Dia harus menutupi identitas demi mendapatkan teman dan cinta yang benar-benar tulus. Dia lelah dengan kebohongan mereka, kepedulian mereka semata ingin memanfaatkan dirinya hanya karena dia anak dari orang kaya.
Semuanya palsu hingga dia lebih meninggalkan itu semua dan mencoba hidup mandiri dan menutupi identitas sebenarnya tentang dirinya.
Berawal hidup di kost dan mulai merubah cara hidup dia sederhana mungkin tanpa mengetahui identitas dirinya sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanlindia Lukita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
{Mengenal lebih dekat}
"Kamu yang enak, malah aku yang rugi." Rio masih kesal dengan Resty.
"Salah sendiri kamu nantang teman aku, salah sendiri." ucap Resty, Resty langsung membagikan minuman satu - persatu.
"Tenang, dia cewek. Apa kamu tidak malu, cowok harusnya mengalah." jawab Riko pada Rio.
"Tapi aku yang rugi." Rio masih emosi dengan Resty yang seenaknya saja.
Valen hanya bisa tawa, setelah perdebatan mereka, mereka akhirnya bermain bersama. Mereka menikmati waktu bersama mereka, berbeda dengan Rio dan Resty yang sedari tadi ribut.
"Kalau kalian berdua tidak mau diam, aku seret kalian berdua ke KUA." teriak Riko yang sudah kesal mendengar ocehan mereka berdua.
"Ih ogah." jawab mereka dengan serentak.
"Kalau kalian jadi ke KUA, aku punya kenalan WO kok." jawab Valen.
"Valen." teriak Resty yang terus menggoda dirinya, Valen pun hanya bisa tertawa sekencang-kencangnya.
Akhirnya mereka melanjutkan permainan di tempat itu, Valen dan Aldo memilih duduk santai dengan obrolan mereka.
"Tuh lihat malah mojok dia." tunjuk Rio.
"Biarkan saja, mendingan kita kesana. Jangan menganggu mereka berdua." ucap Arif yang langsung menyeret tangan Rio.
Valen dan Aldo asyik dengan obrolan mereka tentang pekerjaan.
"Berarti posisimu disana penting juga." kata Valen yang membicarakan masalah pekerjaan.
"Sekedar membantu, apa lagi perusahaan tempatku bekerja juga sedang membutuhkan investor. Begitu sulit mencari investor yang bersedia bergabung diperusahaan kami." kata Aldo yang selalu sibuk dengan pekerjaan dikantornya.
"Aku yakin, nantinya akan ada solusi untuk menyelesaikannya."kata Valen yang sadar jika semua itu butuh pengorbanan.
Valen menegok kanan kiri." Dimana mereka, kenapa mereka belum kembali juga." kata Valen yang mencari keberadaan mereka semuanya.
"Ayo kita cari mereka." ajak Aldo yang sudah berdiri dari tempat duduk mereka. Valen dan Aldo berjalan mencari mereka, ternyata mereka masih asyik bermain permainan.
"Ayo, kita pulang sekarang." Ajak Valen pada mereka yang masih asyik bermaian permainan.
"Tapi aku lapar, sebelum kita pulang ayo kita pergi cari makan." ajak Resty yang sedari tadi kelaparan.
"Dasar tukang makan." gumam Rio yang mendengar Resty kelaparan.
"Apa kamu bilang!" teriak Resty, Rio langsung pindah posisi ke sisi Riko.
"Kalian itu ya, bisa tidak diam." bentak Almira pada mereka berdua.
"Daripada kalian bertengkar, ayo kita makan bersama, jika kamu tidak mau ya sudah." jawab Valen yang langsung pergi meninggalkan mereka semua.
Pada akhirnya mereka semua mengikuti Valen pergi, akhirnya mereka pergi mencari makanan dipinggir jalan.
Situasi saat itu ramai dengan para pengunjung yang saat itu makan ditempat itu. Mereka mendapatkan tempat paling ujung,posisi mereka duduk saling berhadapan.
Valen duduk dihadapan Aldo, Akhirnya pesanan mereka datang juga, mereka menikmati makan malam bersama.
Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka selesai makan malam. Tiba-tiba datang salah satu pelayan yang membawa nota pembayaran.
"Maaf mbak ini notanya." pelayan itu memberikannya pada Valen.
"Terima kasih mbak." Valen langsung menyimpan nota itu.
"Lho kok kamu bawa, bukannya kita harus bayar?" tanya Riko pada Valen.
"Semuanya sudah aku bayar." jawab Valen yang sudah siap akan pergi.
