Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 19
Dominic pamit ke bar, yah, lelaki itu sedang mengalami penolakan berulang. Wanita Jawa yang dicintainya belum mau menerima cinta seorang Dominic.
Seperti biasanya, pria Belanda itu berlari ke bar saat sudah buntu. Padahal, Sky sudah sering kali menegur agar mencari wanita lain saja, Dominic pasti bisa.
Sky jadi harus menyetir sendiri sampai rumah karena sopir sekaligus komisaris sekaligus asisten sekaligus wali sekaligus besti satu- satunya tersebut memilih mabuk ke bar.
Tiba di mansion keluarga Rain, gerbang besar itu terbuka otomatis. Mobil sport Sky bergerak memasuki pekarangan luas milik Rega Putra Rain sang ayah.
Lumayan berjarak titik gerbang dengan area rumah tersebut, dan Sky perlu memandang ke atas untuk bisa melihat seseorang yang berdiri di depan pintu masuk utama mansion.
Bangunannya dibuat klasik, tapi modern, ada dua tangga kembar di kanan dan kiri beranda yang perlu dinaiki sebelum menemui pintu masuk utama mansion keluarga Rain.
Cukup lama Sky berdiam diri di kursi kemudi dalam keadaan meremas setir. Agaknya, sang Papi tengah berencana mengusirnya.
Sudah banyak koper besar di depan. Ada satu keponakan rese juga berdiri di sana. Jelas ini konspirasi demi menjatuhkan kekuasaannya.
Sky keluar dari mobil, dia setengah berlari menaiki tangga hingga berhenti langkah tepat di depan sang Papi yang berdiri dengan dua tangan yang membawa tongkat besinya.
"Apa ini?" Sky menatap koper koper miliknya satu persatu. Sepertinya memang sudah diisi barang dan baju miliknya.
"Pencopotan gelar pangeran." Langit, pemuda 24 tahun itu memamerkan deretan gigi putih.
"Taram!" Langit menunjuk dirinya sendiri dengan dua jempolnya. "Pangeran yang sesungguhnya datang! Tetetetet teteeeettt. Langit Anggora Bakhtiar."
Sky terkekeh meremehkan. "Kau mau menjadi pemimpin X-meria group, hmm? ... Betulkan dulu cara kencing mu," sarkasnya.
Langit tertawa. "Gini- gini Langit sudah punya sertifikat mengendalikan pesawat!"
"Mengendalikan perusahaan besar tidak semudah itu, Bocil!" sergah Sky.
"Opa!" Langit melirik Papi Rega yang sepertinya memang masih pro pada Langit karena Sky belum mau menuruti permintaan yang kemarin, yaitu melahirkan cucu lelaki.
Rega menyorongkan satu koper. "Selamat menjalani kehidupan gembel. Bawa itu, masa jabatan mu selesai!" putusnya.
Sky menghela napas. "Sky rasa Papi perlu mengurangi memanjakan bungsunya Bang Esa yang cengeng ini!"
Tangannya menunjuk lurus bahkan mengenai lubang hidung Langit yang bersin. "Mau dibawa ke mana X-meria group kalau pemimpinnya modelan Jamet begini!"
"Heh, ... the next Tuan Takur!" Langit tak terima, sialan, dia bahkan setampan itu, banyak wanita yang sudah pernah dia kencani, dan Sky mengejeknya, jamet!
"Jaga bicara Anda!"
Sky bicara serius pada Rega. "Lala sudah siap dinikahi, Papi siapkan saja lamarannya."
"Ehm!" Informasi itu membuat Papi Rega bersikap seolah tak acuh padahal bahagia.
Sky menatap keponakannya. Dulu, anak tampan ini yang dia beri eskrim dan mainan, sekarang lihat, kencing saja masih belum betul tapi sok bergaya ingin menggantikan duduk di kursi kepemimpinannya.
"Pulang, ... Perusahaan Papi mu sendiri sedang butuh Kang poto keliling!" ejeknya, lalu ngeluyur masuk.
"Hayss!" Langit ingin menggigit cuping telinga pamannya, tapi Rega mencegah. "Sudah!"
Sky melirik sebelum benar benar masuk ke pintu utama. "Lihat, tantrum-nya anak kecil."
"Jangan panggil Langit anak kecil Paman!"
"Sopan, Langit!" Rega mencegah cucu dari putri pertamanya. "Dia, your Uncle!"
"Tapi omongannya ngeselin! ... Masa Langit dibilang jamet! ... Nggak nyadar apa, padahal Uncle lebih jamet, ... tua lagi!"
Rega mengerut kening. "Oh, terus Opa kau anggap apa kalo, Uncle Sky kau bilang tua?!"
"Mumi Fir'aun." Langit berlari saat Rega mengayunkan tongkat besinya.
"Cucu durhaka, ... pulang ke tempat Esa, kamu!" usirnya.
...▪️◻️🔳🔲🔲🔳◻️▪️...
Di kamar yang cukup luas. Sky menjatuhkan ponselnya di atas ranjang, melepas kemeja lalu dibuang ke lubang kecil yang langsung menyedot pakaian kotornya, dia juga melucuti celana dan dilempar ke arah yang sama.
