Menggoda Wanita Dewasa

Dan disinilah kini Viona berdiri, di depan gerbang yayasan milik keluarganya.

Sekolah SMA Tunas Bangsa.

Viona melenggangkan kedua tangannya di pinggang, menatap angkuh pada sebuah patung besar replika ayahnya di depan sekolah ini.

"Jadi ini hukumanku? hah? sekolah yang selalu kamu bangga-bangga kan ini? Cih!"

"Satu yang Papa harus tau ya, aku akan semakin berulah disini, agar aku bisa kembali ke perusahaan, ke posisiku yang sebenarnya!"

"Aku tidak akan membiarkan posisi itu nanti ditempati oleh Dinara!"

"Camkan itu!"

"Nona, kenapa Anda bicara dengan patung?" ucap Jo, menginterupsi tindakan konyol sang Nona.

Viona yang menyadari Jo dan Ron masih saja ada di sini pun semakin berdecak kesal.

"Kenapa kalian mengikuti ku? apa di sekolah ini Papa masih memerintahkan kalian untuk mengawasi ku juga?" tanya Viona dengan kesal. Kini dia tak lagi menatap angkuh pada patung itu, namun menatap angkuh pada Jo dan Ron.

Tatapan yang sudah biasa kedua pengawal ini dapatkan.

"Tidak Nona, Tuan Gunawan hanya memerintahkan kami untuk memastikan ada masuk ke dalam sekolah." Ron yang menjawab.

"Ini aku sudah sampai, sana pergi!"

"Tapi anda belum masuk Nona." Suara Jo.

"Hih!" dengan kekesalan yang semakin menjadi-jadi Viona kembali masuk ke dalam mobilnya dan membawa mobil Lamborghini berwarna merah itu masuk ke dalam sekolah.

Memarkirkannya di tempat khusus pemilik yayasan.

Dengan percaya diri Viona turun dan mulai masuk ke dalam sekolah. saat ini masih jam masuk kelas jadi tidak ada para murid yang berkeliaran di luar.

Viona langsung menuju ke ruang guru dan tata usaha. disambut langsung oleh pak Bosman sebagai kepala sekolah di sekolah ini.

Semua guru dan pegawai TU terperangah saat melihat putri pemilik yayasan ini datang ke sekolah mereka.

Mereka semua sudah tahu jika untuk satu tahun kedepan Viona akan menjadi Guru Bimbingan Konseling di sekolah ini, namun mereka sungguh tidak menyangka jika Diara akan datang dengan penampilan seperti ini.

Bukan seperti seorang guru, melainkan seperti seorang model dalam majalah dewasa.

"No-nona Viona," sapa pak Bosman dengan gugup. rasanya malah dia sendiri yang tidak nyaman untuk menatap anak dari pemilik yayasan ini.  Takut melihat yang tidak tidak.

"Tidak perlu ada perkenalan, semuanya sudah mengenal saya kan? lebih baik tunjukkan saja jadi mana ruangan saya."

Ucap Viona dengan nada angkuh, sebenarnya jabatannya di sekolah ini termasuk rendah, karena hanya sebatas guru BK. Namun karena dia adalah putri dari pemilik yayasan ini dia jadi bersikap angkuh.

Salah satu pegawai TU pun mengantarkan Viona untuk masuk ke dalam ruangannya.

"Nona, di sekolah kita ada murid baru. Jam istirahat nanti dia akan menemui Anda dan Anda akan menjelaskan beberapa peraturan di sekolah ini."

"Kenapa tidak ketua osisnya saja yang menjelaskan, bikin repot."

"Maaf Nona, ini permintaan kedua orang tua murid itu sendiri, karena anak ini termasuk anak yang sulit ditangani."

"Iya iya, ya sudah sana!"

Viona mengibaskan tangan kanannya, memberi isyarat untuk pegawai TU itu segera meninggalkan ruangan dirinya.

Saat pintu tertutup, Viona langsung membuang nafasnya kasar.

"Se berandal apa anak itu? masih kecil sok-sokan," gerutunya.

Tak berapa lama kemudian bell tanda jam istirahat pun menggema di seluruh sekolahan.

Davin langsung diperintahkan oleh guru untuk mendatangi ruangan BK.

Dengan langkah kakinya yang semangat, Davin pun menuju ruangan guru.

Hem, ketemu nggak ya? batin Gavin.