Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Luna membuka matanya dan melihat dirinya yang sekarang sedang berada dikamar untuk pelayan.
"Tubuhku rasanya sakit semua." ucap Luna yang kemudian bangkit dari tempat tidurnya.
Ceklek
Suara pintu yang dibuka oleh Damian yang masuk kedalam kamar Luna.
"Selamat pagi sayang, ayo sekarang kita olahraga pagi." ucap Damian.
"Aku tidak mau melakukan ritual olahraga, tubuhku sakit semua!"
Luna mendorong tubuh Damian agar keluar dari kamarnya.
"Baiklah kalau kamu tidak mau, aku akan memanggil mereka agar membawamu ke ruang bawah tanah." ancam Damian.
Luna langsung terdiam saat mendengar perkataan Damian.
Kemudian Damian kembali masuk ke dalam kamar Luna dan langsung mencium bibirnya.
"Apakah kamu menyukainya sayang? Atau kamu suka jika Sebastian yang melakukannya?" tanya Damian sambil merobek pakaian Luna.
Damian mendorong tubuh istrinya sampai jatuh ke atas tempat tidur.
"Jangan lakukan lagi Mas...." pinta Luna yang memohon agar suaminya melakukannya lagi
Damian tidak menghiraukan rengekan istrinya dan ia langsung membuka pakaiannya.
Dalam satu hentakan keras Luna kembali menjerit kesakitan saat suaminya melakukannya dengan paksa.
Luna menangis sesenggukan ketika melihat suaminya yang melakukan secara brutal.
"Apakah benar kamu Mas Damian?" tanya Luna yang tidak menemukan sosok suaminya yang dulu.
Damian memejamkan matanya dan ia tetap melakukannya sampai akhirnya mereka berdua kelelahan.
"Lekas belanja dan masakkan sarapan." ucap Damian yang tidak memberikan kesempatan kepada istrinya untuk beristirahat.
Luna yang masih lemas langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan setelah itu ia pergi ke pasar bersama dengan Hadi yang selalu mengawasinya.
"Aku harus bisa melarikan diri dari sini." ucap Luna dalam hati.
Sesampainya di pasar Hadi meminta Luna untuk segera belanja.
Luna lekas membeli beberapa bahan pokok yang tidak ada dirumah Damian.
disaat sedang belanja ia melihat ada sebuah toilet wanita yang cukup ramai.
"P-perutku sakit, tolong bawakan belanjaannya dulu." pinta Luna.
Luna segera memberikan belanjaannya tadi kepada Hadi dan ia langsung menuju ke toilet wanita.
"Apakah Mbak bisa menolongku? Aku korban penculikan." ucap Luna yang kemudian meminta agar wanita itu mau untuk mengganti pakaiannya.
Luna meminta agar wanita itu tidak lewat di depan lelaki yang menunggunya disana.
Wanita itu langsung masuk kedalam kamar mandi bersama dengan Luna dan mereka langsung menukar pakaiannya.
Luna memberikan dua lembar uang kepada wanita itu tetapi wanita itu langsung menolaknya
Setelah selesai Luna keluar terlebih dahulu dan ia lewat pintu selatan agar Hadi tidak mengetahuinya.
Selang beberapa menit wanita itu keluar dan disaat akan lewat jalan lain tiba-tiba lengannya ditarik oleh Hadi.
"Mau kemana kamu?" tanya Hadi.
Plaakk
Wanita itu langsung menampar Hadi dan langsung berlari keluar.
"S**l!! Aku dibohongi oleh wanita itu." Hadi langsung bergegas keluar untuk mencari keberadaan Luna.
Ia juga sudah menghubungi Damian dan memberitahukan kalau Luna kabur.
"Thanks atas laporannya, biar aku yang mencarinya." ucap Damian.
Damian meminta Hadi untuk langsung pulang ke rumahnya.
Setelah itu Damian membuka ponselnya lagi dan mencari keberadaan istrinya.
"Ternyata kamu ada disana." gumam Damian yang ternyata sudah memasang GPS ke cincin yang digunakan oleh Luna.
Luna yang saat ini sedang berada di sebuah rumah kosong yang ia sendirian tidak tahu ada pemiliknya atau tidak.
"Lebih baik aku sembunyi disini dulu saja" gumam Luna yang kemudian masuk kedalam kamar.
