AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
"Lihat Mawar, bibirnya pucat seperti itu. Kamu mau istri mu sakit?" omel Asti ketika hendak makan malam.
"Mah, apa masa kecil mas Wira kurang bahagia?" tanya Mawar.
"Kamu tanya sendiri sama suami mu. Wira itu kalau ngerjain orang, kalau belum nangis ya belum berhenti. Mamah aja ampe pusing di buatnya!"
"Suka sekali mengada-ada!" seru Wira tidak terima dengan ucapan mamahnya.
"Selesai makan langsung pakai minyak angin. Nanti kamu masuk angin," ujar Asti mengingatkan Mawar.
"Kalau anginnya masuk, ya tinggal di pompa keluar deh!" celetuk Wira benar-benar membuat tekanan darah Asti naik turun.
Selesai makan malam, Mawar tidak langsung kembali ke kamar. Gadis ini membantu mamah mertuanya untuk membereskan meja makan. Meskipun ada pembantu, namun Asti lebih senang melakukan sendiri dan sekarang di temani oleh Mawar.
Setelah selesai, barulah Mawar menyusul suaminya ke kamar. Mawar langsung tercengang melihat Wira yang sudah berdiri di depan lemari pakaian Mawar.
"Mas, ngapain?" tanya Mawar heran.
"Em, malam ini bagusnya kamu pakai warna apa ya...?"
Mata Mawar melebar, gila betul suaminya ini yang ternyata serius dengan ucapannya.
"Aku mau tidur!" seru Mawar langsung naik atas tempat tidur.
"Nasi belum sampai usus kau sudah mau tidur. Sini, duduk dulu kita nonton televisi...!"
Mawar menurut saja, gadis ini berpindah duduk ke sofa.
"Nanti ganti pakaian mu!" titah Wira menyodorkan selebar lingerie berwarna hitam.
Mawar menarik nafas dalam, mengambilnya tanpa protes lagi.
"Mas, kenapa di pindah chanelnya?" Mawar kesal.
"Menonton film hantu tidak bagus untuk mimpi kita. Lebih baik menonton film percintaan!" jawab Wira dengan santainya.
"Terserah kau saja mas. Baru sekarang aku mau menikmati bagaimana rasanya menonton televisi tapi kau malah mengganggu ku!" ucap Mawar dengan ekspresi acuh.
Wira langsung menoleh ke arah Mawar.
"Sayang ku, apa kau marah?" tanya Wira.
"Tidak, aku tidak marah!" jawab Mawar dengan wajah dinginnya.
"Sepertinya kau marah. Iya kan...?"
Mawar dongkol, gadis ini beranjak dari duduknya lalu berpindah ke tempat tidur.
"Alamat gak dapat jatah kalau dia marah!" batin Wira langsung menyusul istri sambil menenteng lingerie.
"Jangan ganggu aku. Aku mau tidur!" acuh Mawar yang merajuk hanya karena Wira memindah chanel televisi.
"Em, sebelum tidur ada baiknya kamu berganti dengan pakaian ini...!" ujar Wira dengan senyum lebarnya.
Sudah habis kesabaran Mawar, gadis ini langsung mencubit perut suaminya dan mencabut bulu kaki Wira.
"Impas....!" seru Mawar yang merasa puas melihat suaminya kesakitan karena bulu kakinya di cabut.
"Impas jika kau segera berganti...!" ucap Wira lalu melemparkan lingerie tersebut.
Mawar mendengus kesal, gadis ini langsung pergi ke kamar mandi dan berganti pakaian.
Mawar tercengir sendiri ketika melihat pantulan dirinya di cermin.
"Astaga, jadi apa aku ini. Aku jijik melihat diri ku sendiri...!" ucap Mawar yang rasanya ingin menangis.
Mawar membuka pintu, mengintip sebentar sebelum keluar.
"Cepat keluar!" titah Wira membuat Mawar terkejut. Bukan terkejut mendengar suara suaminya, namun Mawar terkejut ketika melihat Wira yang sudah tidak mengenakan pakaian. Wira hanya mengenakan celana kacamatanya untuk sekedar menutup pedangnya.
"Mas,....!" Mawar malu sendiri melihat tingkah berdua. Banyak duda, tapi apakah sikap mereka akan sama seperti Wira ini.
Wira yang sudah tidak sabar langsung menghampiri istrinya, merangkul pinggang gadis itu.