"Lho kenapa kamu bayar semuanya?" tanya Bunga pada Valen.
"Anggap saja ini perkenalanku pada kalian semua." Valen langsung pergi dari tempat itu.
"Valen."
"Ya, ada apa?" tanya Valen pada Aldo.
"Terimakasih atas makan malamnya, aku janji jika ada waktu aku akan membalasnya." kata Aldo yang mengucapkan terimakasih pada Valen.
Valen pun membalas dengan anggukkan. mereka pun bubar, dari kejauhan Aldo menatap kepergian Valen.
"Kamu suka dengan Valen?" tanya Arif pada Aldo. Sontak saja dia kaget.
"Asal saja kamu bicara." jawab Aldo yang sedikit mengelak.
"Kalau pun kamu suka itu tidak jadi masalah. Apalagi hubunganmu dengan dia sudah berakhir. Jangan terlalu larut dalam kesedihan, kamu layak mendapatkan gantinya yang lebih bagus dari mantanmu itu yang sombong itu." jawab Arif yang mendukung hubungan dia dengan Valen, tapi setelah membicarakan mantannya semua berubah dengan rasa kekesalannya.
"Apa kamu yakin dia akan suka denganku. kamu tahu sendiri, aku hanya pekerja kantor biasa tidak ada lebihnya." jawab Aldo yang sadar diri dengan posisi saat ini.
"Semua jangan di nilai dari kekayaan, tapi kesetiaan itu yang patut kita jaga. Sudahlah, cepat kamu dekati dia sebelum ada orang lain yang suka dengannya."
Aldo langsung menatap tajam kearah Arif." Aku hanya menebak saja, jangan marah begitu. " ucap Arif pada Aldo.
Akhirnya mereka pergi dari tempat itu.
Ditempat lain
Valen dan teman-temannya sampai juga di kost, mereka begitu terlihat lelah.
" Lelah juga ya. " kata Resty yang sudah merasa puas.
" Kamu jangan seperti itu, uang kamu nantinya habis." ucap Almira yang tak nyaman makan malamnya dibayar oleh Valen.
"Sudahlah, kamu tenang saja. Aku baru gajian, mumpung sekalian kita bersenang-senang bersama." jawab Valen yang sengaja berbohong jika dirinya sedang gajian.
"Baiknya teman kita." jawab Resty yang merangkul pundak Valen.
Valen pun membalas dengan senyuman, kini Valen merasakan betapa hangat kebersamaan mereka. Valen benar-benar merasakan ketulusan mereka yang bener-bener sayang pada dirinya.
Setelah mereka asyik mengobrol, barulah mereka masuk ke kamar mereka masing-masing.
Sebenarnya Valen masih sibuk duduk didepan Laptop, dia belum bisa tidur. Disisi kanan dia duduk, ada setumpuk buku yang harus dia cek.
Tiba-tiba saja Handphone miliknya bergetar. Terlihat nomor pribadi yang sebenarnya dia tak kenali.
"malam."
"Malam, ini siapa ya?" beberapa menit kemudian terdengar suara getaran.
"Ini aku Aldo." sontak saja Valen kaget.
"Darimana dia dapat nomorku?" batin Valen yang merasa tak pernah memberikan nomor itu pada Aldo.
"Oh kamu, aku kira siapa. Darimana kamu dapat nomorku?"
"Aku dapat dari Arif." balas Aldo.
"Oh Arif temanmu yang ikut di pasar malam itu?" tanya Valen pada Aldo.
"Iya, dia memberikan nomor padaku, dia menyuruhku mengucapkan terimakasih atas makan malamnya." jawab Aldo yang mengerti pesan itu.
"Oh begitu, aku kira apa." jawab Valen yang tangan dan pikirannya masih fokus didepan laptop.
"Ya sudah, ini sudah malam. Waktu istirahat." pamit Aldo pada Valen.
"Ya sudah selamat malam." sapa Aldo pada Valen.
"Malam juga." balas Valen, diam-diam Valen tersenyum. Ternyata masih ada yang peduli dengan dirinya.
Dia masih ingat kejadian dia dengan mantannya, tapi semuanya sudah berubah. Kini dia sudah sendiri, tidak ada larangan jika dia dekat dengan seorang pria. Apalagi dia sadar diri mereka hanyalah berteman.
Valen begitu bersyukur memiliki teman seperti mereka yang selalu membantu dirinya bahkan mereka begitu baik pada dirinya. Itu makin menahan kebahagiaan untuk dirinya.
biasa