1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Garra membelalak. Tubuhnya menegang seketika. Ia bisa merasakan resleting celananya di buka perlahan oleh gadis di bawah sana. Astaga. Mariam sangat berani. Tangan Garra mencoba menghentikan Mariam, namun tampaknya gadis itu sudah nekat akan menyentuh bagian yang paling sensitif dalam tubuhnya itu.
Ketika Garra menunduk ke bawah, Mariam tersenyum lebar penuh kemenangan padanya. Dan detik itu juga Mariam mendapatkan keinginannya. Resleting celana Garra terbuka dan tangan Mariam menggapai benda panjang berurat yang sudah tegang itu, lalu mulai bermain di sana dengan gerakan naik turun.
Mulut Garra terkatup. Lelaki itu menggigit kuat-kuat bibirnya agar tidak sampai mengeluarkan suara desa-han. Ia sadar masih ada orang lain yang sedang duduk di sana. Namun gerakan Mariam yang semakin lama semakin liar di bawah sana membuatnya mabuk kepayang. Lututnya bergetar hebat. Ya ampun, dia bisa gila kalau begini terus.
"Garra,"
panggilan Lani membuat Garra cepat-cepat menghadap wanita itu. Ia berusaha dengan sangat keras agar wajahnya terlihat biasa saja.
"A ... Ada apa?" sahut Garra tidak seperti biasanya. Biasanya laki-laki itu tidak pernah bicara terbata-bata walau hanya satu kali pun. Dan jarang sekali menggubris panggilan, biasanya laki-laki itu terkesan sangat cuek.
Lani sampai heran karena ini adalah pertama kalinya ia merasakan Garra sedikit berbeda ketika bicara dengannya. Malam ini lelaki itu terlihat sedikit lebih friendly. Tentu saja Lani senang. Wanita itu tidak sadar saja kalau Garra sedang menahan erangannya mati-matian.
"Mm, aku ingin bertanya apakah sabtu nanti kau ada waktu?" tanya Lani. Kapan lagi ia memiliki kesempatan seperti ini? Ia ingin mencoba peruntungannya mendekati pria itu. Ingin Garra juga melihatnya bukan hanya sebagai rekan kerja saja.
Dari awal bekerja di departemen ini, Lani sudah menyukai laki-laki itu diam-diam, namun wanita itu malu mendekatinya. Apalagi dengan sifat Garra yang teramat kaku dan datar pada semua orang. Alasan satu-satunya Lani memutuskan untuk berani adalah karena ia tidak ingin Garra jatuh ke pelukan perempuan lain. Apalagi sih gadis bernama Mariam itu.
Tadi siang saja ia baru memergoki mereka berciuman. Entah sudah pacaran atau belum Lani belum tahu. Yang pasti ia cemburu karena Garra mencium balik gadis itu, dengan sangat panas. Membuat hatinya ikut panas karena cemburu.
"Kenapa?" suara Garra ketika bertanya balik sudah kembali seperti Garra yang biasanya. Namun ia masih menggigit bibirnya untuk menahan agar tak ada suara aneh yang keluar dari mulutnya.
"A ... Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." kata Lani.
"Arghh ..." akhirnya Garra tidak dapat menahan dirinya untuk tidak berteriak. Untuk teriakannya bukanlah teriakan keenakan yang menjijikan. Teriakannya bisa dikategorikan sebagai sebuah teriakan kesakitan yang tidak menimbulkan kecurigaan bagi orang yang mendengar.
Ya, Garra merasa sakit. Karena Mariam tiba-tiba menggigit miliknya. Tidak terlalu kuat memang, namun sanggup membuatnya kaget hingga refleks berteriak. Lani sampai berdiri. Dan Garra mendorong Mariam agar tidak menyentuh batangnya dulu. Kali ini Mariam ikut menjeda perbuatan gilanya tersebut. Kasian juga melihat yang kelabakan akibat ulahnya.
"Ada apa?"
"Tidak apa-apa. Tadi kakiku tiba-tiba merasa keram, tapi sudah tidak apa-apa." entah alasan itu masuk akal di otaknya Lani atau tidak, Garra tidak peduli. Hanya itu alasan yang bisa ia pikirkan di otaknya sekarang.
Lani lalu berjalan mendekati meja Garra. Otomatis pria itu menarik kursi agar badannya menempel ke dinding meja. Berjaga-jaga supaya Lani tidak lihat resleting celananya yang sudah terbuka dan miliknya yang besar dan sudah mengacung tersebut sedang di kocok di bawah sana.
