Ivana sudah berlari sejauh mungkin untuk menghindari Aston Harold, namun dunia seperti begitu sempit untuk pria itu. Sampai di kehidupan Ivana yang paling terpuruk Aston tetap mampu menemukannya.
"Jadilah simpanan ku, ku pastikan hidupmu akan baik-baik saja," ucap Aston.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSP Bab 8 - Aku Tidak Berani
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya para karyawan kontrak baru dipanggil untuk masuk ke dalam ruang kerja pak Hadi, kepala HRD di perusahaan ini.
Jumlahnya 10 orang termasuk Ivana.
Selama satu minggu ke depan mereka akan mengikuti pola kerja para karyawan lama, akan diawasi oleh mentornya masing-masing.
Sebelum akhirnya mereka akan bekerja sesuai dengan posisi yang telah ditentukan.
Ivana memperhatikan semua penjelasan pak Hadi dengan fokus, sedikitpun dia tidak merasa spesial meskipun dia adalah simpanan sang Presdir.
Dengan semua pengalaman hidup yang telah Ivana lalui mengajarkan Ivana untuk bisa berdiri di kakinya sendiri.
Apalagi ston juga sudah mengatakan jangan jelas bahwa suatu hari nanti pria itu pasti akan membuangnya, jadi Ivana harus bisa mengurus hidupnya sendiri.
Mulai dari menambah ilmu dalam dunia kerja, mencari relasi lagi dan menjalin pertemanan dengan orang-orang baru.
Karena semua temannya sekarang telah meninggalkan dia.
"Jika tidak ada pertanyaan lagi kalian boleh keluar," ucap pak Hadi, setelah beberapa saat melakukan tanya jawab dengan para karyawan kontrak baru.
"Baik Pak," jawab Ivana dan yang lain.
Saat keluar dari ruangan itu, Ivana keluar paling akhir, dia benar-benar seperti anak bawang yang tidak punya teman gandengan.
Tapi mau bagaimana lagi, yang bisa Ivana lakukan hanyalah tersenyum.
Mereka berpisah, Ivana dan kedua rekannya menuju lantai 8, tempat mereka akan bekerja.
"Suasananya sedikit canggung, mungkin kerena perbedaan usia diantara kita," ucap salah satu wanita.
"Santai saja, kalian bisa memanggil ku kak Ivana," balas Ivana.
"Kak Ivana sangat beruntung, sekarang cari pekerjaan susah dan kak Ivana bisa mendapatkan pekerjaan di usia 30 tahun," balas yang lain, membuat senyum Ivana berubah jadi senyum hambar.
Mereka berdua adalah lulusan baru. Jika menghitung usia, usianya masih 24 tahun.
"Aku Serin," ucap salah satu gadis, di mata Ivana dia terlihat cantik sekali. Rambutnya bergelombang dan terlihat rapi.
"Aku Dona," ucap yang lainnya lagi, seusia Serin.
"Ivana," jawab Ivana, kembali memperkenalkan diri.
Keluar dari lift, kedua gadis itu pun maju lebih dulu. Mereka tidak mengenal siapa Ivana Lourine dulu, yang mereka tau adalah Ivana yang sekarang.
Wanita tua yang harusnya sudah memiliki karir, tapi malah masih jadi karyawan kontrak seperti mereka.
"Selamat datang, ini adalah meja kerja kalian. Hari ini cukup lakukan perkenalan dengan karyawan yang lain, kalian juga boleh berkeliling perusahaan. Besok baru kita mulai bekerja," ucap Ibu Mutia, yang akan jadi mentor Ivana, Serin dan Dona.
"Baik, Bu," jawab ketiga wanita tersebut.
"Ivana, ikut ke ruangan ku sebentar. Ada yang perlu aku bicarakan," pinta Mutia.
"Baik, Bu," jawab Ivana dengan patuh.
Serin dan Dona hanya saling pandang, tak begitu peduli dengan kak Ivana.
Setelahnya mereka berpisah dan Ivana mengikuti ibu Mutia ke ruang kerjanya.
"Duduklah," pinta Mutia.
"Terima kasih, Bu."
Sekarang keduanya telah duduk saling berhadapan, hanya terhalang oleh meja kerja milik Mutia.
"Meskipun kamu bisa masuk ke perusahaan ini karena bantuan Tuan Aston tapi aku berharap kamu tetap bekerja dengan profesional," ucap Mutia langsung.
Ivana sontak menganggukan kepalanya patuh.
"Beberapa karyawan lama mungkin mengenal mu sebagai seorang nona muda, tapi sekarang keadaannya sudah berbeda. Aku bahkan akan tetap memperlakukanmu seperti bawahanku yang lain," kata Mutia lagi, sejujurnya dia sedikit memiliki rasa sakit hati dengan Ivana yang dulu.
Mereka pernah bertemu di sebuah toko tas, mungkin Ivana lupa, namun Mutia masih ingat dengan jelas betapa sombongnya wanita ini.
Karena itulah sekarang Mutia ingin menegaskan bahwa roda kehidupan telah berputar, bahwa Ivana kini telah jadi bawahannya.
"Baik, Bu. Saya mengerti, saya akan bekerja sebaik mungkin," ucap Ivana.
"Baguslah, Serin dan Dona sebelumnya adalah karyawan magang dan sekarang jadi karyawan kontrak. Di perusahaan ini mereka lebih paham dibanding kamu, jadi ku harap kamu banyak belajar dari mereka."
"Baik."
"Setelah jam istirahat Serin dan Dona bisa pulang karena kerja akan dimulai besok, tapi kamu harus tetap berada di perusahaan, nanti aku akan memberimu beberapa dokumen yang harus kamu pelajari."
"Baik, Bu," jawab Ivana lagi patuh.
Dia tidak berpikir terlalu jauh, dia pikir ini memang tugasnya dan telah sesuai dengan prosedur perusahaan.
Ivana tidak tahu bahwa kekesalan Mutia ikut terlibat dan membuatnya memiliki lebih banyak perkerjaan.
Keluar dari ruang kerja itu, Ivana memperkenalkan dirinya pada karyawan yang lain. Ada yang menyambut dengan hangat, ada pula yang acuh tak acuh.
Seorang karyawan mengatakan padanya untuk berkeliling perusahaan lebih dulu, untuk mengetahui dimana saja ruang kerja para atasan.
Ivana menurut.
Sendirian dia keluar masuk lift mendatangi tiap lantai di perusahaan ini.
Sampai akhirnya tiba di lantai 10 dan Ivana melihat ruangan sang Presiden Direktur.
'Ini pasti ruang kerja Aston,' ucap Ivana, dia tersenyum lalu pergi.
Saat hendak masuk ke dalam lift ponsel di tangannya bergetar. Ada satu pesan masuk dari Aston.
'Masuklah ke ruanganku.' tulis Aston.
Ivana sontak menatap sekitar, seolah merasa Aston sedang mengawasinya.
Ivana tidak tahu jika sejak tadi sebenarnya Aston selalu mengawasinya melalui CCTV.
Kemanapun Ivana pergi, bertemu dengan siapapun Aston selalu memantau.
Sampai saat Ivana tiba di lantai 10 .
'Aku tidak berani, kita bertemu di apartemen saja,' balas Ivana.
Lalu buru-buru masuk ke dalam lift dan menekan angka 8. Mendadak merasa hendak dikejar Aston.
Membuat tubuhnya merinding.
Sementara Aston malah terkekeh melihat tingkah wanita itu. Lucu.