Nina Mahesa permpuan Solehah terpaksa menikah dengan laki-laki bernama Aldi Kurniawan.
laki-laki yang tampan kaya namun jauh dari agama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sumi hulwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 "Ancaman Vika"
Hasil pertemuan saya dengan guru Vika di sekolah
- di suruh rajin belajarnya karena banyak mata pelajaran yang nilainya anjlok
( Vika masih sering nge-game tak kenal waktu, tolong nasehati, tentunya Anda sebagai kakak yang baik )
- terus untuk penuturan Vika mengenai keributan yang ia lakukan sudah saya perjelas ke gurunya supaya melihat lagi yang sebenarnya.
Mungkin hanya itu, maaf saya memberi tahu lewat tulisan
Nina
Secarik kertas yang diberikan Nina ke sang majikan melalui Bu Tuti sebelum ia pulang kampung.
" Kamu selalu bertindak tidak sopan terhadap ku!"
Aldi menggeram kesal ia meremas kertas yang baru di bacanya kemudian membuangnya dalam tong sampah
Aku akan pastikan suatu saat nanti kau akan tunduk dan patuh terhadap ku
Wanita nyebelin.....!!!
Ia yang sembari tadi sedang bersantai di kamarnya langsung keluar kamar menuju kamar Vika
Ingin membuktikan secara langsung apa yang di dengar barusan.
Ceklek...
Aldi membuka pintu kamar Vika yang tidak di kunci ia melangkahkan kakinya menuju ke dalam
Benar saja pemandangan pertama yang ia dapati saat ini adalah Vika dengan santainya bermain game online melalui ponsel, saking konsentrasinya Vika tidak menyadari kehadiran sang kakak
" Apa tidak ada hal lain yang kamu lakukan selain nge-game?" Aldi melayangkan pertanyaan sambil merebut ponsel Vika
Rasa marah yang masih tersisa sehingga membuat ia meluapkan sedikit kekesalannya kepada Vika
"apaan sih, lagi seru itu kak?" Vika memprotes tindakan sang kakak yang main ambil ponsel miliknya, ia pun berusaha mengambil kembali namun tidak berhasil
" Temui kakak di ruang keluarga!" Aldi melenggang pergi dari kamar Vika.
" Tuti.... Tuti....!!!" Aldi memanggil kepala asisten rumah tangga dengan teriak, ia memanggil setelah sampai di ruang keluarga
" I- ia tuan ada yang bisa di bantu!" Wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh mendatangi sang majikan
" Apakah supir yang mengantarkan Nina sudah kembali?"
" be- belum tuan, apa mau saya hubungi biar langsung pulang?"
" Tidak usah, saya hanya memastikan supaya perintah yang saya berikan tidak ada penolakan dari gadis bodoh itu!"
CK segitunya kamu perhatian dengan wanita itu, tadi marah, tapi sekarang menghawatirkan
Tuti hanya mendengarkan ucapan sang majikan walau dalam hati ia tidak terima jika Nina di katakan sebagai wanita bodoh
" Ya sudah silahkan kembali bekerja!"
" permisi tuan!"
Aldi masih duduk di ruang keluarga menunggu kehadiran Vika, hingga 5 menit kemudian Vika baru muncul kepermukaan.
Memang tenggelam....
" Apa sebagain besar waktu mu kau habiskan untuk bermain game?"
Aldi bertanya saat Vika telah duduk
" Kenapa masalah?, Kakak nggak perlu tahu urusan Vika di rumah, karena sudah ada yang jagain, bekerja aja di luar sana dengan tenang!" Vika menanggapi pertanyaan sang kakak dengan sedikit menekan Bahakan menyindir.
Berharap laki-laki itu sadar akan kelakuannya saat ini yang masih terus-menerus meninggalkannya dan memilih bekerja di luar
" Kenapa kamu kalau sama kakak berani, tapi dengan wanita itu begitu tunduk?"
" Jangan samakan kakak dengan kak Nina, dia perempuan baik yang penuh perhatian, sedangkan kakak, laki-laki egois dan arogan!"
" Apa kamu bilang?"
Aldi bertolak pinggang menanggapi ucapan sang adik, tidak habis pikir gadis yang ia perjuangkan untuk sebuah kehidupannya yang layak mengucapkan kata-kata pedas padanya.
Tega kamu ya vik, kakak di luar sana bekerja mati-matian tapi tidak kamu hargai sama sekali ucapnya dalam hati
" Apa yang mau kakak katakan, memanggil Vika ke sini?"
