NovelToon NovelToon
Aku Lebih Pantas Untuknya

Aku Lebih Pantas Untuknya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Keluarga / Penyelamat
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tresna Agung Gumelar

Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.

Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.

Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.

Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.

Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.

Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Saat ini Tama dan Husna berada di sebuah restoran siap saji, setelah memesan beberapa makanan dan menaruhnya di atas meja, Tama yang melihat Husna masih murung semenjak dari danau tadi, dia langsung menghampiri Husna dan duduk di sampingnya.

"Hmm, udah dong jangan cemberut terus, sekarang kita makan dulu yuk! Kan katanya tadi kamu laper." Ajak Tama sambil menghela nafas berat menatap Husna yang pandangannya menjadi kosong karena masih tak terima dengan perkataan Frian di danau tadi.

"Udah dong, apa mau aku suapin?"

Saat Tama menawarkan untuk menyuapinya, Husna hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah yang masih kaku tak bergairah sama sekali.

"Hmm." Tama kembali menarik nafas berat kemudian dia merangkul Husna dan menyenderkan kepala Husna di pundaknya.

"Aku bilang juga apa kan tadi, harusnya kita tadi langsung pergi saja tak perlu menghampirinya lagi." Ucap Tama sambil mengusap-usap kepala Husna yang bersandar di pundaknya.

"Rasanya aku ingin sesegera mungkin Tam melunasi hutang itu, aku benar-benar sudah nggak sanggup lagi sekarang." Sahut Husna secara tiba-tiba meluapkan keinginannya sambil meneteskan air mata.

Tama yang melihat Husna mulai menangis, dia langsung melepaskan rangkulannya kemudian menatap Husna sambil mengusap air matanya.

"Husna dengerin aku! Hutang itu pasti akan selesai ko percaya sama aku, saat ini juga kan kamu sedang berjuang, nanti aku coba bilang sama papa dan mamaku ya aku akan minta pendapat sama mereka agar sesegera mungkin membantu kamu."

Tama yang memang tak mau melihat Husna menangis, dia akan berusaha secepat mungkin untuk meminta bantuan kepada orangtuanya.

"Sekarang kamu nggak usah takut ya! Aku ada di sini dan akan terus melindungi kamu, sudah jangan nangis ah!"

Tama yang yakin akan membantu Husna kembali memenangkannya sampai airmata Husna yang mengalir di pipinya perlahan kering setelah berpindah ke jemari Tama.

"Maafin aku ya Tama, kamu pasti nyesel udah kenal sama aku yang selalu membuat beban buat kamu." Dengan wajah sedih, Husna merasa saat ini menjadi beban buat Tama.

Sebenarnya Husna sering merasa tak enak terhadap Tama, tapi jika bukan Tama siapa lagi orang yang bisa membantunya sampai sejauh ini.

"Husna, kamu nggak pernah membebani aku, aku ikhlas ko melakukan semua ini. Malah semenjak aku kenal sama kamu aku jadi tahu mana orang baik dan mana orang yang nggak baik. Kamu sudah banyak merubah kepribadian aku selama ini."

Kehadiran Husna memang membuat Tama menjadi sosok yang lebih dewasa, dulu saat sekolah di jakarta bisa dibilang Tama ini sedikit nakal dan sering melakukan tawuran antar sekolah. Bahkan mamanya sering dipanggil oleh pihak sekolah karena kelakuan anaknya yang selalu berantem.

Tapi setelah berpindah ke sini, Tama yang tadinya jarang sekali di rumah, sekarang dia menjadi sosok yang manja terhadap orangtuanya, apalagi setelah mengenal Husna dia sering nurut dan lebih dewasa pemikirannya.

"Udah ya cukup nangisnya, sayang loh padahal dari pagi udah cantik banget eh jadi keganggu deh cantiknya sama air mata."

Husna hanya bisa tersenyum tipis sambil sedikit menganggukkan kepalanya sebagai tanda tangisannya sudah berhenti saat ini.

"Nah gitu dong senyum, yaudah kita makan dulu ya sekarang! Kan katanya tadi waktu di danau kamu laper banget."

