Doyama adalah segerombolan penjahat jenius yang diberi modal oleh salah satu perusahaan asing untuk mengubah limbah perusahaan nya menjadi ramuan yang dapat merubah karakter serta bentuk ras serupa manusia menjadi iblis dan monster kanibalisme.
Perusahaan tersebut mencampurkan DNA manusia terpilih dengan limbah serta bahan kimia yang ditemukan oleh peneliti untuk menciptakan ras baru yang berada dalam kendalinya yang dimana nanti nya ras baru tersebut menularkan racun kepada manusia normal sehingga menjadi mahluk yang sama yang berada di bawah kendalinya.
Iblis setengah monster setengah manusia itu dinamai Rambi. Rambi sendiri bisa bertindak anarkis bahkan bisa menghasut dan membunuh manusia sesuai dengan apa yang di isntruksikan oleh tuan nya.
Akankah ada pahlawan yang bisa menghentikan wabah buatan ini? Ataukah manusia akan benar-benar musnah dan bumi menjadi milik perusahaan tersebut secara tunggal beserta para budak iblisnya?
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kalimat Fiktif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Korban Pertama Budak Iblis
Seekor burung merpati menatap lurus kearah dua orang pemuda yang sedang bersitegang dihadapan nya. Salah satu dari pemuda tersebut yang berprawakan lebih tinggi dari lawan bicaranya, ia terus mendesak agar pemuda yang berada didepan nya berbicara dan memberikan petunjuk padanya.
Mata Arsyin mulai memerah luapan api emosi seperti terbendung membal dikedua matanya giginya pun terdengar bergeretak dan tanpa disadari dari ujung gigi geraham nya dua buah taring perlahan keluar dan memanjang.
"Bilang pada saya, cepat! " Gertak Arsyin dengan mengepalkan dua tangan nya diantara kerah baju pemuda tersebut.
*****
(Pusat Kota Emrlyd)
Selepas adzan isya berkumandang sebuah objek berbentuk bayangan hitam nampak berjalan gontai dibalik gang kecil yang terhimpit dua rumah besar.
Objek yang samar tersebut berprawakan tinggi besar dan memakai topi Cats bulat yang nampak mengembang dikepalanya. Warna merah menyala dari kedua bola mata nya menjadi satu satu nya pemandangan yang terlihat jelas di tempat itu.
"Kemarilah manis! " Demikian sepenggal kalimat yang keluar dari objek misterius itu setelah seekor kucing liar berjalan dari balik tong sampah di depan nya.
Beberapa saat kucing liar itu diam tertegun memandang kearah nya, lalu beberapa detik kedepan kucing itu berlari menjauh sambil mengeong cukup keras.
Hanya berselang satu kedipan mata. Secepat kilat suara kucing itu berubah menjadi bunyi patahan tulang yang menggeretak ngilu, di susul dengan objek misterius tadi yang sudah terlihat bergelumuk di depan darah serta bulu-bulu kucing yang tergeletak acak dibawah bayangan nya.
"Plukk"
Dari seberang tempat sampah, Tanpa disadari sekantung plastik hitam jatuh dari tangan seorang ibu-ibu yang rupanya sedari tadi melihat jelas kejadian itu, tanpa pikir panjang objek misterius yang tengah memakan kucing liar itu menatap tajam kearah nya dengan sorot mata yang merah menyala yang seketika menimbulkan Exspresi panik di wajah dari ibu tersebut.
Hanya masuk hitungan detik objek yang berada didepan nya itu lenyap seketika dan tiba tiba saja muncul di belakang punggung nya.
Dengan sigap gigi gigi tajam serupa moncong beserta lidah yang panjang menjulur keluar dan seketika menggigit tengkuk dari ibu tersebut hingga menimbulkan suara menggerang yang cukup keras.
Serangan di tengkuk itu meninggalkan bekas yang sangat kontras luka menganga dan daging yang perlahan mulai terlihat berwarna kehitam hitaman seperti terkontaminasi virus mulai menjalar ke area kulit hingga menimbulkan warna yang sama pada seluruh tubuh si korban yang tengah teregeletak tanpa daya.
Hal terakhir yang terlihat mengejutkan adalah dua bola mata si korban yang seketika langsung berubah warna menjadi hitam pekat tanpa gelombang dan dari mulutnya keluar asap hitam mengepul tipis seperti uap panas yang terbang ke udara.
Selang beberapa menit kemudian setelah asap hitam itu tidak terlihat lagi mengepul, tubuh si korban itu perlahan mulai kembali ke bentuk semula. Luka yang berada di belakang tengkuk nya tidak terlihat menganga lagi berganti menjadi bekas bulatan yang membentuk 4 buah titik hitam sejajar.
Si korban kemudian terduduk dengan keringat yang mulai menetes dari ujung kening nya. Sejenak ia diam mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya hingga ia hilang kesadaran, Sebelum kemudian ia kembali berdiri dan berjalan meninggalkan gang kecil itu untuk pulang kerumah.
*****
"Di, Dia tadi dibopong masuk kedalam mobil kearah utara! " Balas si tukang dimsum dengan raut wajah kengerian setelah dengan jelas melihat kedua taring yang keluar dari sudut gigi Arsyin semakin terlihat memanjang.
Entah apa yang terjadi pada tubuh Arsyin saat itu, yang jelas seketika ia menjatuhkan lengan nya dari kerah si pedagang dimsum yang sedari tadi ia kepal.
Kemudian kembali berlari sekencang mungkin meninggalkan orang-orang yang berada ditempat itu yang masih memandang bengong kearahnya.