Ia merebahkan tubuhnya di atas alas seperti kain yang sudah robek.
Luna merasakan tubuhnya yang menggigil kedinginan akibat kondisinya yang kelelahan akibat perbuatan suaminya yang melakukan ritual olahraga dengan cara brutal.
Disaat sedang mencoba memejamkan matanya tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki yang masuk ke dalam.
Segerombolan orang melihat Luna yang sedang terbaring tidak berdaya.
"Cantik sekali wanita ini, bagaimana kalau kita perkaos saja." ucap salah satu dari mereka.
"Ide kamu bagus juga, mumpung sekarang tidak ada orang yang lewat."
Luna mencoba untuk bangkit dan segera pergi dari sana, tetapi mereka langsung menggeret dan mendorong tubuh Luna.
"T-tolong...." Luna mencoba untuk memberontak tetapi tenaganya terlalu lemah sehingga ia langsung jatuh pingsan.
Melihat Luna yang jatuh pingsan membuat mereka lekas membuka pakaian Luna.
"LEPASKAN TANGANMU DARI TUBUH ISTRIKU!!"
Damian langsung melawan mereka yang akan memperkaos Luna.
Anak buah Damian memintanya untuk segera membawa Luna yang sedang tidak sadarkan diri.
Damian melihat Luna yang sedang tidak sadarkan diri dan segera ia membopongnya masuk ke dalam mobil.
Tak butuh waktu lama untuk Damian sampai di rumahnya dan ia langsung menaruhnya diatas tempat tidur.
Ia menunggu dokter pribadinya yang sudah ia hubungi tadi.
"Selama ada aku disini kamu tidak akan bisa kabur dan kamu hari mengganti anakku yang sudah kamu gugurkan." ucap Damian dalam hati.
Suara mobil dokter pribadi telah sampai dan segera Damian memintanya untuk memeriksa keadaan Luna.
Dokter meminta Damian untuk keluar sebentar dari kamar.
"Jangan khawatir, aku akan memeriksanya." ucap dokter.
Hampir setengah jam dokter didalam kamar untuk memeriksa keadaan Luna.
"Masuklah, aku ingin bicara sesuatu dengan kamu." panggil dokter yang baru saja membuka pintu kamar.
Damian melihat Luna yang masih belum sadarkan diri.
"Apa yang sudah kamu lakukan sampai membuat luka di daerah mahkotanya?" tanya dokter Andika yang juga teman Damian.
Damian tidak bisa menjawab pertanyaan dari Andika karena ia sendiri pelaku utamanya yang membuat Luna sampai seperti ini.
Ia ingin membalas apa yang telah dilakukan oleh Luna yang sudah membunuh anaknya.
"Aku tidak melakukan apa-apa dan apakah dia masih bisa melakukan ritual olahraga?" tanya Damian.
Andika menghela nafasnya saat mendengar pertanyaan Damian.
"Kamu sudah gila Damian, apakah kamu tidak kasihan dengan wanita itu?" tanya Andika.
"Dia harus segera hamil dan aku tidak mau menunda-nunda lagi." jawab Damian.
Andika memberikan obat dan vitamin untuk Luna dan ia meminta untuk sementara waktu Damian tidak melakukan hal itu karena bisa membahayakan nyawa Luna.
Setelah itu Damian kembali duduk disamping tempat tidur sambil menatap wajah Luna yang sedikit pucat.
Tok
tok
tok
Damian membuka pintu dan melihat Hadi yang memintanya untuk keluar dari kamar.
"Ada apa?" tanya Damian.
"Besok Ayana mengajakku untuk camping, apakah kamu mau ikut?" tanya Hadi
"Kalau Luna sudah sadar aku akan mengajaknya." jawab Damian.
"Ok, aku akan beritahu Ayana kalau kalian berdua juga ikut." ucap Hadi.
Hadi mengambil ponselnya dan segera menghubungi Ayana. Ia mengatakan kalau Damian akan ikut dengan mengajak Luna.
Sebelum pulang ke rumahnya, Hadi meminta agar Damian membantunya untuk mengutarakan perasaannya kepada Ayana.
"Aku akan membantumu." ucap Damian
Kemudian Damian kembali masuk ke kamar untuk menemani Luna yang masih belum sadarkan diri.