Ia memasuki kamar mandi dengan hanya mengenakan CD saja. Sebelum mandi, dia sempatkan untuk bercermin.
Bibirnya melebar, dia sedang belajar tersenyum yang manis sebelum resepsi pernikahan nanti.
Sejenak, Sky pandangi tubuh kekarnya, dia membayangkan Lala meraba bagian- bagian yang selama ini hampa sentuhan.
Namun, otak korsleting miliknya harus segera disiram air hangat agar luruh bersama dengan busa sabun yang berlubang.
Sky kembali keluar setelah selesai membersihkan diri. Handuk masih di pinggang, dia meraih pakaian tidur dari lemari yang berderet di ruang ganti.
Ranjang adalah tempat yang kemudian Sky datangi setelah itu. Ponselnya berkedip warna hijau, yang itu berarti ada sesuatu informasi dari chip yang tertanam di cincin kekasihnya.
...▪️◻️🔳🔲🔲🔳◻️▪️...
Sementara di lain tempat, Lala sudah hampir tertidur, ponselnya berdering dan saat dilirik, kontak bertulis PAK BOMES tertampil di layar.
Sudah dibiarkan hingga mati, tapi bukan Sky Rain jika tidak memanggil ulang sebelum dia angkat teleponnya. Lala mendengus sambil bergumam, karena memang sudah lumayan kantuk.
"Dengan Lala Karmela di sini." Seperti biasanya, Lala bicara sesuai SOP X-meria.
📞 "Kamu lepas cincin mu?" Suara yang membuat Lala lekas memandang tangan yang reflek terangkat.
"Hah?"
Rupanya Lala lupa memakai cincinnya kembali setelah beberapa saat lalu sempat melepasnya di kamar mandi.
📞 "Pakai lagi cincinnya!" Lala menyingkirkan selimutnya, ia berlari keluar kamar untuk mendatangi kamar mandinya di belakang.
Jangan sampai hilang, kedua Abangnya sering pulang ke rumah tiba- tiba. Bisa raib kalau benda mahal itu sampai diketemukan salah satu dari mereka.
Syukurlah masih ada. Segera Lala sematkan kembali cincin dari Sky di jari manisnya.
📞 "Begitu kan, cantik."
Lala tak menyahut, justru menoleh ke kanan dan kiri memastikan tak ada siapa pun yang melihatnya. "Pak Sky pasang cctv di kamar saya?"
📞 "Tidak..."
"Kok bisa tahu saya pake CD apa?"
📞 "Tahu lah, kacamata ku tembus pandang."
"A-apa?!" Lala melotot, sekilas dia berpikir, apakah mungkin Sky membeli kacamata seperti itu untuk memuaskan otak mesum- nya. Tapi, tidak mungkin rasanya.
📞 "Besok aku jemput, kamu sudah harus siap sebelum aku datang."
Lala berjalan kembali ke kamar. "Iya, ... Itu berarti, saya harus cepat tidur kan?"
📞 "Belum!"
"Apa lagi?"
📞 "Mendesah dulu..."
Lala memutar bola matanya, lalu menarik selimut dan berbaring. "Bisa nggak, Pak Sky tuh nggak usah mesum?"
📞 "Nggak bisa! ... Ini normal, ... Sekarang mendesah. Cepat!"
Alih- alih mendesah seksi nan resah, Lala justru berteriak seperti Tarzan. "Auuuuoooo!"
📞 "Stagaaa!" Sky terdengar malas. Bisa Lala bayangkan bagaimana raut menyebalkan seorang Sky saat ini.
"Sampai kapan akting jadi pacarnya?" Lala belum percaya kalau, Sky melamarnya karena mencintai, makanya bertanya demikian.
📞 "Sampai kita nikah, ... Setidaknya setelah itu kau sudah harus bersikap normal sebagaimana seorang istri."
Lala mendengus. Sungguh, dia belum percaya dengan, Sky. "Pernikahan macam apa yang tidak didasari rasa kagum dan cinta?"
📞 "Kau tidak cinta bukan berarti aku begitu!"
Dengar, sekarang Sky bersikap seolah dia orang yang serius. Padahal jelas- jelas, Lala mendengar saat Sky mengatakan Lala tidak secantik Leona. Lala masih skeptis dengan perasaan duda tampan, yang meresahkan itu.
📞 "Tunggu sampai minggu depan, Papi Rega yang akan datangi rumah mu."
Lala diam saja. Dia masih belum bisa menerima, Sky sejujurnya. 📞 "Apa lagi?"
Lamunan Lala terburai seketika suara Sky kembali terdengar. "Ya sudahlah, ... Mungkin sudah nasib ku menikah dengan Boss."
📞 "Bilang kau sangat beruntung." Sky juga memperdengarkan decaknya.
"Aku sangat beruntung."
📞 "Gajimu naik, Sayang."
Lala ingin tak tersipu, tapi entah kenapa dia tersenyum- senyum dengan kondisi pipi yang kian merona merah mendengar sebutan Sayang dari Sky.
"Sekarang, boleh saya tidur?" tanyanya.
📞 "Cium dulu, baru boleh."
...🫰 menuju 20 bab tolong baca tiap Pasha update yaaa ketttayangan 💋🫂...