Bening gadis tompel dijodohkan dengan Bayu, pria tampan dan kaya dengan imbalan uang untuk pengobatan sang ibu yang mengalami gangguan mental.
Perjodohan yang tidak biasa karena yang menjodohkan Bening adalah Naura istri Bayu sendiri. Tentu Bayu menolak dengan tegas permintaan Naura istrinya. Wanita cantik yang profesinya sebagai artis terkenal.
Sementara Bening sebenarnya gadis manis tetapi wajahnya tompel tentu bukan selera Bayu.
"Kamu sudah gila Ra! Mana ada istri yang rela menjodohkan suaminya dengan wanita lain?!"
"Mas... tolong, dengan kamu menikahi Bening, jika aku syuting film ke luar negeri kamu ada yang mengurus."
Bayu terpaksa menikahi Bening, tetapi hanya demi menyenangkan hati Naura. Bayu bingung, apa tujuan Naura memaksa dirinya menikahi Bening. Ketika Bayu tanya alasan Naura tidak memuaskan.
Lalu apa yang akan terjadi setelah pernikahan Bening dengan Bayu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Tok tok tok
Mendengar pintu diketuk, Bening yang sedang melipat mukena mendekati pintu. Rupanya dia mengaji dari setelah magrib hingga melanjutkan shalat isya.
"Ada apa Bi?" Tanya Bening ketika pintu sudah ia buka.
"Makan malam dulu Ning," Kata Bibi.
Bening mengangguk lalu mengekori bibi. Dari kejauhan mata Bening melihat pria sombong itu sudah duduk disana. Bukan seperti suami istri pada umumnya lungguh di sampingnya. Namun, Bening menarik kursi di depan Bayu.
Ia melirik piring di depan Bayu, bermaksud menyendok nasi untuk suaminya itu, tetapi rupanya piring Bayu sudah tersaji nasi lauk dan sayur.
Bening membalik piring lalu menyendok nasi untuk dirinya sendiri. Namun, hanya seujung centong seperti makanan kucing, karena Bening tidak selera makan.
Bayu melirik Bening sekilas matanya bengkak, Bayu tahu jika istrinya itu kebanyakan menangis. Dalam hati Bayu berkata. "Dasar cengeng, hanya dikatai bodoh saja menangis," Bayu menyantap makan malam dengan cepat. Tidak seperti ketika ada Naura, mereka selalu suap-suapan.
"Bi... tolong buatkan kopi lalu antar ke ruang kerja ya," Perintah Bayu sambil berlalu. Tidak menghiraukan Bening yang belum menghabiskan nasi dalam piringnya.
"Baik Tuan," Jawab bibi.
Sementara Bening menggerutu dalam hati. "Orang berpendidikan kok tidak sopan, meninggalkan meja makan padahal yang lain belum selesai," Batinya. Tetapi ya sudahlah, memang siapa dirinya? Orang miskin sepertinya jangankan dihormati orang macam Bayu, diperlakukan dengan baik pun hanya dalam mimpi.
Bening lantas membereskan meja makan, membawa piring kotor ke wastafel.
"Jangan Ning, biar saya saja," Cegah bibi yang sudah mengeluarkan gelas hendak membuat kopi.
"Memang kenapa sih Bi" Bening menggeleng mendengar sikap bibi yang menurutnya berlebihan. Bening memang istri Bayu, tetapi bukan Naura, melainkan orang pinggiran pekerjaan kasar sudah Bening kerjakan sehari-hari.
"Bukan Bening... ini kan pekerjaan saya," Bibi merasa bersalah.
"Nggak apa-apa Bi... sini, saya yang membuat kopi. Nanti bibi yang mengantarkan ke ruang kerja ya," Kata Bening ambil alih gelas dari tangan bibi. Bibi membiarkan Bening membuat kopi lalu mencuci piring.
"Sudah selesai Bi," Bening minta bibi mengantarkan kopi, tetapi tidak boleh mengatakan pada Bayu, bahwa kopi itu buatanya. Bisa-bisa dibuang sama gelas-gelas nya.
"Iya Ning," Bibi pun ke ruang kerja melihat pintu tidak dikunci langsung masuk tanpa permisi. "Kopinya Tuan," Kata bibi melihat majikannya sudah bekerja lagi, nampak lega.
"Simpan di meja Bi," Ujar Bayu pandanganya fokus ke komputer.
"Memang Tuan sudah sembuh? Kok sudah minum kopi?" Tanya bibi, wanita paruh baya itu sudah lima tahun bekerja bersama Bayu, jadi sudah tidak segan untuk bertanya.
"Mendingan Bi, minum obat yang bibi beli tadi rupanya manjur," Tutur Bayu. Memang benar kini demamnya langsung turun.
"Syukurlah..." Ujar bibi mengatakan bahwa resep obat yang ia beli, resep dari Bening. Mendengar penuturan Bibi Bayu menoleh cepat ke arah bibi, entah apa yang pria itu pikirkan. Seberapa detik kemudian, Bayu melanjutkan pekerjaannya membiarkan bibi kembali ke dapur.