"Tapi wajahmu sangat merah Garra. Kau merasa sakit? Atau kau pulang saja sekarang, aku akan menemanimu." Lani memasang tampang khawatirnya. Ia tidak tahu d bawah sana Mariam sedang mengata-ngatai dia dalam hati karena sok dekat dengan Garra.
"Tidak perlu, aku tidak apa-apa." tolak Garra langsung.
"Taksimu sudah di mana?" pria itu bertanya kemudian. Ia ingin wanita itu pergi secepatnya dari sini, agar ia bisa menuntaskan rasa sesak yang masih memenuhi tubuhnya. Rasa sesak karena gairah itu harus segera dituntaskan oleh orang yang memulainya. Sungguh ia merasa sangat tersiksa.
Lani tampak kecewa karena belum mendapatkan apa yang dia mau. Garra ingin sekali ia segera keluar dari ruangan ini.
"Garra, ada yang ingin aku sampaikan padamu."
"Nanti saja. Coba cek taksimu sudah di mana? Aku juga harus segera pulang." balas Garra tidak memberi kesempatan Lani. Ia kembali menggigit bibirnya karena di bawah sana Mariam mulai mengocok miliknya lagi.
"Ah, benar. Taksiku sudah di depan. Kalau begitu aku pergi sekarang. Terimakasih sudah mengijinkanku menunggu di sini." ucap Lani setelah mengecek hapenya. Berusaha tersenyum meski dalam hati ia sedikit kecewa dengan penolakan Garra. Wanita itu akhirnya keluar. Masih ada waktu lain. Ia takut kalau terlalu memaksa, Garra malah akan jijik padanya.
"Ah ..." Garra mende-sah pelan. Lani sudah keluar. Kali ini Mariam menyerangnya dengan mulut. Mulut gadis itu meng-ulum miliknya dengan ganas.
Walau mereka masih berada dikantor, sudah terlambat bagi Garra untuk menolak. Tidak bisa, ia tidak tahan lagi. Ia harus mendapatkan pelepasannya malam ini. Mariam benar-benar berhasil menggodanya. Otaknya sudah tidak bisa berpikir lagi.
"Mmph ... Ahh ..." suara lenguhannya sengaja ia pelankan agar tidak ada yang dengar dari luar. Tapi mulutnya terbuka lebar. Lututnya bergetar hebat. Gerakan lidah Mariam makin menjadi-jadi.
Garra membusungkan dadanya dengan pandangan mata menatap ke langit-langit ruangan. Mulutnya menganga lebar ke atas. Tangannya meremas kedua sisi kursi kuat-kuat, sampai buku-buku jarinya keliatan.
Sebentar lagi. Sebentar lagi ia akan keluar. Lalu ia merasakan sebuah gelombang luar biasa menghantam dirinya,
"Ahhh ..." tubuhnya kejang-kejang akibat gelombang dahsyat itu. Garra akhirnya merasakan puncak kenikmatan yang membuatnya hampir gila.
"Oh ..." tubuhnya masih bergetar, masih menikmati hasil dari perbuatan nakal Mariam terhadap dirinya. Sialan, kalau Mariam menggodanya terus, bisa-bisa ia tidak tahan lagi. Ia hanyalah seorang laki-laki normal. Untung dia masih sadar ini kantor, jadi dirinya masih bisa menahan diri untuk tidak menyerang balik Mariam.
Saat menatap ke bawah, Garra melihat Mariam tersenyum puas menatapnya.
"Bagaimana? Masih mau sembunyikan aku di bawah sini?" gadis itu mengerling nakal. Garra tertawa kecil, menggapai tissue di atas meja lalu membersihkan juniornya yang basah akibat cairan yang keluar tadi kemudian memakai kembali celananya. Pria itu berdiri dari kursi dan menatap ke bawah lagi.
"Ayo ku antar pulang." ucapnya.
"Pulang ke tempatmu?" seru gadis itu dengan wajah berseri-seri.
"Tidak, pulang ke rumahmu. Ayo." Mariam berubah manyun. Kenapa sih Garra masih tidak tergoda untuk merusaknya. Padahal ia yakin pria itu sudah sangat terpancing tadi.
nemu novel ini
baca sambil ngakak dewe
wkwkwkkkkkakakaaaa
malem² lagi
byuhhhh