"Kau sangat cantik malam ini. Sungguh menggoda ku!" bisik Wira.
Apa kabar dengan jantung Mawar, bukan main berdebarnya.
"Lihat diri mu, sexy!" ucap Wira lembut, "aku akui, aku selalu bernafsu ketika melihat mu. Aku juga tidak tahu apa alasannya, tapi aku benar-benar bernafsu melihat mu."
"Mas....!" lirih Mawar yang sudah merona malu.
Tangan kekar yang masih merangkul pinggang Mawar itu langsung menuntun Mawar menuju tempat tidur.
Kedua bibir mereka saling bertaut indah. Wira terus memangsa istrinya setiap malam.
"Kau semakin panas malam ini sayang. Aku suka...!" bisik Wira yang sudah berada di ubun-ubun.
Jari jemarinya mulai nakal, meremas dua bukit kenyal penuh kelembutan. Suka menyesap di sana, Wira paham betul di mana titik kelemahan istrinya.
"Mas.....!" Mawar menjambak rambut suaminya.
Gadis ini mulai liar, bagaimana tidak liar? Wira terus membuatnya hanyut dalam kenikmatan setiap hari. Tiga hari pernikahan, Wira terus melepaskan gejolak hasrat yang sudah dia tahan selama empat tahun.
"Merintihlah sayang, aku suka mendengarnya," bisik Wira lalu menjilat telinga istrinya.
Tubuh Mawar menegang, gadis ini tidak bisa menolak. Pedang tumpul namun keras itu telah masuk ke dalam rumahnya, Wira terus menggerakkan tubuhnya naik turun dengan penuh kelembutan agar mereka sama-sama bisa menikmati indahnya malam ini.
"Kenapa diam saja hah? apa kau menikmati permainan ku?" tanya Wira membuat wajah Mawar merona malu.
Mawar tidak menjawab, tenggorokan cekat. Gadis ini hanya bisa menikmati permainan suaminya yang luar biasa.
"Kita bermain lembut sayang. Aku ingin anak kita kelak memiliki sifat lembut!" ucap Wira tidak masuk di akal.
Ketika Mawar sudah mencakar punggung suaminya, Wira mulai mempercepat gerakannya. Keduanya melakukan puncak bersama-sama. Sungguh, dinding-dinding kamar ini menjadi saksi bisu mendengar erangan kenikmatan dari pasangan suami istri ini.
"Mau kemana?" tanya Wira pada istrinya.
"Bebersih. Aku mau tidur...!" jawab Mawar.
"Nanti saja, biarkan benih hangat ku bekerja. Aku ingin mereka cepat menjadi kecebong kecil...!"
"Jadi anak mas, bukan jadi kecebong!" protes Mawar.
"Dari kebanyakan gambar yang beredar, semua berbentuk kecebong. Apa aku salah?"
Sudahlah, Mawar tidak ingin berdebat lagi. Gadi ini menurut saja, Mawar hanya membalut tubuh polosnya dengan selimut.
Lima menit berlalu, Mawar yang berada di dalam pelukan suaminya merasa ada yang aneh.
"Keras lagi kah mas....?" tanya gadis ini dengan polosnya.
"Dia keras sendiri. Jadi, mau bagaimana lagi?"
Wira terkekeh geli.
"Aku mau ke kamar mandi ah...!" Mawar ingin kabur, namun dengan cepat Wira menindih tubuhnya lagi.
"Sekarang kau yang harus menggoyang ku!" bisik Wira membuat Mawar tidak mengerti.
"Maksudnya?" tanya Mawar tidak mengerti.
Tidak menjawab, dengan kekuatannya Wira membalikkan tubuhnya membuat posisi Mawar yang berada di atas tubuh suaminya sekarang.
"Membuat suami puas dan bahagia itu pahalanya besar. Jadi, sekarang puaskan aku lagi...!" kata Wira langsung mengarahkan istri dengan sabar.
Benar-benar di uji kesabaran Mawar ini. Gadis penurut ini dengan pintarnya mengikuti apa pun yang di arahkan sang suami.
Wira yang sekarang berada di bawah sangat menikmati goyangan istrinya. Seakan tidak ada lelahnya, jika melihat Mawar menganggur, Wira langsung tancap gas. Maklum, pengantin baru.
"Mumpung belum punya anak sayang, mari kita nikmati ranjang ini," ucap Wira yang otaknya sudah somplak.