mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan kembali
Saat makan malam, Aaron turun untuk makan. Di meja makan, semua keluarganya sudah berkumpul menunggu dirinya.
“Lelet banget bang jalannya, gak tau apa gue laper.” Celetuk si anak bungsu dengan wajah kesal.
Aaron yang melihat adiknya mendelik sinis, melihat tatapan kakaknya si bungsu pun memandang ke arah lain.
“Rai, jangan cari masalah.” Tegur Laras.
Sudah menjadi kebiasaan Rai yang terus saja iseng pada kakak yang satu itu. TApi dengan Jacob, Raihan tak berani padanya.
“Mommy tau gak? Semalem aku nonton film, judulnya Metong karena kelamaan menjomblo. Ih ngeri tau mom, masa mayatnya ...,”
“Raaaii!!” Geram Aaron dengan tatapan tajam.
“Kenapa marah? Kan Rai cuman cerita doang,” Raihan mencoba membela dirinya.
“Tapi cerita kamu nyindir kakak!” Sinis Aaron.
“Ya berarti sindiran ku tepat sasaran!”
Ingin rasanya Aaron melempar sendok ke arah adiknya yang tengil itu, tapi keburu Laras menenangkan putranya agar tak ribut dengan adiknya.
Sedangkan Haikal hanya diam menyimak, jika sudah kelewat batas. Barulah dia yang turun tangan.
Saat semua kembali tenang dengan makanan masing-masing, Aaron tiba-tiba melihat kakak iparnya yang tengah melayani suaminya makan. Karena biasanya kakak iparnya itu sibuk mengurus putra kembarnya yang sulit diam.
“Si kembar mana?” Tanya Aaron pada kakaknya.
“Sekarang kan ada baby sitter, dia lah yang kaga. Kenapa? Iri kakak ada yang layanin?” Sewot Jacob menjaili saudara turinya itu.
“Kenapa sih semuanya gak jelas banget!” Aaron yang terlanjur kesal oun beranjak dari meja makan. Saat Laras akan mengejar putranya, Haikal justru mencekal tangan istrinya.
“Dad, Aaron ...,”
“Biarkan saja, kalau di belain terus. Nanti jomblo sampe tua dia.”
“Aaron mungkin belum siap nikah dad,” ujar Laras dengan raut wajah khawatir.
“Umur dia hampir kepala tiga, masih aja belum siap. Malu sama umur, takut keburu gak laku nanti,” ujar Jacob mewakili sang daddy.
Sebenarnya Laras tak banyak tau tentang putranya setelah perpisahannya dengan mantan suaminya dulu. Dirinya lama tinggal di luar negri bersama suami barunya, dan baru saja kembali saat si kembar lahir.
Mendengar kabar kematian mantan suaminya dulu saja dia tahu dari Aaron yang memberinya pesan. Kalau tidak, dia gak akan tahu tentang apa yang terjadi pada kehidupan putranya.
Dia sudah membujuk Aaron untuk tinggal bersamanya, tapi putranya menolak dan ingin hidup mandiri. Laras tak bisa memaksa, setiap bulan dia rutin mengirim uang bulanan untuk putranya walau Aaron terus menolak.
Laras khawatir pada putranya yang tadi tak sempat menyelesaikan makannya, maka dari itu Laras bernisiatif untuk membawakan Aaron susu agar putranya bisa tidur dengan nyenyak.
Tok!
Tok!
“Aaron, mommy bawakan susu untukmu. Tolong buka dulu pintunya sebentar, “ ujar Laras.
Tak ada sahutan dari Aaron, hingga suara Haikal membuat Laras kelimpungan.
“SAYAANGG!! MANA KOPIKU?”
“IYA SEBENTAR MAAASS!!”
Laras bingung, putranya tak kunjung keluar. Kebetulan sekali, Zeva yang akan menuju kamarnya untuk beristirahat segera di hentikan oleh Laras.
“Zeva, sebentar! Tolong bantu saya, berikan susu ini ke putra saya. Ini kamarnya, ketok aja. Dari tadi saya tunggu gak keluar-keluar,” ujar Laras dengan buru buru.
Zeva yang tak siap pun hanya bisa pasrah, selepas kepergian. Laras dia mencoba mengetuk pintu.
Tok!
Tok!
Tok!!
Cklek!
“Apa sih mom, Aaron gak lapar!!” Kesal Aaron karena merasa tidurnya terganggu.
Aaron keluar dengan rambut yang acak-acakan, dia belum menyadari kehadiran Zeva. Begitu pun dengan Zeva yang sedari tadi menundukkan kepalanya.
“Tuan, tadi nyonya minta saya antarkan ini,” ujar Zeva menyodorkan susu itu.
Deghh!!
