalian tidak menyerah saja? Kalian tidak akan bisa mengalahkanku," kata Aren dengan suara tenang. Dia tidak berniat menyombongkan diri, tapi dia tahu bahwa dia harus menunjukkan keberanian untuk melindungi dirinya sendiri dan gadis itu.
Gadis yang dari tadi diam saja akhirnya bersuara, "Tolong hentikan!"
Namun, para murid SMA itu tidak mendengarkan. Mereka semakin marah dan melancarkan serangan yang lebih brutal.
Salah satu dari mereka mencoba meninju wajah Aren, tapi Aren menunduk dan dengan cepat menghindar ke samping. Serangan itu justru mengenai salah satu teman mereka sendiri, membuat keadaan semakin kacau.
Aren melihat celah dan segera memanfaatkan kesempatan itu. Dia berlari mendekati gadis tersebut dan menariknya menjauh dari kerumunan. "Ayo, kita pergi dari sini!" kata Aren sambil terus berlari, menggenggam tangan gadis itu erat-erat.
Murid-murid SMA itu mencoba mengejar, tapi mereka terlalu lambat. Aren dan gadis itu berhasil melarikan diri dan masuk ke dalam gang sempit yang hanya bisa dilalui pejalan kaki. Setelah merasa cukup jauh dari bahaya, mereka berhenti untuk mengatur napas.
"Maaf Aren, aku selalu merepotkanmu, meskipun begitu kamu selalu menyelamatkanku," kata gadis itu dengan suara yang masih gemetar.
"Tidak apa-apa maria," jawabnya sambil tersenyum.
Mereka berdua duduk di pinggir jalan, menunggu sampai benar-benar aman untuk pulang. Aren merasakan adrenalin yang masih mengalir di tubuhnya, tapi dia lega karena berhasil menyelamatkan Maria tanpa terjadi hal yang lebih buruk. Dia tahu bahwa ini bukan akhir dari masalahnya dengan murid-murid SMA itu, tapi setidaknya untuk saat ini, mereka berdua aman.
Kemudian, Maria dan Aren duduk sejenak di pinggir jalan yang sepi, mengatur napas setelah insiden menegangkan barusan. Maria memandang Aren dengan rasa syukur yang mendalam.
"Aren, terima kasih banyak. Kamu selalu datang tepat waktu untuk menyelamatkanku. Aku merasa beruntung mengenalmu," kata Maria dengan suara yang lembut, matanya berbinar.
Aren hanya tersenyum malu-malu. "Tidak apa-apa, Maria. Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar."
Maria tersenyum kembali, merasa terkesan dengan kerendahan hati Aren. "Kamu masih SMP, tapi sikapmu sangat dewasa. Kamu sangat sopan dan berani."
Aren mengangguk pelan. "Aku hanya tidak suka melihat orang yang lemah ditindas, apalagi jika itu adalah seorang teman."
Maria merasa terharu mendengar kata-kata itu. "Aren, setelah lulus SMP, apakah kau ingin masuk ke SMA Bekasi?" tanyanya dengan penuh harap.
Aren berpikir sejenak sebelum menjawab. "Aku belum memikirkan hal itu, tapi jika aku masuk ke SMA Bekasi, mungkin Maria bakalan jadi kakak kelasku dong?" ujarnya sambil tersenyum.
Maria tertawa kecil. "Aku akan sangat senang jika itu terjadi."
"Maria, aku sangat menantikan kehidupan di SMA nanti." Ucap Aren menampilkan wajah ceria.
Setelah itu, mereka berdua memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Mereka berjalan berdampingan sampai tiba di persimpangan jalan, di mana mereka harus berpisah.
"Jaga dirimu baik-baik, Maria," kata Aren sebelum berpisah.
"Kamu juga, Aren. Sampai jumpa lagi," jawab Maria dengan senyum manis di wajahnya.
...Aku pikir warna SMA itu menyenangkan.....
...Ternyata sangat membosankan....
Hari itu langit di atas SMA Bekasi begitu cerah, awan putih menggantung di langit biru. Aren berbaring di atas atap sekolah, tempat favoritnya untuk merenung. Sinar matahari menerpa wajahnya yang kini terlihat lebih dewasa. Waktu telah berlalu sejak pertemuan pertama kali dengan Maria, dan kini dia telah menjadi siswa SMA Bekasi.
Namun, hidup di SMA tidak seperti yang dia bayangkan. Setiap hari hanya dipenuhi dengan keributan, perselisihan antar geng, dan drama yang seolah tak ada habisnya. Semua itu membuatnya merasa bosan dan lelah.
"Apa sebenarnya tujuan dari semua ini?" pikir Aren dalam hati, memandang langit yang luas. Dia merindukan masa-masa SMP yang lebih sederhana, meskipun penuh tantangan. Dulu, setiap harinya diisi dengan pelajaran dan petualangan bersama teman-temannya.
Tiba-tiba suara pintu atap yang berderit mengalihkan perhatiannya. Maria muncul dari balik pintu, membawa dua kaleng minuman dingin. "Hei, kamu masih di sini?" sapa Maria sambil tersenyum.
Aren tersenyum melihatnya. "Hei, Maria. Sepertinya kamu selalu tahu di mana harus mencariku."
Maria duduk di sampingnya dan memberikan satu kaleng minuman. "Kamu selalu suka bersembunyi di sini, sih. Apa yang sedang kamu pikirkan?"
Aren membuka kaleng minumannya dan menghela napas. "Hidup di SMA ini tidak seperti yang aku bayangkan. Rasanya begitu membosankan dengan semua keributan dan masalah setiap hari."
Maria mengangguk, seolah memahami perasaan Aren. "Memang, SMA bisa jadi sangat melelahkan. Tapi, bukankah kamu pernah bilang kepadaku dulu saat kamu ingin menantikan kehidupan di SMA?"
Aren tersenyum samar. "Ya, aku memang pernah bilang begitu. Tapi kadang rasanya sulit untuk tetap semangat di tengah semua ini."
Maria menatapnya dengan lembut. "Aren, kamu selalu punya semangat yang luar biasa. Jangan biarkan keributan ini membuatmu menyerah. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membuat perubahan, sekecil apapun itu."
Aren merenung sejenak. Kata-kata Maria mengingatkannya pada semangatnya dulu, saat dia selalu berusaha melindungi dan membantu orang lain. "Kamu benar, Maria. Mungkin aku perlu mencari cara untuk membuat perbedaan, meskipun hanya sedikit."
Maria tersenyum lebar. "Itu dia semangat yang aku kenal. Ayo, kita mulai dengan hal-hal kecil. Siapa tahu, kita bisa membawa perubahan yang lebih besar."
Aren merasa semangatnya kembali bangkit. Bersama Maria, dia tahu bahwa dia tidak sendirian. Meski SMA Bekasi penuh dengan tantangan, dia siap menghadapi semuanya dengan tekad baru. Bersama mereka bisa membuat perubahan, satu langkah kecil demi satu langkah kecil. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, mereka bisa membuat sekolah ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semua orang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Scorpion's Caesar
lumayan bagus thor, yg kurang cuman promosi aja.
wkwk
2024-07-21
2
Jimmy Avolution
hadir
2024-06-06
0
Cowok Rese
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-06-04
0