Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
...~Happy Reading~...
Hari demi hari berganti minggu dan tahun dengan begitu cepat. Tanpa terasa,kini usia Nasha sudah memasuki hampir tiga tahun. Bayi itu tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang sangat menggemaskan.
Hilal sudah memutuskan untuk tidak kembali ke Jakarta. Ia fokus mengurus pabrik yang semula akan ia percayakan kepada sang kakak. Karena kini ia tidak mau berjauhan dengan putri nya, jadilah Hilal memutuskan untuk menetap di Pondok juga.
Tentu saja, hal itu di sambut bahagia oleh orang tuanya, karena mereka bisa lebih dekat dengan sang cucu. Mengingat, bahwa kedua anak nya sudah memiliki rumah dan sangat jarang datang ke pondok.
Selain itu, Hilal juga tidak perlu menyewa seorang pengasuh untuk anak nya. Karena jika di Pondok, Nasha begitu banyak memiliki teman. Meskipun tidak sepantaran, akan tetapi bayi kecil itu begitu mudah berinteraksi dengan para santri dan penghuni pondok lain nya. Jadilah, Hilal merasa sedikit tenang jika harus sibuk di pabrik.
Tak berbeda dengan Hilal yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya, begitu pun dengan Khalifa yang kini semakin di sibukkan dengan tugas tugas kuliah nya. Tapi meski begitu, gadis itu tidak pernah lupa atau absen untuk bermain dengan bayi kecil di rumah sebelah nya. Bayi kecil yang selalu berlari saat melihat nya pulang dari luar, dan bayi kecil yang selalu kabur dari rumah nya hanya untuk membangunkan nya setiap pagi.
“Ate Bangun angun ante... angun ... “ celotehan seorang gadis kecil sambil terus mengguncang tubuh Khalifa yang masih terlelap dalam dunia mimpi nya.
“Ante mimpi apa cih? Bangun na lama amat. Aca capek ini,” gumam bayi kecil itu lagi sambil merebahkan tubuh gembul nya di atas tubuh Khalifa.
“Acaaa, beratt astagfirullah ... Tante gak bisa nafass!” jerit Khalifa berusaha mengalihkan tubuh bayi itu di atas tubuh nya.
“Kata ante, aca kucil. Aca gak belat kok, ayah juga bilang kalau Aca itu kucil, jadi gak belat,” kata anak itu dengan sedikit memanyun.
“Tapi Aca sudah besar Sayang, sudah berattt!” dengan sedikit kesusahan, Khalifa mengubah posisi tidur nya dari tengkurap menjadi miring bertujuan agar Nasha bisa terjatuh ke ke tempat tidur, agar tidka menindih nya lagi.
Brukk!
Huhhhh
Khalifa langsung bernafas dengan lega saat tidak merasakan beban itu lagi. Berat badan Khalifa hanya empat puluh tiga kilo, sedangkan tinggi nya tidak sampai 155. Sedangkan Nasha, gadis kecil itu kini di usia nya yang hampir tiga tahun sudah memiliki berat kurang lebih 14kilo. Yang mana itu cukup berat bagi Khalifa yang memiliki tubuh tidaklah besar.
Dan jika di bandingkan dengan Hilal tentu saja akan sangat berbeda. Jelas saja, ayah dari Nasha itu mengatakan bahwa tubuh anak nya tidaklah berat, karena memang dia sosok laki laki yang cukup kuat. Jangankan Nasha, mungkin Khalifa saja mampu dia angkat dan gendong.
“Ante napa diem? Ante bengong, ante ... “ lagi lagi dan lagi, Nasha mengguncang tubuh Khalifa saat gadis itu tengah berkelana membayangkan dirinya di gendong oleh sosok seorang laki laki.
‘Astafirullah al azim,” gumam nya setelah lamunan nya ambyar, gadis itu menggelengkan kepala nya, mencoba untuk menghilangkan segala pikiran yang tidak seharusnya hingga di kepala nya.
‘Tobiloh alajim, ante kunapa?’ tanya Nasha memiringkan kepala nya ikut bingung melihat Khalifa yang malah beristigfar karena ia sadarkan dari lamunan nya.
Khalifa tersenyum setiap kali mendengar ucapan Nasha yang begitu sempurna. Ia segera menangkup pipi bakpau anak itu lalu mengecup kening nya singkat,”Aca kok wangi banget sih, hemm.”
“Aca kan lajin, bangun tidul aca mandi, gak kaya ante, bangun tidul na susah,” kata anak itu lagi lagi membuat Khalifa terkekeh.
“Ya sudah kalau gitu, tante mau mandi, biar wangi juga kaya Aca, oke!” ucap Khalifa yang langsung di balas anggukan kepala oleh Nasha.
Sementara itu, di bangunan rumah sebelah, tepatnya kediaman keluarga Hilal dan orang tuanya. Laki laki itu sudha bangun dan selesai mandi sejak beberapa menit yang lalu. Mencarikeberadaan putri nya untukia ajak sarapan, akan tetapi ia sedikit bignung karena dirinya sudah berkeliling namun tidak menemukan keberadaan putri nya sama sekali.
“Arumi, kamu dimana Sayang .... ‘ gumam nya pelan sambil mengehela napas berat, karena memang ia tidak pernah tahu aktifitas putri nya setiap pagi yang selalu membangunkan gadis di sebelah rumah nya.
Karena selama ini, Hilal selalu pergi pagi saat putri nya belum bangun, dan saat ini karena hari libur dan orang tuanya sedang tdiak ada di rumah. Jadilah Hilal berniat untuk membangunkan putri nya dan hendak mengajak nya sarapan bersama. Tapi ternyata sang putri sudah meninggalkan rumah sejak kapan ia sampai tidak tahu.
...~To be continue .... ...