Dipaksa Menjadi Istri Ke 2

Dipaksa Menjadi Istri Ke 2

Bab 1

Sore hari di pusat kota Jakarta, seorang gadis berwajah tompel, turun dari angkutan umum. Ia baru pulang kerja dari toko sembako. Gadis itu berjalan terburu-buru menuju rumah kecil di pinggir sawah. Bening ingin segera melihat keadaan sang ibu yang menderita sakit Jiwa sejak lima tahun yang lalu.

"Alhamdulillah..." Ucapnya ketika tiba di teras rumah membuka resleting tas hendak mengambil kunci. Setelah mendapatkan yang dicari ia hendak membuka pintu. Namun, betapa terkejutnya dia. Sebab pintu rumah usangnya yang ia kunci dari luar sudah terbuka lebar.

"Buuu..." Hati Bening mulai tidak tenang.

Tidak ada pilihan bagi Bening selain mengunci ibunya di dalam rumah selagi dia bekerja. Bukannya tega kepada orang tuanya. Tetapi ia harus mencari biaya hidup dan membelikan obat untuk sang ibu.

Tidak jarang, Bening dimarahi warga jika ibunya sedang kambuh lalu pergi dari rumah. Tentu meresahkan warga sekitar. Saran warga, ibunya harus dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, uang darimana untuk membayar semua itu. Bekerja di toko sembako dengan gaji 1juta 500 ribu untuk makan satu bulan harus diirit-irit.

"Ibuuuuuu..." Panggilnya panik, segera ia lempar tas ke lantai mencari sosok ibunya ke kamar, ke dapur, kamar mandi. Namun, semuanya kosong.

"Hiks hiks hiks... ibuuu..." Gadis itu segera kembali ke luar rumah menyusuri jalan. Pikiranya campur aduk, ia takut jika terjadi sesuatu dengan sang ibu yang mengalami gangguan mental. Ia tengok kanan kiri jalan, kadang mendongak, siapa tahu ibunya berada di tempat-tempat ketinggian. Wajar, ibunya pandai memanjat apapun.

Begitulah perjuangan Bening, semenjak ayahnya pergi meninggalkan dia dan ibunya sejak SMP. Semenjak itulah Lisa sang ibu menjadi pendiam menahan rasa sakit hati yang ditorehkan suaminya. Entah apa permasalahan rumah tangga kedua orang tuanya, Bening tidak tahu. Yang dia tahu hanya keegoisan sang ayah hingga tega meninggalkan ibu dan dirinya.

"Kemana sih bu..." Gumamnya, dengan air mata berderai. Pandangan matanya tertuju pada roftoop hotel di mana sang ibu yang sedang sakit jiwa itu berada diketinggian gedung belasan lantai tersebut. Tangis Bening semakin terdengar, jantungnya seolah hendak copot. Bayangan buruk jika Lisa sampai lompat dari gedung tersebut apalah jadinya.

"Ibuuu...." Jerit nya. Ini bukan yang pertama kali yang dilakukan orang tua gadis bermata bening itu. Tetapi setiap kali lolos dari rumah, Lisa melakukan hal yang mengancam jiwanya maupun orang lain.

Bening berlari ke lobby hotel menemui tiga resepsionis.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis pria sopan. Sementara yang wanita menatap wajah Bening menarik kedua ujung bibir seperti meledek. Wanita cantik itu menatap Bening dari atas sampai bawah seolah mencemooh. Pipi tompel, baju yang dikenakan Bening pun baju murah tetapi berani masuk ke hotel.

"Tolong saya Bang, ibu saya berada di atas hotel ini." Dengan mimik wajah panik Bening menuturkan jika ibunya kurang waras.

"Astagfirullah.... kenapa ibu kamu bisa masuk ke hotel?" Resepsionis pria itu terkejut, pasalnya jika ada orang masuk pasti akan melintas di depanya, tetapi mengapa dia dan dua temannya tidak tahu.

"Mari saya antar ke atas," Ajak pria itu setelah membagi tugas dengan kedua temannya, yang satu menghubungi scurity dan yang satu lagi menerima tamu.

Bening mengikuti langkah pria itu menapaki anak tangga, beberapa menit kemudian tiba di roftoop di mana sang ibu berada.

"Ya Allah... buu..." Bening berlari ketika melihat sang ibu yang sedang mengenakan pakaian lusuh dan compang camping, rambut panjangnya acak-acakan tidak disisir. Kali ini satu kaki Lisa sudah naik ke pagar roftoop.