Aaron segera menatap Zeva, suara yang tidak asing untuk nya membuat jantung Aaron berdegup kencang. Sontak keduanya saling mengangkat wajah, hingga tatapan keduanya bertabrakan.
“Tuan, ini su ...,”
PRAANGG!!!
Kedua bola mata Zeva mendadak serasa ingin keluar, gelas yang ia pegang jatuh dan pecah. Keduanya kini saling sama-sama terkejut dengan kehadiran masing-masing.
“Mas Aaron.”
“Ngapain kamu disini?” suara Aaron terdengar sangat datar dan dingin, hingga Zeva meneguk ludahnya kasar.
“Ya ampun, kenapa susunya bisa jatoh Zev?” Pekik Karas.
Tersadar dari ke keterkejutannya, Zeva segera berjongkok dan mengambil pecahan beling yang berserakan.
“Auch!!” karena kurang hati-hati, jari Zeva tak sengaja tergores pecahan beling. Aaron yang melihat jari Zeva berdarah segera memalingkan wajahnya.
“Aaron! Bantuin dong! Kok malah diam aja!!” Laras benar benar kesal pada putranya.
“Salah dia kenapa gak hati-hati, jangan ganggu Aaron. Aaron ngantuk!"
Brak!!
Zeva memejamkan matanya saat Aaron menutup pintu dengan kasar, dia memegang jarinya yang terasa perih. Air matanya jatuh, tapi bukan karena jarinya yang terluka. Melainkan hatinya, melihat sikap Aaron yang sangat dingin padanya.
“Tangannya sakit banget yah sampe nangis begitu?” Ujar Laras merasa prihatin dengan Zeva.
Zeva segera menghapus air matanya dan membereskannya kembali pecahan itu.
“Udah jangan di terusin? Nanti saya panggilkan maid! Kamu obati dulu lukamu,”
Sedangkan di dalam kamar, rupanya Aaron berada di balik pintu. Mendengar suara Laras yang mengatakan jika Zeva menangis entah mengapa ada perasaan aneh di hati Aaron.
“Kenapa kamu disini? Apa belum cukup luka yang kamu torehkan untukku Zeva? Kenapa kita harus bertemu kembali.” Lirih Aaron.
Aaron menghela nafas pelan, bertahun-tahun lamanya mereka tidak bertemu. Bahkan sebelum pergi, Aaron sudah menandatangani surat perceraian agar Zeva tak perlu lagi mencari nya untuk meminta tanda tangan. Aaron pikir, Zeva akan menikah dengan Rio. Yang tentu jelas wanita itu butuh akta cerai untuk menikah kembali.
__
Zeva lebih banyak melamun, dia sedang menerka nerka mengapa Aaron bisa berada di rumah keluarga Smith.
“Setahu aku, ibu LAras punya tiga anak. Katanya anak keduanya sedang berada di luar kota, apakah mas Aaron adalah anak kedua nyonya Laras?” Gumam Zeva.
Zeva tahu suaminya anak broken home, dia tahu kehidupan Aaron bagaimana. Tapi dirinya tidak pernah tahu bagaimana rupa ibu kandung Aaron selama ini.
"Hais, kenapa dunia sesempit ini. Kalau aku tahu si kembar keponakan mas Aaron, gak bakalan aku mau kerja disini. Cari masalah namanya." Resah Zeva.
Zeva memeluk lututnya, ketakutannya bertemu Aaron kembali hanya satu. Dirinya belum juga mengajukan perceraian mereka ke pengadilan.
"Nanti mas Aaron tagih gak ya surat pisah nya? kan berkas pengajuannya ketinggalan, gimana ini." Gumam Zeva.
"Kalau mas Aaron tanya soal surat pisahnya, masa aku mau bilang. Aku masih butuh buku nikah kita buat akta kelahiran Marsha, gitu? nanti dia tanya Marsha siapa gimana? Kalau dia tuduh aku hamil sama Rio gimana?"
Zeva sudah ketakutan terlebih dahulu sebelum semua hal yang dia pikirkan terjadi, baginya hal yang dia takutkan ketika bertemu Aaron adalah soal Marsha. Dirinya khawatir Aaron berpikiran buruk tentangnya setelah mengetahui tentang Marsha.
"Gak usah di kasih tau deh, lagian selama ini Marsha gak tanya-tanya soal bapaknya dimana. Kalau dia tanya, bilang aja lagi cari mamah baru. Tau ah, pusing. Mau tidur aja!"
Memang aneh Zeva ini, dia yang membuat semuanya sulit. Dia yang pusing sendiri.
DOUBLE UP, JANGAN LUPA DUKUNGANNYA 🥳🥳🥳
syedih nih kayanya..
perlu bawa kanebo kering gak yaaaah
K E R E N !!!!