Tama mengajak Husna agar segera makan, karena waktu juga sudah hampir lewat dari jam makan siang.

"Tapi aku mau nagih ah, katanya tadi kamu mau nyuapin aku?" Ucap Husna yang tiba-tiba jadi manja dan ingin di suapi.

"Emang iya ya? Hmm, yaudah deh yaudah sini aku suapin."

Demi Husna tersenyum kembali, Tama pun dengan senang hati mulai menyuapi Husna.

Di sini Husna mulai tersenyum kembali saat suapan demi suapan Tama berikan kepadanya, bahkan ditambah dengan candaan Tama yang selalu mencoba menggodanya Husna pun jadi sedikit tertawa.

"Tama kamu nggak makan?" Tanya Husna karena Tama jadi sibuk menyuapinya.

"Ya nanti lah, aku juga kan mau disuapin." Jawab Tama yang kembali menggoda Husna.

"Ih aku nggak nawarin kamu ya!" Sahut Husna dengan wajah juteknya sambil mengunyah makanan.

"Ko gitu, yaudah deh nanti aku minta disuapin sama mbak cantik yang di kasir sana aja tuh kalau kamu nggak mau." Ucap Tama sambil menunjuk ke arah meja kasir yang di jaga oleh seorang perempuan cantik.

"Ih jangan! Enak aja, mending aku yang nyuapin kamu." Dengan wajah juteknya Husna spontan langsung menolak ucapan Tama barusan.

"Lah kenapa emang, kamu cemburu?"

"Em, bukan cemburu sih tapi nggak suka aja kamu genit-genit kaya gitu."

"Hmm, apa bedanya coba sama cemburu dasar cewek aneh emmm." Tama pun sedikit mencubit pipi Husna yang wajahnya kini sangat lucu di hadapan Tama karena mulai sedikit cemburu kepadanya.

"Hehe. Jangan pernah genit ya awas!"

"Mau ah, tapi genitnya sama ini nih sama perempuan yang gengsinya bener-bener super." Tama menggoda Husna sambil memandang tajam wajahnya dan sedikit senyuman canda.

"Ih apa sih, ayo ah suapin lagi fokus!" Karena malu Husna pun jadi mengalihkan pembicaraan menyuruh Tama untuk menyuapinya lagi.

Mereka terus saling bercanda bahkan setelah Husna selesai makan, dia mau menyuapi Tama sambil bercanda sampai Husna benar-benar sudah melupakan kejadian di danau tadi.

Sore harinya.

Tama yang baru saja pulang ke rumah setelah mengantar Husna pulang, dia langsung menghampiri kedua orangtuanya di dalam rumah yang memang sedang berada di ruang keluarga.

Tama langsung duduk bersandar di sandaran sofa di tengah-tengah mereka sambil melepaskan lelahnya hari ini.

"Yang habis pacaran seneng banget nih kayanya." Sahut pak Ghani sedikit meledek anaknya.

"Ko nggak dibawa ke sini dulu Husna nya? Padahal mama pengen ketemu lagi sama dia." Tanya Bu Yeni sambil mengusap rambut anaknya.

"Ah mama sama papa, Oh iya aku mau nanya serius dong sama papa dan mama." Sahut Tama yang langsung menegakkan badannya karena ingin bicara sedikit serius.

"Mau tanya apa? Sekarang ini anak nanyanya serius terus perasaan kalau di rumah." Tanya pak Ghani yang memang merasa bahwa Tama selalu bicara serius semenjak mengenal Husna bila mengobrol di dalam rumah.

"Iya mau tanya apa sih? Datang-datang udah serius aja." Bu Yeni juga ikut bertanya karena jadi sedikit penasaran.

"Em Pah, Mah, tabungan aku yang buat biaya kuliah di Singapore boleh aku pake dulu nggak?"

Suasana pun hening sejenak saat Tama bertanya seperti itu, pak Ghani dan Bu Yeni kaget karena tabungan itu sengaja dikumpulkan untuk anaknya yang memang sedari dulu ingin kuliah di sana.

"Buat apa? Jangan aneh-aneh ya kamu!" Bu Yeni pun langsung bertanya serius sekaligus mengingatkan jangan sampai sembarangan memakai uang itu.

