🏆NOVEL PLATINUM🏆
Xiao Shuxiang, seorang remaja yang tinggal di sebuah Desa terpencil dekat pegunungan Lima Jari. Saat ia dan beberapa temannya pulang berburu, Desa tempat tinggalnya habis terbakar dan kedua orang tuanya ikut meninggal dalam peristiwa tersebut.
Semenjak kedua orang tuanya meninggal, ia diasuh oleh seorang Tetua dari Sekte Naga Hitam. Ia juga dianggap sebagai anak angkatnya dan menjadi bagian dari Sekte Naga Hitam. Hanya saja sangat disayangkan ternyata Xiao Shuxiang tidak memiliki bakat yang bagus untuk menjadi kultivator.
Namun lewat sebuah peristiwa naas, ia berhasil menemukan rahasia kalung giok pemberian ayahnya. Dari sana pula, ia mendapatkan teknik kultivasi yang mengguncang dunia. Anehnya, giok tersebut ternyata memiliki hubungan yang erat dengan Naga pelindung Sekte tempat dimana Xiao Shuxiang berada.
Lalu siapakah jati diri Xiao Shuxiang yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkatan Kultivasi
Meski Xiao Shuxiang juga seorang murid langsung Tetua Kedua, ia masih belum diperbolehkan memiliki cincin ruang yang secara peraturan hanya boleh dimiliki oleh murid yang berada di ranah Inti Emas. Murid-murid pada ranah tersebut berstatus lebih tinggi dan memiliki perhatian yang lebih ketimbang murid yang berada di pelataran murid luar.
Tingkat kultivasi bisa dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yakni :
- Tahap Pemurnian Qi
- Tahap Pondasi Qi
- Tahap Inti Qi (Batas menjadi Murid luar)
- Tahap Inti Emas
- Pendekar Raja
- Pendekar Kaisar (Batas menjadi Murid dalam)
- Pendekar Bumi
- Pendekar Langit
- Alam Suci
- Alam Setengah Dewa
- Alam Dewa (Fana)
Setiap ranah tersebut memiliki tiga tingkatan yaitu awal, menengah dan akhir. Dimana pada tiap ranah memiliki kesenjangan yang berarti serta menjadi tolak ukur kemampuan kultivasi seseorang.
Di alam ini, keberadaan pembudidaya energi sangat dihormati karena mereka berbeda dengan seniman bela diri biasa yang cenderung mengandalkan seni gerak dan kekuatan tubuh. Mereka yang disebut kultivator itu dapat menyerap energi langit dan bumi untuk ia gunakan sendiri, memungkinkan bagi mereka untuk melepaskan kekuatan yang dapat diukur dalam satuan kilogram.
Bahkan pada tingkatan tertentu, seorang kultivator dapat memahami hukum-hukum tertentu terkait pemahamannya tentang benda, jarak dan juga waktu. Sehingga pada gilirannya mereka dapat menghancurkan gunung, bumi bahkan merobek langit untuk mengungkapkan rahasia dari alam lainnya yang biasa mereka namakan alam keabadian.
Xiao Shuxiang belum berpikiran sejauh itu, apa yang ia dapatkan kali ini baru awal perjalanannya untuk memasuki dunia kultivasi yang memiliki perjalanan yang sangat panjang. Xiao Shuxiang juga masih berada di ranah Pemurnian Qi, sehingga hal yang perlu ia lakukan adalah menerobos ke tahapan selanjutnya. Dengan memanfaatkan situasinya, kali ini Xiao Shuxiang ingin berkultivasi dan mencoba peruntungannya di tempat yang sepi ini. Jika di hari biasa maka tempat ini terlihat cukup ramai, tetapi kali ini para murid lebih memilih berkultivasi secara tertutup di kediaman masing-masing demi menghindari hal buruk seperti yang dialami oleh Xiao Shuxiang.
Xiao Shuxiang kemudian duduk bersila pada sebuah batu besar di dekat sumber air panas tempat ia melemparkan batu spiritual sebelumnya, dengan teknik kultivasinya yang baru Xiao Shuxiang berharap dapat memiliki pencapaian yang mengejutkan. Di masa depan, ia bisa menjadi penguasa yang bisa berdiri di atas kakinya sendiri dengan langit sebagai pijakan serta matahari dan bulan sebagai sesuatu yang berada di telapak tangannya.
Xiao Shuxiang segera menutup kedua matanya, ia ingin mempraktekkan Teknik Aura Naga yang berada di dalam pikirannya dan sudah menyatu menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Saat pertama ia menghirup udara dari lingkungan sekitarnya, terjadi perubahan suhu lingkungan dengan tiba-tiba. Seolah menjadi pusatnya, tubuh Xiao Shuxiang seperti menjadi penghisap yang sangat mengerikan dengan menyedot energi alam yang menyerupai hembusan angin kencang.