Gadis itu mencoba melembutkan suaranya, karena ia sadar bahwa kata-kata yang tadi di ucapkan membuat sang kakak kecewa
Aldi mencoba menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai bicara
" Pihak sekolah mengatakan bahwa nilai mata pelajaran kamu banyak yang anjlok, mereka menyarankan agar kamu ikuti private di luar, dan perempuan yang kamu banggakan kebaikannya itu juga mengatakan agar kakak menasehati mu, supaya tidak terus-menerus nge-game!"
" Kak Nina mengadu?"
" Bukan mengadu, tapi lebih tepatnya aku yang meminta dia untuk memberi tahu apa saja yang di bicarakan pihak sekolah terhadap mu!"
Aku bukan membela gadis itu, ini bentuk penjagaan supaya Vika tidak ikut membenci gadis yang menemani hari-harinya.
Vika hanya diam menanggapi ucapan sang kakak
" Kalau sampai kamu tidak merubah sikap mu, dan kamu terus-terusan menghabiskan waktu untuk nge-game, Kaka akan sita ponsel kamu ini!"
Aldi memberi ancaman pada Vika supaya ia menyadari kesalahannya
" Kakak ngancam?" Vika menatap sang kakak dengan garang
" ya kalau kamu mau berubah, kakak nggak akan lakuin hal ini!"
" Kalau sampai hal itu terjadi, aku tidak mau lagi menuruti kak Nina, aku akan kembali lagi menjadi Vika yang dulu!"
Rasain memangnya hanya kakak saja yang bisa mengancam?
Aku juga bisa ucapnya dalam hati
" Setidaknya luangkanlah waktu untuk belajar?"
Sial kenapa Vika malah berbalik mengancam
Gadis itu mencoba meredakan emosinya,
Sebelum menjawab ucapan sang kakak
" Baik kak!"
Tapi nggak janji yah hehe.......
" Ya sudah, malam ini kakak akan kembali pergi, baik-baik di rumah, besok wanita itu juga akan kembali!"
Aldi beranjak pergi meninggalkan Vika yang masih duduk.
Vika menggembungkan pipinya
" Makan malam sendiri lagi?"
Tapi asyik sih bisa lanjut nge-game lagi setelah kak Aldi pergi.
*****
Dengan langkah terburu-buru, Vika memasuki mobil di taruh nya tas sembarang tempat, ia terlihat panik saat jam di tangan sudah menunjukan pukul 06.45 wib
Gadis itu langsung duduk dan menyuruh sang supir menjalankan mobilnya.
" Rada cepet pak, takut nanti telat!"
Pagi ini Vika bangun kesiangan, karena menghabiskan waktu malamnya dengan bermain game.
Seperti biasa kalau gadis itu bermain, pasti tidak ingat akan waktu permainan yang membuat si pelaku akan terus merasa candu dengan berbagai suguhan yang menggiurkan dan menantang, banyak dari mereka yang sampai lupa makan dan istirahat karena keasyikan dengan permainan tersebut.
Vika tersandar saat jam di dinding sudah pukul 02.00 dini hari ia pun mengakhiri permainannya baru kemudian beranjak tidur
Padahal belum hilang dari ingatan bahwa 1 pekan ini ia di bangunkan begitu pagi oleh sosok wanita asing yang tiba-tiba masuk dalam hidupnya dan mengatur segala hal tentangnya.
Dari bangun, terus di ajakin shalat, walau Vika masih menolak untuk melakukannya
Ya siapa lagi kalau bukan Nina, gadis kampung yang terlihat begitu lembut, penyayang dan juga perhatian namun cukup mengesankan di mata Vika di awal perkenalan, karena menjaga dan merawat Vika dengan begitu telaten saat asam lambungnya bermasalah.
Sampai akhirnya tanpa sadar gadis itu mulai bergantung dengan gadis desa yang menemani hari-harinya.
Sementara di kediaman Aldi kurniawan, Nina baru saja sampai, ia mengistirahatkan badannya di kursi dapur yang biasa didudukinya, Bu Tuti membawakan teh hangat buatannya, untuk wanita yang sudah di anggap seperti anak sendiri
" Terimakasih Bu!"
" Ia sama-sama non!" Bu Tuti menemani Nina duduk
" Bu!" Ucap Nina lirih
" Ia, ada yang bisa saya bantu non?"
" Tuan Aldi masih di rumah?" Nina bertanya dengan tengok kanan kiri terlihat cemas karena takut bertemu kembali dengan sang majikan
" Tidak non, tuan Aldi sudah pergi malam tadi!"
" Baru pulang kemaren, sudah pergi lagi bu?"
"