NovelToon NovelToon
Melawan Kematian

Melawan Kematian

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fukano Jr

Seorang pemuda bernama Riu Zin, yang dipenuhi ambisi dan keinginan yang membara untuk mencapai kekuatan yang luar biasa, sehingga ia bersedia untuk melawan bahkan kematiannya sendiri.

Meskipun menghadapi tantangan yang tampak tidak mungkin, seperti melawan Surga yang bagi manusia adalah suatu kemustahilan, namun demi kekuatan yang diimpikannya, ia rela menghadapi segala risiko, bahkan kematian pun sudah menjadi bagian dari kesiapan dan tekadnya. Dengan tekad yang teguh dan semangat yang membara, pemuda ini siap menghadapi segala rintangan dan tantangan, mengejar impian dan ambisinya dengan penuh determinasi dan keberanian yang luar biasa.

Ini bukan tentang mencari kesempurnaan,cerita ini tentang mencari Mati! Ambisi dari seorang Pemuda yang merasa tertantang dan mengikuti seseorang yang menurutnya bisa di andalkan.


Mari baca cerita Pertama ku ya

[ Karya asli]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fukano Jr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Pertarungan Hidup dan Mati !! Tentang kecepatan Kekuatan

Dari jarak tersembunyi tiga ratus meter dari lawannya, Riu Zin tetap memperhatikan mereka dengan mata yang tajam, berdiri di balik pohon yang menutupi kehadirannya.

Riu Zin sudah merencanakan sesuatu dari balik pepohonan berniat untuk menjebak mereka dengan taktiknya.

Ekspresi wajahnya tegang, matanya bersinar penuh determinasi. Dalam diam, ia merenung dengan penuh kekesalan yang terpancar jelas dari gerakan bibirnya yang menegang.

"Pasti si Kamal yang memerintahkan mereka untuk membunuhku," desis Riu Zin dengan suara rendah namun penuh amarah. Wajahnya yang tegang mencerminkan keteguhan hatinya yang tak tergoyahkan. "Kalau dia yang akan mengakhiri nyawaku, itu tidak masalah, tapi tidak dengan sampah seperti mereka."

Sekejap mata Riu Zin mengabaikan keberadaan Xing Haji,seketika itu juga, Xing Haji tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Bayangan Xing Haji lenyap begitu saja, meninggalkan hanya Lue Mindi yang terlihat di hadapannya.

Saat Xing Haji menghilang, Riu Zin merasakan kebingungan dan keheranan yang melintas cepat di wajahnya. Ekspresi heran dan sedikit kekaguman terpancar dari matanya yang mencoba mencari keberadaan lawannya yang tiba-tiba lenyap. Hal ini menegaskan bahwa kemampuan Xing Haji tidak bisa dianggap enteng oleh Riu Zin.

" Zuzz" 

Dari samping terdengar suara sambaran petir yang cepat, "Kena kau!" Riu Zin dengan refleks yang cepat menangkis serangan tersebut hanya dengan satu tangan yang memegang pedangnya.

Pertarungan berlanjut, gerakan mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan kecepatan yang luar biasa. "Ting" "Ting" bunyi dentuman pedang dan percikan api serta listrik menyala di dalam kegelapan hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Lue Mindi terlihat penasaran, mencoba menghitung berapa banyak serangan yang saling terjadi antara Riu Zin dan Xing Haji dalam hitungan detik yang singkat. Ribuan kali gerakan pedang mereka saling beradu dengan kecepatan yang sulit terlihat dalam beberapa detik singkat itu.

"Aku tidak bisa melihatnya ini terlalu cepat Senior Xing Haji bahkan kecepatannya tidak bisa melebihi orang itu," Matanya terus memantau gerakan cepat di antara Riu Zin dan Xing Haji, mencoba memahami dan mengikuti setiap serangan yang terjadi dengan kecepatan yang sulit diprediksi.

Xing Haji berhasil menekan tangan Riu Zin dan menghempaskan ke atas, sementara pedangnya siap menikam ke dada Riu Zin. "Suk!" tusukan pedang berhasil menembus dada Riu Zin.

 

"Boom!"

Ditekan ke tanah dengan ledakan kuat dari sambaran petir, Xing Haji tersenyum sinis, ekspresi kepuasan terpancar dari wajahnya. "Kau tidak seperti yang kupikirkan."