Hanya dengan satu tangan Bayu bekerja menyicil pekerjaan tadi siang yang belum dia sentuh. Merasa matanya mulai mengantuk Bayu bersandar di kursi. Pandanganya tertuju pada cangkir baru ingat kopi yang belum dia minum. "Pantas... mengantuk," Ia ambil kopi, hanya ini temannya bekerja ketika di rumah.
Ingat kopi, Bayu ingat Naura, mempunya istri tetapi terasa menduda, mungkin ini resiko punya istri artis terkenal yang sering syuting keluar negeri. Jika ia sekali-kali ikut, yang ada dimakan rasa cemburu jika Naura sedang melakukan adegan mesra dengan lawan main.
Seketika Bayu ingat istri yang baru dua hari ini sah menjadi istri. Sungguh diluar nalar untuk orang waras, apa tujuan Naura dibalik perjodohan ini. Di luar sana kebanyakan wanita anti yang namanya diduakan. Bayu ingat ucapan Bening jika cinta Naura hanya palsu.
Pyuk!
Air kopi yang ia pegang menumpahi pahanya sedikit, ia tersadar dari lamunannya "Heeemmm... kopi buatan bibi enak benar," Gumamnya setelah menyeruput kopi yang sudah hangat kuku. Pria itu tidak tahu jika kopi itu buatan wanita yang dia hina. Satu gelas kopi habis, matanya terasa terang kembali kemudian melanjutkan kerja.
*********
Di kamar yang berbeda seorang gadis terasa sulit memejamkan mata. Banyak sekali yang ia pikirkan. Tentang sang ibu bagaimana keadanya di rumah sakit. Biasanya kalau malam begini Bening selalu tidur memeluk ibunya itu.
"Besok aku harus menjenguk ibu," Ucapnya seorang diri, setelah membaca doa, kemudian tidur. Keesokan paginya setelah shalat subuh Bening ke dapur.
"Bi," Ucapnya.
"Astagfirullah... Neng Bening..." Bibi mengusap-usap dadanya lantaran kaget.
"Hihihi... maaf Bi" Bening terkikik lalu menanyakan kebisaan sarapan Bayu, tentu ingin membuat sarapan. Walaupun bagaimana, Bening harus menjalankan peranya sebagai seorang istri.
"Saya tidak tahu makanan kesukaan Tuan Ning, tapi... setiap saya membuat sarapan selalu dimakan kok," Bibi menuturkan bahwa ia tidak bisa membuat masakan yang aneh-aneh. Hanya sarapan seperti orang kebanyakan, nasi goreng, atau roti saja.
"Oh gitu ya bi, kalau gitu... aku mau membuat sarapan, tetapi jangan katakan kalau aku yang membuat ya," Pinta Bening.
"Memang kenapa Ning?" Bibi menatap Bening merasa aneh, tadi malam ketika membuat kopi tidak boleh bilang, sementara sekarang pun demikian.
Bening tersenyum kecut, tidak menjawab bibi lalu mencari bahan di kidchen set. Pagi ini ia membuat Croissant keju teman minum kopi. Mengingat, Bayu pria penikmat kopi ketika sarapan pagi dan malam hari.
Bening bukan ahli memasak. Namun, kadang membantu pemilik toko memasak jika toko tidak terlalu ramai. Ia ingat, sering dibekali makanan yang ia buat, ketika pulang kerja untuk oleh-oleh sang ibu.
"Bi... aku mandi dulu ya," Kata Bening. Setelah Croissant dan kopi sudah tersaji di meja makan.
"Iya Ning," Jawab bibi, pagi ini hanya kebagian mencuci piring.
Bening segera mandi dan salin baju hendak berangkat kerja. Namun, sebelum berangkat melihat Bayu di kamar terlebih dahulu.
Kamar sangat sepi, hanya terdengar gemerik air dari kamar mandi, sudah pasti Bayu orangnya. Bening membuka lemari menyiapkan kemeja, dasi, dan celana panjang tentu memilih yang cocok untuk Bayu. Setelah selesai, Bening ke luar dari kamar.
Tidak lama kemudian, setelah Bening pergi, Bayu keluar dari kamar mandi mengenakan handuk. Ketika hendak ambil baju di lemari, kemeja kesukaannya sudah ada yang menyiapkan.
"Siapa yang menyiapkan pakaian ini," Gumamnya sambil mengangkat kemeja yang masih di hanger menelisik sesejak, kemudian mengenakan. "Apa mungkin Naura pulang? Ah tidak mungkin, walaupun Naura di rumah tidak pernah menyiapkan baju untukku," Bayu berbicara sendiri, sambil mengenakan pakaian.
"Apa jangan-jangan..." Bayu tidak melanjutkan ucapanya.
...~Bersambung~...
koreksi
kadang kita yang menanam tetangga yang memanen hhhhh😄
kalo kau tau kopi itu buatan siapa...
jangan kau katai bodoh kau bilang hus atau ck runtuh sudah dunianya terlebih kata2 dr orang yg di cintai,, berkali-kali sedihnya.
kau itu yg bodoh, masa gitu aja ga paham ekekekekek