"Aku mau bantu Husna Mah!" Jawab Tama dengan nada memelas karena memang dia sangat khawatir dengan keadaan Husna saat ini.

"Tama, bukannya papa nggak izinin sayang, tapi kan Husna saat ini sedang mengerjakan project dari Papa, itu lumayan besar loh jumlahnya." Jawab pak Ghani merasa Tama tak perlu mengambil uang itu karena perlahan pak Ghani akan berusaha membantu Husna dengan project yang dia berikan.

"Hmm tapi itu masih kurang Pah kayanya, aku pengen bantu sisanya saja. Nanti kalau aku sudah kerja aku ganti deh, lagian kayanya aku pengen kuliah di dalam negri saja aku nggak mau kuliah jauh-jauh sekarang."

Tama yang kekeh merasa uang yang Husna kumpulkan akan membutuhkan waktu yang lama, sementara Tama merasa bahwa Husna sudah dalam keadaan semakin bahaya bila terus dibiarkan seperti ini.

"Hmm gini nih orang yang sedang jatuh cinta sampai semuanya mau di korbanin, padahal kamu dari sejak dulu pengen banget loh kuliah di Singapore."

Bu Yeni kembali mengingatkan anaknya itu karena memang sedari dulu Tama ingin sekali menimba ilmu di sana setelah lulus dari SMA. Tama yang bercita-cita jadi seorang arsitek ternama ingin sekali menimba ilmu di kampus yang kompeten.

"Kayanya sekarang enggak deh, aku kan anak satu-satunya jadi sekarang aku merasa kalau aku nggak mau terlalu jauh sama papa dan mama."

Tama mencoba mencari alasan sampai cita-citanya dahulu iya ingin korbankan demi keselamatan Husna saat ini.

"Hmm alesan, sekarang mama mau tanya serius sama kamu." Ucap Bu Yeni yang langsung menatap tajam anaknya itu.

"Tanya apa Mah?" Tama sedikit takut karena kini mamanya semakin serius.

"Memang kamu sudah yakin sama si pelukis pahlawan itu? Kamu belum lama loh Tam kenal sama dia."

"Ah mama. Gini ya Mah, aku nggak mikirin itu sebenarnya. Aku tuh cuma ingin nyelametin Husna dari pak Frian. Asal mama sama papa tahu yah, pak Frian itu jahat. Husna sama Reza pernah cerita kalau mereka pernah mergokin pak Frian di ruang BP. Kalau pak Frian itu pernah melecehkan beberapa siswa perempuan di sana."

Tama mencoba menjelaskan alasannya untuk menyelamatkan Husna selain jeratan hutang.

"Ah masa sih, kamu jangan ngada-ngada ya Tama!" Pak Ghani bertanya karena merasa itu hanya akal-akalan Tama saja.

"Aku serius Pah, malah Husna itu takut sebenarnya. Husna juga sering mau dijebak sama pak Frian bahkan Husna hampir sempat di ajak ke sebuah hotel oleh guru bejat itu. Tapi usahanya selalu gagal ya Husna bilang sih saat pak Frian mau menjebaknya selalu ada orang yang menolongnya, termasuk aku Pah aku sendiri pernah menolong Husna ko saat mau seperti itu. Pak Frian itu selalu kasar Pah sama Husna."

Tama kembali menjelaskan agar kedua orangtuanya benar-benar percaya dengan ceritanya saat ini, Tama pun memasang wajah yang serius agar tidak dianggap mengada-ada.

"Astaghfirullah, kenapa nggak dilaporin aja sih?" Tanya pak Ghani yang jadi geram setelah mendengar itu.

"Susah Pah buktinya kurang, makanya sekarang aku mau minta tolong sama papa dan mama, izinin aku ya pakai uang tabungan itu! Aku pengen nyelametin Husna aku nggak mau dia kenapa-kenapa."

Tama yang memang khawatir kembali meminta izin karena dia rasa cuma itu yang bisa menyelamatkan Husna dari Frian saat ini.