Riu Zin merasakan tusukan pedang yang menusuk dalam jantungnya, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan merayapi setiap serat tubuhnya. Dengan ekspresi wajah yang terkoyak oleh rasa nyeri, matanya memancarkan kebingungan dan keputusasaan yang mendalam.

Saat tubuhnya jatuh ke tanah dengan gemetar, Riu Zin merasakan dunianya berputar dalam kegelapan yang menyelimuti pikirannya. Ekspresi kekecewaan dan kelemahan mencuat jelas dari wajahnya yang pucat. Seolah-olah segala kekuatan dan kepercayaan dirinya telah lenyap dalam sekejap.

Tubuh Riu Zin mulai menyusut, seharusnya menjadi debu, namun ia berubah menjadi api yang mulai membakar area sekitar hutan. Mata Xing Haji yang menatap sinis langsung berubah total mulutnya menganga kecil tidak percaya"Apa, aku ditipu, tapi sejak kapan?"

Xing Haji menoleh ke belakang dan melihat Riu Zin yang kini hampir menyerang Lue Mindi dengan pedangnya.

Dengan napas yang terengah-engah, Lue Mindi merasakan kekakuan yang melumpuhkan tubuhnya, membuatnya tidak mampu untuk bergerak.

Matanya yang penuh dengan kepanikan memperhatikan Riu Zin yang berdiri di depannya dengan senjata mematikan yang siap menikamnya.

Tangannya yang mencoba meraih senjata untuk membela diri terasa terikat oleh kekuatan yang tak terlihat, membuatnya terdiam dalam ketakutan yang melanda.

Riu Zin, dengan ekspresi dingin dan tajam, menatap Lue Mindi dengan penuh penentuan. Gerakan mulutnya yang terbuka sedikit mengungkapkan senyum sinis yang menusuk jiwa.

Matanya yang tajam seperti elang memancarkan kekuatan yang menakutkan, sementara tubuhnya yang tegap menunjukkan kekuatan yang tak terbantahkan.

Dalam sekejap, pedang Riu Zin yang beraura api membara sudah berada dalam jarak satu senti dari perut Lue Mindi. Ekspresi wajahnya yang pucat mencerminkan ketakutan yang mendalam, sementara gerakan mulutnya yang terbuka mencoba mengeluarkan suara yang terhenti di tenggorokannya. Dalam keheningan yang mencekam, Lue Mindi merasakan detik-detik terakhirnya menjelang datangnya kehancuran.

Dengan gerakan yang lambat namun pasti, Riu Zin mulai mendorong pedangnya menuju tubuh Lue Mindi. Kilatan api yang membara dari pedang itu menyala dengan ganasnya, menambah ketakutan yang melumpuhkan. " M*MPUS Kau jal*Ng SIALAN"

"Teknik Iblis Petir, gerakan melangkah langit," mantra itu diucapkan Xing Haji dengan penuh kekhusyukan, dan dalam sekejap kecepatannya meningkat secara drastis.

Dalam kecepatan kilat, pedang Riu Zin yang seharusnya akan menusuk perut Lue Mindi dalam jarak satu centi, tidak mampu menyelesaikan gerakannya. Tiba-tiba, kehadiran Xing Haji dari belakang dalam jarak tiga ratus meter menghentikan segalanya.

Dengan gerakan yang begitu cepat sehingga bahkan detik pun tak mampu menjangkaunya, Xing Haji menendang Riu Zin dengan kekuatan yang luar biasa, membuatnya terpental beberapa langkah ke belakang.

Setelah terpental oleh tendangan Xing Haji, Riu Zin segera bangkit kembali, siap menghadapi serangan berikutnya. Xing Haji melancarkan serangannya dengan beberapa pukulan tangan kosong yang mematikan, dilanjutkan dengan tendangan kaki yang berhasil menekan dadanya.

Riu Zin dengan gesitnya mengelak dan melompat kembali ke arah Lue Mindi yang kembali terkejut, tidak ingin Lue Mindi terluka Xing Haji mengeluarkan salah satu teknik nya.

Riu Zin tersenyum sinis " Kau harus mati,kematian anggota kami yang kau habisi akan dibayar dengan darahmu " Kata Riu Zin dengan suara serak. Sepertinya Lue Mindi akan terus diincar.