Derap kaki Arsyin yang berlari diatas trotoar semakin kencang melesat. Sampai harus beberapa kali tangan nya melerai deretan manusia yang berlalu lalang.
Diatas kepalanya burung merpati yang merupakan jelmaan dari pak dosen masih mengintai dengan tenang tanpa dicurigai oleh nya ataupun oleh mahluk lain nya.
"Sreettt (Suara kepakan sayap) "
"Ikuti saya! " Ucap nya, Usai burung merpati itu mendarat landai ke arah telinga Arsyin. sebelum kembali terbang lebih cekatan lagi di depan kedua Mata Arsyin.
Perasaan kesal yang sudah melatup latup ditambah emosi yang meluap luap hebat dihati dan bibirnya mendorong amarah itu berdenyut ke kepala yang membuat Arsyin benar benar gelap mata saat itu.
Yang terjadi pada tubuh nya tak ayal hanya ia berlari mengikuti insting rasa kesalnya dan benar benar tanpa memperdulikan keadaan sekitar.
"Brakhhh"
Sebuah mobil truck tiba tiba saja menghantam tubuh Arsyin dari arah depan hingga membuat nya terpelanting jauh dan berguling hebat diatas aspal. yang kemudian tubuh nya bisa berhenti berguling setelah pembatas jalan yang berada di pertigaan jalan besar itu dihantam oleh punggung nya dengan keras.
Tubuh Arsyin yang telungkup itu di khiasi dengan darah merah yang keluar dari mulut, hidung serta telinga Arsyin mulai menimbulkan kehebohan.
orang-orang mulai datang berhamburan kearah nya dengan panik dan histeris.
"Cepat ambil ambulan cepat" Teriak salah satu warga.
"Ya allah kasihan" Balas warga lain, yang berlari lalu ikut berkerumun menutupi Tubuh nya.
Tak lama berselang pak dosen gempal yang bertanformasi kembali ke wujud manusia dengan tergesa-gesa berlari menghampiri kerumunan itu.
"Ini anak saya, ini anak saya tolong minggir! " Tubuh pak dosen mendesak masuk ke arah kerumunan kemudian membopong tubuh Arsyin dan tak beberapa lama Ambulan yang sudah tiba menjadi satu satunya Alternativ pertama untuk menyimpan tubuh yang dibopong oleh pak Dosen lalu berangkat menuju rumah sakit.
*****
(Rumah Si Korban Pertama)
"Ibu, ibu haus ya? " Ucap seorang anak berumur 7 tahun pada ibu nya malam itu di tengah selasar rumah.
Karena terhitung sudah hampir 8 Gelas air diminum oleh nya dalam kurun waktu 1 jam.
"Sudah ayo kita tidur nak, Malam sudah larut" Balas Orang tua nya sambil merebut pensil warna yang ada di genggaman anaknya.
Malam itu jam di dinding menunjukan pukul 21:22 gemericik hujan dari luar rumah sempat terdengar syahdu mengiringi malam yang membujuk dingin untuk berkumpul.
Gelagat aneh mulai dirasakan oleh si korban usai menidurkan anak nya dikamar. Selain rasa haus yang terus menggoda tenggorokan nya, Rasa panas juga mulai terasa membakar di sekitaran leher nya yang kemudian menjalar hingga ke punggung dan ujung kakinya.
Pandangan Kedua mata si korban mulai terlihat buram daun telinga nya pun memerah disusul dengan seruan seruan aneh yang terasa mengganggu isi kepalanya saat ia sedang merebahkan tubuhnya disamping tubuh anaknya.
"Bunuh, Makan, Tikam"
Tiga kalimat itu berputar putar hebat dalam otaknya yang merambah seperti sugesti dan mencincang habis habisan logika nya malam itu.
"Bunuh, Makan, Tikam"
Perlahan namun pasti 3 kalimat itu terus merangksak hingga mendorong hasrat aneh dalam tubuhnya yang secara ajaib mulai menuntun langkah nya meninggalkan kamar lalu berjalan kearah dapur dan tanpa pikir panjang sugesti itu mulai menggerakan tangan nya untuk mengambil sebilah pisau yang terpampang diatas meja.
"Bunuh, Makan, Tikam"
Kali ketiga kalimat tersebut berputar putar makin hebat dan merangsak lebih dalam lagi, Tiga suku kalimat itu mulai terngiang ngiang semakin jelas dalam otaknya menimbulkan rasa gelisah hebat pada tubuh si korban.
Sambil terduduk diatas meja makan, Kedua tangan dengan satu tangan masih memegang sebelah pisau dapur tangan kanan nya mulai mencengkram kepalanya sendiri di ikuti dengan teriakan histeris yang melengking membelah suara hujan dari luar.
"Arghhh"
"Bunuh, Makan, Tikam"
Semakin tinggi suara teriakan si korban Sugesti itu semakin masuk dan menjadi jadi, mengusai tubuh nya hingga benar benar tidak terkendali.
Seketika Tubuh si korban berlari kearah kamar tempat dimana anak nya yang sedang tertidur pulas berada. Kemudian hanya dalam hitungan detik darah merah membuncah hebat ke udara tanpa setitik pun di iringi teriakan atau tangisan.
Sedang saat ini terlihat berkali kali pisau dapur ditangan sikorban menancap sangat dalam di dada anaknya.
Ujung matanya kembali berwarna gelap pekat tanpa gelombang. Lalu ujung pisau itu mencungkil keluar seonggok daging dari dada anak nya yang sudah bersimbah darah dan dengan lahap daging tersebut ia masukan kedalam mulut nya yang menganga dipenuhi air liur.
(Bersambung ke part 6)