"Hmm ini sih nggak bisa dibiarin. Gini saja Tam, kamu bilang sama orangtuanya Husna saat nanti mau melunasi hutangnya, mama mau ikut soalnya orang seperti mereka pasti tak akan pernah mau kalah apalagi sama keluarga Husna yang mohon maaf masih awam."

Bu Yeni pun jadi ikut geram setelah mendengar semuanya, bahkan dia siap untuk mendampingi orang tua Husna saat melunasi hutang mereka.

"Jadi aku boleh pake uang tabungan itu?" Tanya Tama yang sepertinya sudah menemukan titik terang.

"Iya boleh, tapi pastikan dulu kekurangannya berapa soalnya kan project yang papa kasih sama Husna kalau lukisannya lebih cepat lagi bisa cair lebih cepat juga." Pak Ghani yang sebenarnya masih ingin membantu dengan cara lain kembali mengingatkan Tama agar lebih teliti lagi.

"Hmm iya Pah, nanti aku bicara deh sama Husna. Makasih ya papa sama mama udah mau bantu. Tenang aja aku pasti ganti uang itu kalau aku sudah kerja nanti."

Tama yang senang setelah di izinkan oleh kedua orang tuanya, dia pun merespon dengan mengucapkan terimakasih sambil tersenyum kepada mereka.

"Hmm dasar." Bu Yeni pun tersenyum karena sebenarnya dia sangat senang saat ini anaknya jadi peduli terhadap orang lain.

Semenjak mengenal Husna, Tama banyak berubah pemikirannya jadi lebih dewasa bahkan sangat jarang sekali boros seperti saat tinggal di Jakarta.

Bu Yeni merasa saat ini Husna lah yang membuat anaknya berubah, karena awalnya Bu Yeni takut ketika pindah ke sini Tama akan sama saja seperti di jakarta yang selalu suka keributan di sekolah maupun di luar rumah.

1
💫0m@~ga0eL🔱
syukurin, masuk bui kamu frian.
💫0m@~ga0eL🔱
syukurlah mereka semua selamat /Scowl/
💫0m@~ga0eL🔱
sungguh keterlaluan si frian. untung Tama cepat datang 😭
💫0m@~ga0eL🔱
widiihh, sarung mafia inii
TAG: Iya mafia parah/Smile/
total 1 replies
𝐀⃝🥀🅺🅸ˢˢ ᵈᵒⁿ🅺🆈ᵃⁿᵏ
🙄🙄🙄
setoran bab
𝐀⃝🥀🅺🅸ˢˢ ᵈᵒⁿ🅺🆈ᵃⁿᵏ
lhoo pacaran sama guru mmg boleh🙄🙄
MissHalu
malu kn wulan
MissHalu
Wulan Wulan kamu mh😅
TAG: /Grin/
total 1 replies
MissHalu
menghayal kaya aku,hayalan tingkat tinggi/Smile/
TAG: /Smile/
total 1 replies
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞❤️⃟WᵃfAͬyͧuᷤdͧiaͪℛᵉˣ
Cemburu tanda cinta,, Cinta pada pandangan pertama /Joyful/
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞❤️⃟WᵃfAͬyͧuᷤdͧiaͪℛᵉˣ
Wulan pede banget yah /Facepalm/
Raisa267
/Joyful//Joyful//Joyful/
Raisa267
malah nantangin /Sly/
💫0m@~ga0eL🔱
sembur si frian pake /Coffee/ panas/Right Bah!/
💫0m@~ga0eL🔱
beraninya sama perempuan /Curse/ frian jahat/Hammer/
𝐀⃝🥀🅺🅸ˢˢ ᵈᵒⁿ🅺🆈ᵃⁿᵏ
astaga... sama sama berkhayal/Facepalm//Facepalm//Smug/
💫0m@~ga0eL🔱
bheuh,, belum tentu juga /Facepalm//Joyful/
𝐀⃝🥀🅺🅸ˢˢ ᵈᵒⁿ🅺🆈ᵃⁿᵏ
mampir lagi/Smug/
💫0m@~ga0eL🔱
gak jenteel amat sih kamu /Proud/
💫0m@~ga0eL🔱
bilang aja kamu iri frian/Proud/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!