Diperebutkan oleh beberapa pria merupakan suatu hal sangat menjengkelkan bagi seorang perempuan . Aleya merupakan wanita cantik yang populer dikalangan banyak pria. Namun ia hanya mencintai satu pria yang belum tentu juga pria itu menyukainya. Apakah Aleya akan mendapatkan feedback dari pria yang dicintainya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BLUEW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
"Aku memang tidak tahu seberapa terkenalnya aku. Tapi aku akui bahwa aku 'cukup sangat terkenal' dalam kategori 'memuaskan'. Aku sudah memenangkan berbagai penghargaan dan diakui sebagai most wantes seperti yang pernah ibumu katakan. Apa kau tidak menyimak perkataannya saat itu?"
Aleya nampak terkejut dan sangat takjub dengan pemberitaan tersebut. Aleya sendiri berpikir bahwa ibunya saat itu mengatakan segala pujian semacam itu hanya untuk menjunjung tingi calon pilihannya.
Namun pada kenyataannya ternyata semua itu bukanlah omong kosong dan benar-benar nyata?
Aleya menyadarkan kembali logikanya hingga beberapa kali. Berpikir ulang segala kemungkinannya. Dan menyambungkan segala situasi yang memang mendukung ucapan Arivin barusan.
"Karena itu baru hanya radius berapa meter saja, semua penggemarmu itu bisa mengenalimu? Bahkan mereka tidak hanya berjumlah satu atau dua tapi juga puluhan?"
Aleya kembali mengingat situasi genting yang baru saja terjadi. Ia kemudian menatap Arivin kembali ketika ia menyadari sesuatu yang sangat penting.
"Dan apa kau lupa bagaimana kemungkinan tersebut bisa terjadi? Hingga kau tetap memaksaku untuk datang kemari? Kau bercanda dan ingin mengajakku ribut?" ucap Aleya yang kini malah tersulut amarah.
Arivin langsung dibuat panik.
"Aku sama sekali tidak bercanda dan aku serius mengajakmu kemari," ucap Arivin meyakinkan diri.
Aleya sama sekali tidak ingin menerimanya begitu saja.
"Kau masih bisa sebut hal itu sebagai sebuah keseriusan? Bagaimana jika kita dikenali dan sebuah berita skandal hingga topik utama membicarakan kita? Kau ingin bertanggung jawab tentang masalah tersebut?" ucap Aleya sembari melotot dengan tajam dan membesar.
Tindakan marahnya tersebut sama sekali tidak membuat Arivin merasa kecil hati atau takut. Arivin justru membela dirinya.
"Aku 'kan tidak pernah berpikir akan sampai terjadi hal yang mengejutkan seperti tadi," ucap Arivin lirih.
Tingkah pria itu kini seperti anak anjing yang kehilangan induknya. Aleya hanya menatapnya tanpa berkedip.
"Kau sekarang sedang mencoba untuk minta dikasihani?" ucap Aleya.
Ia tahu sedikit bahwa pria ini adalah seorang aktor. Entah mungkin hanya dalam satu scene atau benar-benar seorang aktor yang pernah memainkan sebuah peran dalam berbagai macam drama atau film. Namun akting meratapinya cukup mengundang simpatik.
Namun perlukah Aleya memberikan simpatik yang pria ini inginkan?
Maaf!
Aleya sama sekali tidak ingin merasa iba dan justru malah ingin semakin memojokkannya. Namun sebelum ia berkata-kata terlebih dulu. Arivin sudah melanjutkan ratapannysa.
"Aku hanya tidak menduga bahwa situasinya akan menjadi serunyam ini. Apa kau tidak bisa melihat usahaku yang berusaha menutupi diriku dengan sangat rapat?" belas Arivin.
Aleya kembali mengamati dengan sangat serius bagaimana luar biasanya penyamaran yang dilakukan oleh Arivin. Apa yang dia ucapkan cukup benar. Namun dimana sekarang letak kesalahannya?
Aleya kemudian bertanya kembali tentang sesuatu hal yang lain.
"Jadi, apa mereka sudah benar-benar pergi?" tanya Aleya sembari mencoba menyuruh Arivin untuk mengecek keadaan di luar.
Bilik sempit ini membuat perasaannya semakin tidak menentu dan kesal. Jika saat ini dia lebih menggunakan emosinal dan logikanya, Aleya pasti menganggap semua ini semacam penghinaan. Karena selama ini, Aleya tidak pernah mendapat perlakuan semacam ini.
Perasaan semacam direndahkan dan diangap angin lalu seolah menghantuinya.
