"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedai Milik Fira
Sudah seminggu semenjak pertemuan mereka berempat. Sekarang di rumah Fira sudah kedatangan mobil pengantar semen juga besi.
Marni yang kebetulan melewati rumah Asma, di buat heran. Pasalnya mobil tersebut merupakan dari toko bangunan terbesar di kota mereka. Dan ini merupakan pertama kalinya rumah Asma kedatangan mobil pengantar barang, setelah suaminya Asma tiada.
"Maaf Dik, kenapa bawa barang kesini? Emangnya pemilik rumah ini mau bangun apa?" tanya Marni pada salah seorang petugas yang membawa turun barang.
"Kami kurang tahu Bu, coba Ibu tanyakan pada pemilik rumah ini." sahut mereka membuat Marni mencibir.
Saat Marni hendak balik badan, Fira pun keluar dari rumahnya. Dia membawa napan berisi air untuk para petugas tersebut.
"Bi, mampir ..." panggil Fira langsung membuat Marni membuang muka.
"Silahkan Bang, minum dulu." perintah Fira.
Marni yang tidak senang melihat keluarga Asma berkembang, merasakan sensasi panas dihatinya. Dia bertanya-tanya bagaimana bisa seorang babu seperti Asma membeli barang di toko bangunan terbesar dan terkenal itu.
Apalagi, toko tersebut dikenal dengan barang-barang mahal. Sebab mereka hanya mengandalkan barang-barang berkualitas tinggi.
Andai saja Marni tahu, jika toko tersebut merupakan milik dari Adik Alan, atau Omnya Farhan.
Marni langsung menyerbu Danu, kala Danu pulang dari kerjanya. Perlu diketahui Danu merupakan kepala sekolah di salah satu sekolah SMA negeri di kotanya.
"Bang, tahu gak? Di rumah Asma ada besi dan semen loh." ungkap Marni kala Danu baru turun dari sepeda motornya.
"Iya, Alhamdulillah, akhirnya setelah sekian lama, mereka bisa membeli barang tersebut." sahut Danu sambil melangkah masuk kedalam.
"Kok Alhamdulillah sih Bang, harusnya Abang teliti dan cari tahu dulu, dari mana Asma bisa mendapatkan uang, dan membeli semua barang itu." ujar Marni mengejar langkah suaminya.
"Biarin aja Marni, kan Asma dan Fira udah lama bekerja." ujar Danu jengah dengan sikap istrinya.
"Ya, mereka kan cuma bekerja untuk kebutuhan sehari-hari, lagian ini belanjaannya banyak loh Bang, coba deh Abang tanya dulu." bujuk Marni.
"Emang kenapa sih? Kan seharusnya kita senang. Keluarga kita sudah lebih baik dari segi harta." nasihat Danu.
"Abang ini mah, bagaimana kalo uang tersebut dari hasil mencuri? Yang malu siapa? Kita juga loh." lagi Marni mencoba membujuk Danu.
"Udah deh Bu, aku mau istirahat. Ibu aja yang cari tahu sendiri." bentak Danu meninggalkan Marni yang melongo karena dimarahi oleh suaminya.
Marni yang tidak terima dengan bangkitnya keluarga Asma, mengajak Raya untuk ke rumah Fira.
Saat mereka sampai disana, tidak ada lagi mobil tersebut. Yang ada adalah semen, besi dan juga keramik, serta barang-barang lainnya.
Dengan tanpa malu, mereka langsung memasuki rumah Fira tanpa permisi terlebih dahulu.
"Ehem ,,, uang dari mana bisa beli barang-barang begitu banyak?" tanya Marni tanpa basa-basi.
"Eh Marni, duduk dulu." ujar Asma yang kebetulan lagi duduk di ruang tamunya.
"Gak usah, emang kalian gak ada niat tuh. Bayarin sedikit uang yang sudah suamiku keluarkan untuk menghidupi kalian selama ini?" tanya Marni.
"Bi, Bibi lupa? Bukannya setiap bulan Bibi meminta uang padaku? Bibi lupa, Bibi selalu minta sebagian gajiku?" beruntun Fira.
"Eh ,,, itu mana cukup. Kalian pikir uang yang Pamanmu keluarkan itu sedikit? Banyak ya, banyak." ucap Marni lagi.
"Kalau gitu, aku juga mau minta sebagian gaji Paman dong, kan dengar-dengar Paman bisa sekolah tinggi, karena dari hasil kerja keras Ayahku." sindir Fira.
"Nak ..." Asma langsung menegur Fira, agar jangan ngomong kelewatan.