"Tolong ibu saya Bang" Kaki Bening terasa berat untuk melangkah takut jika Lisa sampai lompat di luar kesadaranya. "Bu... mari kita pulang Bu..." Bening berjalan pelan lalu memeluk tubuh sang ibu dari belakang, menempelkan pipinya ke punggung Lisa.

"Siapa kamu?!" Lisa menyikut-nyikut perut Bening.

"Bu, aku Bening anakmu. Kita turun ya... jangan duduk di sini," Bening menahan tubuh Lisa yang memberontak hendak lepas dari tangan Bening. Bening melirik resepsionis yang hanya terpaku entah apa yang akan ia lakukan.

"Ibu... jangan duduk di pagar, berbahaya. Mari saya bantu," Resepsionis membujuk.

Lisa pun akhirnya menurut turun dari pagar, menatap lekat wajah pria di depanya. "Suamiku..." Lisa tersenyum hendak memegang resepsionis yang lumayan tampan dan bertubuh jangkung itu. Membuat pria itu mundur ketakutan.

"Bu... Abang ini bukan Ayah," Bening berkata lembut merangkul tubuh ibunya dari belakang.

"Dia ini Ayah kamu... akhirnya Ayah kamu pulang juga." Lisa tersenyum mendekati resepsionis. Pria itu pun berlari menuruni tangga.

"Hahaha... jangan pergi lagi suamiku... hahaha" Lisa berlari mengejar dengan tawanya yang nyaring.

"Bu... tunggu..." Dengan perasaan kacau, Bening pun berlari menuruni tangga. Terjadi saling mengejar di tangga tersebut.

"Hahaha... tertangkap kamu..." Lisa berhasil menangkap sosok pria tetapi bukan resepsionis, melainkan pria sangat tampan yang sedang menarik koper bersama wanita cantik di sebelahnya.

"Haii... kenapa orang gila bisa berada di hotel ini?" Tukas pria itu menepis tangan Lisa agar menjauh.

"Maafkan ibu saya Tuan...Nona..." Bening menangis memisahkan tangan ibunya yang mencengkeram pria itu. Sementara istri pria yang tak lain adalah Naura artis terkenal itu perhatiannya bukan ke arah Lisa melainkan kepada Bening.

"Satpam..." Panggil suami artis papan atas itu menggema. Tidak lama kemudian dua orang bertubuh kekar datang meringkus Lisa.

"Lepas...! Kalian para pria pengkhianat!" Lisa berteriak-teriak. Bening menangis sesegukan melihat kedua tangan sang ibu diikat dengan gesfer oleh scurity. Scurity memaksa Lisa ke luar hotel di ikuti Bening.

"Kamu tinggal dimana?" Tanya Scurity bermaksud mengantarkan Bening dengan mobil milik scurity ketika mereka tiba di tempat parkir.

"Di kampung sawah Pak," Bening menjawab sambil membantu scurity memasukkan Lisa duduk di jok.

"Tunggu" Naura artis cantik rambut ikal, rok panjang belahan di paha itu menghampiri Bening. Bening menoleh cepat membiarkan Lisa diurus scurity.

"Kenapa ibu kamu tidak dirawat di rumah sakit jiwa saja, jika kamu biarkan ibu kamu diam di rumah. Bukan hanya kamu yang akan dibunuh, tetapi juga akan membunuh orang-orang terdekatnya?" Nasehat Naura.

Bening menunduk sedih menelaah apa kata Naura. Dalam hati kecilnya membenarkan. "Sa-saya..." Bening tidak melanjutkan ucapanya.

"Tidak punya biaya, gitu kan maksudnya?" Sambung Naura.

"Iya Non." Bening menangis.

"Jangan khawatir masalah biaya, saya akan membiayai pengobatan ibu kamu di rumah sakit jiwa, sampai sembuh," Tegas Naura.

Bening mengangkat kepalanya manatap artis terkenal itu tidak percaya. Ternyata seorang Naura mempunyai sikap dermawan.

"Benarkah?" Tanya Bening polos.

"Benar... tetapi ada syarat yang harus kamu penuhi," Naura tersenyum penuh rencana.

"Apa yang harus saya lakukan Non?" Bening ragu dan takut jika Naura minta dirinya untuk berbuat yang melanggar hukum.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Maria Mebanua

Maria Mebanua

aku langsung kasih vote menggenapi 100
Sukses buat author

2024-05-13

1

Ainun Nazwa

Ainun Nazwa

Aku mampir 😁
maaf cuma bisa kasih bunga 🙏

2024-05-08

1

Wy Ky

Wy Ky

keren

2024-05-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!