Saat Riu Zin hampir mendarat untuk melancarkan serangannya, Xing Haji mengucapkan, "Gerakan Seribu Tebasan Petir," dan dengan satu ayunan pedangnya yang begitu cepat, bayangan gerakan itu bahkan tidak bisa ditangkap oleh mata yang terlatih sekalipun.

Riu Zin merasakan detik-detik tegang yang menggelayut di sekelilingnya saat ia memutar tubuhnya dengan cepat. Matanya yang tajam memperlihatkan keputusan sulit yang harus diambil, dan ekspresi wajahnya mencerminkan keberanian dan keputusan yang kuat.

Dengan gerakan yang tegas, Riu Zin menekan tangannya ke tanah dengan kekuatan yang mengguncang sekitarnya. Aura api mulai memancar dari tubuhnya, membentuk pola yang gagah dan mempesona di udara.

Ketika tembok api mulai terbentuk di depannya, wajahnya dipenuhi dengan kekuatan dan keberanian. Matanya bersinar terang, mencerminkan tekad yang bulat untuk melindungi dirinya dan melawan serangan musuh.

Dengan satu gerakan tangan yang mantap, Riu Zin mengeluarkan teknik perisai nya"Tembok Api Membendung Badai." Ekspresi wajahnya penuh dengan determinasi yang membara, siap untuk menghadapi badai yang mengancamnya. 

Dalam sekejap, tembok api menjulang tinggi di depannya. Teknik  Tembok Api membendung Badai memiliki daya tahan hingga bisa menahan empat gunung.

Detik berikutnya, Tembok Api yang kokoh mulai retak akibat serangan Xing Haji. Bentuk sayatan yang tak terhitung jumlahnya terlihat pada tembok itu, mencerminkan kekuatan dahsyat dari serangan musuh.

Riu Zin, yang berdiri di depan tembok retak, merasakan dampak serangan tersebut dengan jelas. Sayatan-sayatan dalam jumlah besar terlihat di kaki, seluruh tangan, perut, bahkan di pipinya. Meski wajahnya tetap tegar, Riu Zin menaikkan alisnya sedikit, " Oh,jadi ini salah satu teknik dengan sebagian kecil kekuatan ilahi,pantas saja perisai ini tidak bisa menahannya,tau begitu sebaiknya biarkan tubuhku saja yang menahannya langsung"  menyadari bahwa kekuatan Prisai nya tidak sebanding dengan serangan yang menimpa. 

Serangan mematikan Xing Haji tidak hanya berhenti pada Riu Zin. Tebasan yang dilancarkan meluas ke belakang tanpa henti, bahkan setelah mengenai Riu Zin. 

Sayatan-sayatan itu terus menyambung ke belakang, memotong setiap mayat anggota sekte yang bergelantungan di sekitar. Mereka terbelah menjadi banyak bagian karena fondasi tubuh mereka tidak sekuat Riu Zin, yang kultivasinya telah mencapai tingkat yang jauh di atas.

Tebasan yang brutal itu seharusnya, Lue Mindi yang terdiam terpaku dibelakangnya harusnya mendapat tebasan itu juga.

Riu Zin menoleh ke belakang, mengharapkan melihat Lue Mindi berada di baliknya, namun yang ditemuinya hanyalah kekosongan. Ekspresi kebingungan dan keheranan terpancar jelas dari wajahnya yang tegar. Matanya yang tajam memperlihatkan kebingungan mendalam, seolah-olah mencari jawaban dari kepergian cepat Lue Mindi.

"Diluar prediksi ku,terlalu cepat" desis Riu Zin pelan, suaranya penuh dengan keheranan dan sedikit kekecewaan. Dia merasa tertinggal dalam kejadian yang melanda, tidak mampu memprediksi aksi cepat musuhnya.

1
Lumine
keren.../Good/

/Rose//Rose/+/Coffee/ untukmu thor...
Uciha Kumar: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Lumine
Karyamu mantav bang../Good//Good//Good/
kukasih kopi /Coffee/ /Ok/
Uciha Kumar: Terima kasih dukungan nya 😁🙏
total 1 replies
Lukalama
tulisanmu rapi sekali Thor.../Good/
/Rose//Rose/meluncur....
Uciha Kumar: Makasih kak Luka sudah mampir 😁🙏
total 1 replies
arfan
terus semangat bos
Uciha Kumar: Ok Siap👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!