Namun bila ia berpikir secara nalar dan juga melihat situasi yang terjadi secara lebih serius menggunakan pikirannya yang terbuka. Agaknya Aleya bisa mentolerir perlakuan ini walaupun dengan berat hati.
Arivin yang dimintai mengecek keadaan pun langsung membuka pintu bilik secara perlahan untuk mengintip keadaan di luar. Sebelum Arivin berani berbicara, Arivin sudah memastikan bahwa para pengikutnya telah pergi menjauh dan tidak menyadari bahwa keberadaan mereka ternyata berada di salah satu bilik ini.
"Aku rasa keadaan sekarang sudah aman. Apa kau ingin keluar lebih dulu? Atau aku?" tanya Arivin memberikan pernawaran.
Aleya sudah berteriak.
"Tentu saja kau! Cepat sana! Mengganggu saja! Kau tidak tahu tempat ini begitu sempit!?" teriak Aleya kesal yang langsung membuat Arivin buru-buru keluar dari bilik photobox dan memeriksa keadaan sekitarnya sekali lagi.
Mereka beruntung karena saat ini mereka berada di lokasi yang kurang mendapatkan perhatian yang banyak dari para pengunjung karena hanya terdapat sedikit permainan yang bisa dimainkan di sekitar tempat mereka.
Aleya sudah sibuk membersihkan dirinya dari debu yang mungkin saja menempel ketika ia bersentuhan dengan pria yang tidak ia inginkan hingga berada di tempat yang tidak ia ketahui bagaimana kebersihannya.
Arivin menatap tingkah Aleya tersebut dengan tatapan tidak berdaya kemudian berkata.
"Kau pikir aku ini kuman?" tanya Arivin yang merasa yakin Aleya sengaja melakukan semua tindakannya barusan untuk menunjukkan bagaimana ia begitu tidak ingin bersentuhan dengannya.
Padahal ada banyak wanita di luar sana yang begitu haus akan sentuhannya? Sehingga mereka melakukan pengejaran semacam itu?
Aleya tidak nampak mempedulikan.
Ia justru bertingkah angkuh dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Sekarang jelaskan padaku! Bagaimana mereka bisa mengenalimu dengan begitu mudah? Apa kau benar-benar sudah menyembunyikan dirimu dengan benar? Dan melakukan segala penyamaran yang dibutuhkan dan tidak mendadak membukanya dengan sengaja?"
Sejak awal Aleya tidak tahu bagaimana sekumpulan gadis-gadis buas tersebut bisa mengejar mereka sampai sebegitu antusiasme-nya. Padahal jika mereka memang sangat mengidolakan seseorang mereka tidak mungkin sampai tahu setiap inci bagaimana bentuk idola mereka.
Tapi, tunggu. Mungkinkah pada kenyataannya justru seperti itu?
Aleya berusaha berpikir dengan keras.
Namun kata mengerti dan paham masih sulit ia temukan dalam benarknya. Aleya kemudian mendengarkan alasannya langsung dari mulut Arivin.
"Ini semua karena pakaianku. Karena kesalahanku dan karena keteledoranku. Karena itu aku minta maaf," ucap Arivin pelan dan menunduk. Hingga tidak berani memandang mata Aleya seperti yang sejak awal sampai akhir ia lakukan.
Namun ketika ia menceritakan bagaimana semua kesalahan ini dimulai. Arivin ternyata mengatakan bahwa semua ini adalah kesalahannya?
"Kenapa? Dan bagaimana?" tanya Aleya
Arivin kemudian menjawab dengan enggan.
"Kau.. tidak sempat melihat spanduk besar yang beredar di sana sini?" tanya Arivin perlahan.
Aleya sudah menatapnya dengan serius dan kembali mengingat-ingat.
"Spanduk?" ucapnya.
"Ya. Spanduk besar dengan keberadaan seorang bintang besar di dalamnya. Apa kau tidak melihatnya? Pakaian yang dikenakan oleh artis tersebut adalah jubah atau mantel panjang berwarna hitam yang sama seperti yang aku gunakan. Kau tidak memperhatikannya?" jelas Arivin.
Aleya memejamkan matanya sejenak. Aleya mengakui bahwa dirinya adalah wanita yang cuek. Hingga tidak peduli dengan segala rangkaian hal yang tidak penting baginya bahkan bila itu ada di dekatnya.
Namun kini Arivin ingin memintanya untuk mengingat-ingat kembali sebuah sekelebat memori yang mungkin pernah Aleya perhatikan atau lihat mungkin hanya sekilas?
Aleya kemudian ingin memaki kembali.
"Jangan menggunakan kata-kata yang membuat otakku harus bekerja pada hal yang tidak pernah aku perhatikan hingga aku pedulikan. Apa yang sebenarnya yang kau.."