Tempat dimana Xiao Shuxiang berada kini diselimuti oleh angin yang bertiup kencang, serta sebuah kekuatan penarik energi tak kasat mata yang terdapat di dalam sumber pemandian air panas. Sebagai pusatnya, tubuh Xiao Shuxiang menyedot dengan gila-gilaan energi air panas ke dalam lautan energinya.
“Woosh..”
“Woosh..”
Suara desiran angin terus-menerus menerbangkan daun-daun serta terdengar derak ranting pohon yang berada di pinggiran sungai, lonjakan kekuatan alam ini terus menerus berlangsung hingga sebuah pusaran mirip angin topan terbentuk di atas kepala Xiao Shuxiang.
Seluruh energi di tempat itu membentuk pusaran angin dan masuk ke dalam tubuh Xiao Shuxiang seiring setiap tarikan napasnya. Teknik Aura Naga yang sedang ia praktekkan ini terlihat menakutkan, namun di dalam dirinya Xiao Shuxiang dapat merasakan sensasi rasa hangat yang nyaman dan terus berkesinambungan membentuk untaian energi baru, energi yang masuk ke dalam tubuhnya berhasil dimurnikan dan menjadi lingkaran energi baru berwarna jingga.
Xiao Shuxiang menyadari jika lingkaran energinya yang sudah berubah warna tersebut menandakan jika dirinya sudah memasuki ranah Pondasi Qi tahap awal, karenanya ia merasa gembira seolah setiap bagian tubuhnya terisi nutrisi dari esensi bumi dan langit. Xiao Shuxiang terus mengendalikan energinya dan membiasakan teknik Aura Naga agar lebih terbiasa dengan dirinya. Tentunya akan sangat tidak nyaman jika teknik ini ia gunakan di depan orang lain dan tentunya akan menimbulkan kegaduhan serta niat serakah dari kultivator lainnya.
Jika Xiao Shuxiang belum cukup kuat, maka tentunya teknik kultivasi semacam ini hanya akan membuatnya mati muda. Sehingga dengan perhatian yang terfokuskan, Xiao Shuxiang menyelesaikan setiap satu siklus tarikan napas dengan baik dan lebih lembut agar tidak tercipta anomali di sekitar tempat ia berkultivasi.
Malam pun semakin larut saat Xiao Shuxiang mulai memahami jalan energi yang mengarah masuk ke dalam dantian tubuhnya, selama beberapa siklus ia berhasil mengendalikan auranya dan membuat tubuhnya tetap tenang sebagai titik hitam yang menyerap energi langit dan bumi. Selama beberapa siklus berikutnya, tubuh Xiao Shuxiang mulai merasakan perbedaan yang mencolok seiring dengan perubahan warna lingkaran energinya di titik kedua. Xiao Shuxiang jelas menyadari jika dirinya sudah kembali menerobos hingga ke tingkat menengah.
Hal yang belum diketahui oleh Xiao Shuxiang adalah jika kecepatan kultivasinya juga sepuluh kali lebih cepat dari kultivator pada umumnya, jadi wajar saja jika kecepatan dan kekuatan Xiao Shuxiang akan berbeda dengan para kultivator lainnya. Pada tahap ini, Xiao Shuxiang juga dapat merasakan indera spiritualnya semakin menjangkau jarak yang lebih jauh, pendengarannya juga menjadi semakin peka terhadap sesuatu yang hidup.
Hal seperti ini juga berimbang lurus dengan daya tampung energi di dalam dantiannya, dantiannya mirip titik hitam di angkasa raya yang menyedot partikel-partikel energi di sekitarnya.
Xiao Shuxiang terus membiarkan tubuhnya menyerap energi langit dan bumi, kini ia sudah bisa mengendalikan kultivasinya tanpa membuat kegaduhan di sekitarnya. Kumparan energi alam yang berbentuk corong pun tidak terlihat lagi, berganti dengan partikel-partikel tak kasat mata yang terus terserap ke dalam tubuh Xiao Shuxiang. Beruntung kali ini ia berada di tempat yang sepi dan terpisah dari paviliun murid luar, sehingga ia bisa berkultivasi dengan tenang tanpa ada gangguan.
Hingga fajar mulai menyingsing, mata Xiao Shuxiang bersinar dengan cemerlang. Dengan kontrol energinya yang baik Xiao Shuxiang dapat merasakan kembali sesuatu yang ia nantikan berupa penerobosan. Energi Qi yang begitu kuat kembali terkondesasi membentuk untaian-untaian energi yang tersinkronisasi dengan baik di dalam dantiannya. Energi yang berhasil dimurnikan oleh tubuhnya itu juga dimanfaatkan oleh Xiao Shuxiang untuk membentuk energi vitalitas yang akan berguna ketika dirinya sedang terluka maupun saat menghadapi pertarungan hidup dan mati.
MUNGKIN MEREKA AKAN DIPERTEMUKAN DALAM MEMBASMI PENJAHAT
di sini menanti di sana menunggu