"Tapi benar loh Bu, kalo gak salah. Paman sendiri yang pernah ngomong begitu." ucap Fira tidak peduli dengan teguran Ibunya.
Padahal Asma sudah menggelengkan kepala, pertanda agar Fira diam.
"Ya, kalo itu sih, udah kewajiban Ayahmu lah, salah sendiri dia lahir sebagai anak pertama." bela Marni.
"Ya udah, kalo itu sih salah Paman sendiri, siapa suruh membiayai hidup kami." sahut Fira lagi.
"Eh Fira, semenjak menikah aku lihat-lihat kamu udah pinter ngejawab ya. Pasti suamimu itu membawa pengaruh buruk kan? Beda sama Bang Alvin." ucap Raya yang sejak tadi hanya diam saja.
"Wah benarkan? Jadi, boleh lah ya. Kalo aku kembali sama Bang Alvin. Dia kan baik." ujar Fira menaik turunkan alisnya.
"Kamu ..." tunjuk Raya.
"Apa? Keluar ..." usir Fira.
"Nak ..." lagi Asma memegang pundak Fira. Agar bisa mengendalikan diri.
"Udah Bu, sudah cukup kita diam. Sudah cukup kita sabar. Sekarang saatnya kita melindungi harga diri Bu. Apalagi, dari manusia-manusia licik seperti mereka. Yang sayangnya, adalah keluarga kita." ucap Fira memandang remeh kedua manusia dihadapannya.
"Hei, seharusnya kami yang ngomong gitu ya. Sungguh kasihan, kami punya keluarga miskin seperti kalian." tuding Marni.
Kemudian Marni dan Raya, sama-sama keluar dari rumah Fira.
Fira langsung memasuki kamarnya kala Marni dan Raya sudah hilang dari pandangan matanya. Karena dia tahu, setelah ini Ibunya pasti menasehatinya panjang lebar.
Asma yang melihat kelakuan Fira hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak menyalahkan sikap Fira. Akan tetapi Asma hanya tidak ingin menambah masalah jika itu berhadapan dengan Marni.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Dua bulan berlalu, sekarang kedai milik Fira sudah hampir selesai dibangun. Rencananya besok dia akan memanggil seorang Ustad untuk mendoakan agar kedai miliknya bisa menjadi ladang rezeki untuk keluarganya.
Farhan juga sudah memberikan sejumlah uang untuk Santi agar, dia bisa menyuruh orang untuk mengirimkan barang-barang yang sudah dicatatnya.
Di bantu oleh Asma. Fira dan Farhan sama-sama menata barang ke dalam rak yang sudah ada. Bahkan sesekali Farhan, mengganggu Fira yang sedang serius menata barang. Sampai-sampai Asma dibuat geleng-geleng oleh kelakuan anak mantunya itu.
Besoknya setelah acara syukuran kecil-kecilan. Fira resmi membuka kedainya. Banyak pembeli yang datang kesana. Apalagi, Fira menyediakan aneka ikan segar, yang Farhan pasok dari teman dekatnya. Setidaknya itulah yang di akui Farhan pada Fira.
"Alhamdulilah ya, Fira setelah nikah auranya berbeda aja gitu. Kayak tambah adem aja." ucap seorang Ibu-ibu yang sedang membeli ikan juga sayuran.
"Iya Bu, karena suami bisa menyenangkan istri. Otomatis, karena bahagia auranya juga beda." kekeh Fira menangapi ucapan Ibu tersebut.
"Halah, palingan itu juga karena baru nikah. Belum juga sampai puluhan tahun kayak kita." ucap temannya Marni, dia juga ikut membeli sayur.
"Semoga Bang Farhan gak kayak gitu Bu, dan semoga kami bahagia sampai anak cucu nanti. Mohon doanya ya." ucap Fira mencoba sabar, karena dia gak mau pelanggannya menilai jika dia kasar.
"Boro-boro doain kamu bahagia, untuk diri sendiri aja gak sempat." cibir teman Marni lagi.
"Bu Sum ini kenapa sih? Orang Fira ngomong baik-baik kok Bu Sum jawabnya kayak cetus gitu. Harusnya kita doain rumah tangga Fira, baik sampai anak cucu. Gak bermasalah kayak Bu Sum dan suami yang suka selingkuh." ujar seorang Ibu yang jengah melihat Sumini bertingkah.
"Ooo pada belanja disini semua? Kasihan dong sama tukang sayur keliling. Pada gak ada yang beli. Kamu sih Fira, menghambat pintu rezeki untuk orang lain." ucap Marni yang baru datang dengan emas di seluruh tubuhnya.
Marni memang berniat untuk pamer, terutama pada Fira dan juga Asma.